Apabila Anda sering menyimpan makanan olahan di dapur, Anda harus mempertimbangkan bahan tambahan pangan yang bisa berbahaya bagi anak.
Bahan tambahan pangan ini biasanya mengandung substansi yang berfungsi meningatkan tekstur, warna, tampilan hingga rasa dari makanan olahan.
Namun, bahaya dari bahan tambahan pangan pada anak-anak juga harus diwaspadai.
Artikel terkait: Ahli Keamanan Pangan: Tidak Semua Makanan Kemasan Memiliki Pengawet
Apa Saja Bahaya dari Bahan Tambahan Pangan untuk Anak-anak?
Beberapa penelitian telah membuktikan, bahan tambahan pangan bisa berbahaya bagi kesehatan fisik dan psikologis anak.
Studi ini menyimpulkan, bahan makanan tambahan menganggu perilaku anak, menimbulkan tantrum, hiperaktif, hingga memicu risiko kanker.
Beberapa tahun lalu, sebuah penelitian yang dibiayai pemerintah Inggris menemukan, bahan makanan tambahan di dalam makanan dan minuman anak memicu ledakan amarah atau tantrum.
Peneliti juga mencatat, adanya peningkatan gangguan perilaku secara signifikan pada anak-anak.
Penelitian ini mendesak agensi makanan di negara tersebut untuk menarik peredaran beberapa makanan dan minuman kemasan.
Sayangnya, bahan tambahan pangan juga digunakan pada banyak produk yang setiap hari kita konsumsi.
Sebab itu, cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan mengetahui apa saja macamnya.
Artikel terkait: Parents, Inilah Cara Aman Memilih Makanan Kemasan untuk Anak
Hindari 9 Bahan Makanan Tambahan yang Berbahaya bagi Anak Berikut Ini
Makanan siap saji atau makanan instan biasanya menambahkan bahan tambahan pangan.
Biasanya tersedia dalam makanan kemasan yang siap dikonsumsi.
Bacalah label produk baik-baik sebelum membelinya. Berikut ini adalah daftar bahan makanan tambahan yang harus diwaspadai.
1. Pemanis Buatan
Semua makanan manis dalam kemasan mengandung pemanis buatan, meskipun telah dilabeli bebas gula atau rendah kalori.
Sebelum membeli produk makanan manis, bacalah labelnya.
Carilah kandungan pemanis buatan seperti saccharin, sodium cyclamate, aspartame, acesulfame-K (kadang disebut acesulfame potassium) sirup fruktosa atau fructose corn syrup.
Apabila produk yang Anda beli mengandung semua bahan tersebut, jangan mengonsumsi terlalu banyak.
Bahan tambahan makanan ini bisa menyebabkan obesitas pada anak.
2. Pewarna Makanan
Pewarna makanan juga berasal dari bahan kimia, sehingga membuatnya berbahaya jika dikonsumsi berlebihan.
Sebelum membeli makanan dengan warna-warna cerah dan terang, baca dengan seksama label komposisinya.
Kode seperti Blue 1, Blue 2, Red 3, Red 40, Green 3, Yellow 5, Yellow 6 dan Orange B adalah jenis pewarna makanan yang diyakini meningkatkan hiperaktifitas pada anak-anak.
3. Lemak Trans dan Minyak Terhidrogenasi Parsial
Makanan berminyak yang terlihat tetap segar dalam waktu lama, tandanya ia mengandung minyak terhidrogenasi parsial.
Bila terlalu sering dikonsumsi anak-anak, bisa meningkatkan kolesterol, tingginya LDL, dan menurunkan tingkat HDL. Juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan diabetes.
4. Sodium Benzoat
Zat makanan yang satu ini, biasanya ada di minuman ringan seperti soda dan makanan asam seperti acar dan salad dressing. Sodium benzoat jika bercampur vitamin C, berubah menjadi karsinogen (penyebab kanker).
Penelitian menyebut, adanya kaitan antara sodium benzoat dengan hiperaktivitas pada anak.
Oleh sebab itulah dokter sering menyarankan orangtua, untuk tidak memberikan minuman ringan pada anak-anak.
Karena tidak saja kandungan gulanya yang tinggi, namun sodium benzoat di dalamnya juga tidak baik untuk anak.
5. Pengawet Kimiawi
Waspadalah terhadap pengawet kimiawi yang biasanya diberi kode BHA (butylated hydroxyanisole) dan BHT (butylated hydroxytoluene).
Banyak pabrik menggunakan pengawet ini untuk menghindari produk terkena oksidasi.
Biasanya kandungan pengawet BHA dan BHT ditemukan pada produk sereal, makanan yang dipanggang, permen karet, kentang yang dikeringkan, dan minuman rasa buah.
Menurut beberapa studi, kedua bahan pengawet ini bersiat karsinogen. Bahan kimia ini juga memengaruhi sistem saraf, serta fungsi ginjal dan hati pada anak-anak.
6. Asam Sulfit
Zat ini sering ditemukan pada makanan olahan. Fungsinya menambah rasa asin pada buah dan sayur, untuk meningkatkan kesegarannya sehingga bisa bertahan lebih lama.
Beberapa studi menemukan, zat ini menyebabkan asma pada anak-anak dan orang dewasa.
7. MSG (Penyedap Rasa)
Semua ibu pasti tahu bahan tambahan yang satu ini. Bahkan mungkin menggunakannya sebagai bahan masakan sehari-hari di rumah.
Meskipun sudah diizinkan oleh badan POM, penelitian menyarankan agar tidak terlalu sering mengonsumsi makanan mengandung MSG. Antara lain, seperti mi instan dan olahan daging.
Konsumsi MSG secara berlebih bisa menyebabkan anak mengalami sakit kepala, sakit di bagian dada, keringat berlebih, mual, hingga lemas.
8. Potassium Bromate
Zat ini biasanya digunakan di dalam roti. Untuk menguatkan adonan dan membuatnya lebih elastis.
Tahun lalu, pemerintah India dilaporkan mengeluarkan larangan penggunaan potassium bromate sebagai bahan tambahan makanan.
Hal ini terjadi setelah penelitian dari the Centre for Science and Environment (CSE) menemukan zat tersebut menyebabkan kanker pada banyak kasus yang terjadi terhadap pasien kanker.
Sehingga, bahan kimiawi itu kini dilabeli sebagai karsinogen. Orangtua disarankan untuk tidak memberikan produk yang mengandung potassium bromate pada anak-anak.
9. Olestra
Bila anak Anda sangat suka keripik kentang, batasilah konsumsinya per hari. Karena kripik kentang mengandung olestra, lemak pengganti yang bisa menyebabkan masalah di pencernaan dan usus. Seperti kram dan gas berlebih pada anak-anak.
Bagaimana dengan Sodium Dehydroacetate?
Sodium Dehydroacetate (SDHA) merupakan senyawa yang sering ditemukan di dalam produk kosmetik. Sebut saja perawatan kulit, rambut dan kuku, mata dan wajib.
Selain itu, terdapat juga di dalam tabir surya, parfum, dan produk mandi.
Fungsinya adalah sebagai pengawet produk kosmetik dengan konsentrasi 1,0% atau kurang.
Cara kerjanya adalah Sodium Dehydroacetate membunuh mikroorganisme dan mencegah pertumbuhan dan reproduksinya.
Alhasil, produk-produk tersebut terlindungi dan tidak mudah busuk.
Di dalam produk kecantikan atau kulit, senyawa ini bersifat aman dan tidak membahayakan.
Bagaimana jika terdapat di dalam makanan?
Sodium Dehydroacetate juga digunakan sebagai pengawet dalam makanan, dengan menghalangi pertumbuhan mikroorgamise yang berbahaya.
Dengan Sodium Dehydroacetate, makanan menjadi lebih tahan lama, segar lebih lama dan kualitasnya terjaga.
Biasanya pengawet ini digunakan dalam makanan seperti roti, produk susu, mi instan, dan saus.
Meski Food and Drug Administration (FDA) alias BPOM Amerika Serikat memperbolehkannya sebagai bahan tambahan makanan, tapi dosis dan volume penggunaannya saat dibatasi.
Yakni, hanya boleh digunakan untuk labu yang sudah dikupas dengan limit dosis 65ppm.
Tips Membatasi Konsumsi Bahan Makanan Tambahan pada Anak-anak
- Buat daftar makanan yang ia konsumsi di rumah, di sekolah dan tempat bermain. Tulislah dalam buku harian makanan anak, sehingga Parents bisa mengawasi asupan makanan anak setiap minggunya. Cara ini juga mencegah Parents supaya tidak menyajikan makanan dengan bahan tambahan pangan yang berbahaya untuk anak.
- Ubah diet mereka. Berikan sayur dan buah untuk camilan mereka, dibandingkan memberikan makanan ringan kemasan. Jangan terlalu banyak memberikan makanan olahan yang kurang sehat bagi mereka.
- Baca label sebelum membeli. Setiap kali membeli produk makanankemasan, pastikan membaca labelnya. Hindari 9 bahan tambahan makanan berbahaya di atas. Hal ini juga berlaku pada makanan berlabel organik.
***
Itulah bahan pengawet yang sebaiknya dihindari si Kecil.
Semoga bermanfaat.
FDA
www.accessdata.fda.gov/scripts/cdrh/cfdocs/cfcfr/CFRSearch.cfm?fr=172.130
theAsianparent Singapura
Baca juga:
10 Kandungan berbahaya dalam makanan anak yang sering tidak disadari orangtua