Memasuki masa MPASI, banyak hal yang perlu disiapkan agar si kecil bisa menjalaninya dengan baik. Belum memiliki pencernaan yang sempurna, tak jarang bayi mengalami berbagai masalah pencernaan, salah satunya BAB bayi berdarah.
Saat kondisi ini terjadi, sebetulnya apa ya yang menjadi penyebabnya?
Penyebab BAB bayi berdarah
Jangan cepat panik ya, Parents kalau mendapati BAB si kecil berwarna merah seperti darah. Beberapa jenis obat dan makanan ternyata bisa menyebabkan tinja bayi berubah warna. Bila si kecil mengonsumsi tomat, bit, atau makanan dengan pewarna buatan misalnya, feses memang normalnya akan berubah warna.
Namun bila ia tidak mengonsumsi berbagai makanan di atas dalam waktu dekat, ada beberapa kemungkinan penyebab yang bisa melatarbelakanginya, di antaranya :
Artikel terkait : Warna BAB bayi abu-abu pucat, normal atau bahaya? Ini penjelasannya!
1. Infeksi
Infeksi bisa menjadi penyebab yang umum terjadi akibat adanya bakteri, parasit, dan virus di sistem pencernaan tubuh. Beberapa organisme yang menyebabkannya, antara lain :
- Infeksi akibat bakteri Salmonella, E. coli, Shigellosis.
- Terserang rotavirus.
- Terkontaminasi dengan parasit seperti Giardia lamblia.
Bila si kecil mengalami demam tinggi, sakit perut, lesu, dan mudah tersinggung, kemungkinan memang ia mengalami salah satu infeksi di atas.
2. Penyakit radang usus
Penyebab lain yang sebaiknya diwaspadai ialah kondisi radang pada usus bayi. Peradangan pada usus ini disebut juga dengan Inflammatory Bowel Disease (IBD).
Kondisi IBD ini bisa mengganggu fungsi kekebalan tubuh. Terdapat dua jenis IBD yang seringkali terjadi, di antaranya :
- Ulcerative Coltis atau peradangan yang terjadi di usus besar
- Penyakit crohn yang memengaruhi seluruh bagian pencernaan, mulai dari mulut hingga anus.
Walau banyak terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, IBD ini juga bisa muncul pada bayi dengan beberapa gejala, seperti:
- BAB bayi berdarah
- Penurunan berat badan
- Kram atau nyeri di bagian perut
- Merasa lemah atau minim energi
3. Anal Fissure
Penyakit anal fissure atau abses dubur menjadi kondisi yang paling umum menyebabkan BAB bayi berdarah sebanyak 90%. Kondisi ini terjadi ketika terdapat robekan kecil di lapisan dalam anus.
Abses dubur bisa lebih berisiko pada bayi yang sering sembelit atau diare. Hal ini bisa terjadi karena BAB si kecil yang keras atau besar sehingga bisa merobek lapisan.
Selain itu, diare yang terjadi bisa sampai mengiritasi lapisan. Abses ini terjadi bila rongga anus terinfeksi bakteri.
Beberapa gejala kondisi ini, antara lain:
- Ada pembengkakkan di sekitar anus.
- Rasa sakit di sekitar anus.
- Rasa gatal di anus.
- Terdapat garis-garis darah merah terang pada feses.
- Si kecil mudah rewel.
Artikel terkait : BAB bayi keras? Ini 7 cara untuk melancarkan buang air besar bayi
4. Polip
Kondisi lain yang sebaiknya diwaspadai ialah polip usus. Benjolan ini bisa tumbuh di usus besar dan biasanya terjadi pada usia di bawah 10 tahun, khususnya di usia 2-6 tahun.
Biasanya si kecil akan mengalami sakit perut hebat dan ditandai juga dengan keluarnya darah pada feses.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa menjadi hal yang ‘lumrah’ namun bisa juga membahayakan. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan?
1. Teliti secara detail
Jangan langsung panik saat mendapati feses si kecil berwarna merah atau kehitaman. Faktor konsumsi pun bisa menjadi salah satu penyebabnya, lho.
2. Cari tahu gejala lain
Sebaiknya ketahui dulu penyebab dengan memerhatikan gejala yang ditunjukkan si kecil. Waspadai bila ada gejala lain yang mengikuti, seperti demam, diare, muntah, atau si kecil nampak kesakitan.
Artikel terkait : Bayi tidak BAB setelah MPASI pertama? Kenali penyebabnya berikut ini
3. Kondisi gawat
Selain gejala tambahan seperti yang sudah disebutkan, ada beberapa gejala gawat lain yang membuat Parents sebaiknya cepat membawa si kecil ke dokter.
Khususnya bila usianya di bawah 12 minggu, hubungi dokter segera saat muncul kondisi seperti berikut ini :
- Tinja kering berwarna kehitaman
- Diare yang disertai keluarnya darah
- Bayi tampak kesakitan, lesu, atau lekas marah
Bila si kecil mengalami berbagai gejala di atas, sebaiknya segera periksakan ke dokter ya.