Seorang ibu asal Jombang bernama Evy Suliastin Agustin (26) nekat mengajak ketiga anaknya mengakhiri hidup dengan cara menenggak obat nyamuk cair. Ibu bunuh diri bersama anaknya ini menyebabkan tiga orang anak Evy tewas, sementara kondisi ibunya saat ini kritis.
Ketiga anak Evy yaitu Sayid Mohammad Syaiful Alfaqih (6), Bara Viadinanda Umi Ayu Qurani (4), dan Umi Fauziah (4 bulan) ditemukan tewas di kamar mandi rumah pada hari Senin 15 Januari 2018. Diduga, ketiga anak ini meninggal akibat minum obat nyamuk.
Sementara itu, ibu korban ditemukan di tempat yang sama dalam kondisi kritis. Kini Evy masih dalam perawatan intensif di RSUD Jombang.
Dugaan sementara mengapa ibu bunuh diri bersama anaknya
Menurut Kapolres Jombang AKBP Agung Marlianto, tiga tahun lalu Evy pernah tinggal bersama suaminya, F (55), di Surabaya. F merupakan pimpinan pondok pesantren di kota tersebut.
Sebenarnya, Evy adalah istri kedua F yang dinikahi siri sejak 7 tahun lalu. Sedangkan dengan istri pertama, F sudah bercerai.
Sejak dua bulan terakhir, Evy memboyong anak-anaknya untuk kembali ke rumah orangtuanya di Mojoagung, Jombang. Diduga, Evy mengalami depresi karena ditinggal suami menikah lagi.
Menurut penuturan keluarga maupun tetangganya, Evy dikenal pendiam dan tertutup. Ia tak pernah berterus-terang jika sedang menghadapi permasalahan.
Evy menyimpan semua permasalahannya sendiri namun terkadang suka ia lampiaskan dengan cara memarahi anak-anaknya tanpa sebab.
Aksi percobaan bunuh diri ini ternyata bukan baru pertama kali dilakukan Evy. Empat tahun lalu ia juga pernah menenggak obat nyamuk cair yang juga dipicu oleh persoalan rumah tangga.
Mencegah terulangnya kasus ibu bunuh diri bersama anaknya
Malyn Cristobal, seorang konselor kecanduan dan pendiri Living Free Foundation, membagikan tanda apa saja yang harus diwaspadai jika seseorang berniat bunuh diri.
Artikel terkait: Tragis, Ayah Membunuh Bayinya Secara Live di Facebook dan Bunuh Diri Setelahnya
Faktor risiko ibu bunuh diri bersama anaknya
- Pernah ada riwayat percobaan bunuh diri (faktor risiko paling kuat, NAMUN sekitar setengah dari keseluruhan kasus kematian akibat bunuh diri adalah percobaan pertama kali)
- Riwayat anggota keluarga bunuh diri
- Pernah mengalami pelecehan di masa kecil (terutama pelecehan seksual)
- Situasi hidup yang menekan
- Tingkat pendidikan rendah, kehilangan pekerjaan, terlalu lama menganggur
- Perceraian atau perpisahan
- Terlibat masalah hukum
- Kesulitan keuangan
- Kurang mendapat dukungan sosial, merasa dikucilkan
- Pengguna obat-obatan yang cukup parah
- Hubungan yang tidak harmonis dan sering bertengkar
- Dipengaruhi emosi negatif (kesedihan, kegelisahan, kemarahan)
- Agresif, impusif
- Memiliki masalah kesehatan mental
- Depresi
- Gangguan kecemasan (PTSD)
- penyakit mental berat (skizofrenia, gangguan bipolar)
- Gangguan kepribadian (membatasi diri untuk bergaul dan antisosial)
- Anoreksia nervosa
Peringatan langsung bahwa seseorang akan bunuh diri
- Menyatakan ingin bunuh diri. Ancaman lisan untuk menyakiti atau membunuh diri sendiri, sering mengatakan bahwa dirinya ingin mati.
- Mencari akses ke senjata, obat-obatan, dan lainnya.
- Membuat persiapan dengan cara membagikan barang-barang miliknya atau mengucapkan selamat tinggal.
Peringatan tidak langsung bahwa seseorang akan bunuh diri
- Paranoid karena memikirkan sesuatu yang tidak jelas secara terus-menerus.
- Merasa dirinya kurang berarti dan tidak memiliki tujuan hidup.
- Kecemasan akut.
- Merasa terjebak.
- Putus asa
- Menarik diri dari pergaulan
- Sering marah tanpa sebab
- Suasana hati berubah terus
- Sembrono, nekat, ugal-ugalan
Bila Bunda memiliki persoalan yang cukup berat, coba untuk menceritakannya pada orang lain yang bisa Anda percaya. Jika membutuhkan pertolongan profesional, Bunda dapat menghubungi Yayasan Pulih di nomer telepon (021) 98286398.
Atau jika terbersit di pikiran Bunda untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri, Anda juga bisa menghubungi Into The Light dengan menulis curhatan ke email [email protected]
Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca juga:
Orangtua Bunuh Diri adalah Tindakan Egois yang Berdampak Negatif pada Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.