Semakin sering saja kita mendengar beberapa teman yang bercerita tentang anaknya yang ternyata mengalami sindrom autis. Tentu tidak ada yang menginginkan ini terjadi, tetapi mengapa fenomena ini makin meningkat?
Banyak para ahli mengungkapkan bahwa autis terjadi karena faktor genetik dan lingkungan. Namun ternyata, ada penelitian menyebutkan bahwa anak cenderung mengalami autis karena proses kelahirannya dilakukan dengan metode induksi.
Autis Akibat Induksi, Fakta atau Mitos?
Peneliti Duke University di North Carolina, USA mempelajari lebih dari 625,000 kasus anak yang dilahirkan secara induksi. 5600 dari mereka mengalami autisme. Sisanya, mereka rentan menjadi anak autis, terutama laki-laki.
Para penelitian ini juga yakin bahwa pengaruh dari hormon yang disuntikkan pada sang ibu dapat mempengaruhi daya kerja otak bayi, selain berpengaruh pula pada komplikasi saat melahirkan. Apakah benar demikian? Bacalah lebih lanjut di halaman berikut.
Para peneliti tersebut yakin bahwa hormon oxytocin berpengaruh pada komplikasi saat melahirkan, serta perkembangan otak. Hormon sintesis dari Pitocin ini juga menambah tekanan pada janin, selain komplikasi saat melahirkan.
Hal ini sangat mengkhawatirkan karena metode induksi menjadi lebih sering digunakan pada dua dekade terakhir. Padahal sebenarnya, cara melahirkan dengan injeksi induksi harusnya digunakan apabila keadaan sangat mendesak, karena resikonya jauh lebih besar dari yang sebelumnya.
Di Indonesia, hingga kini belum ada data resmi tentang jumlah anak autis, karena banyak orang tua yang belum paham dengan kondisi ini, terutama mereka yang tinggal di pedalaman. Sebagai contoh saja, di RSJ Soeharto, tercatat 15 % anak autis dari 6600 anak yang berkunjung sepanjang Januari-Desember 2013. (Liputan6.com)
Di beberapa negara lainnya, penderita autis mencapai 30% dari mereka yang lahir melalui metode induksi. Hal ini memperkuat keyakinan para dokter, bahwa metode yang harusnya dapat menyelamatkan jiwa bayi ini ternyata menjadi pemicu terbesar penyebab autisme pada anak. Sulit ditemukan kasus di mana unsur genetik menjadi penyebab anak menjadi autis.
Setelah anggapan tersebut meresahkan banyak orang, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tanggal 21 April 2014 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara induksi dan autisme (webmd.com).
ACOG berpendapat bahwa penelitian sebelumnya tidak mempertimbangkan berbagai faktor lainnya, sehingga hasilnya belum dapat membuktikan bahwa ada kaitan antara induksi dan autisme.
Walaupun demikian, ACOG menghimbau agar induksi hanya dilakukan bila perlu, karena sebagian besar induksi berujung pada operasi caesar.
Parents, untuk menghindari dan mengetahui lebih lanjut tentang induksi, bacalah beberapa informasi berikut ini:
5 Gerakan Senam Ibu Hamil untuk Mempermudah Persalinan