Pesta Olahraga Asia Tenggara atau SEA Games 2019 meninggalkan kekecewaan pada seorang atlet SEA Games asal Kediri, Jawa Timur. Shalfa Avrila Siani yang merupakan atlet senam lantai ini dipulangkan karena dituduh sudah tidak perawan lagi.
Tuduhan tersebut datang dari pelatih senam lantai, kemudian kabar ini semakin meluas kepada khalayak. Bahkan, kasus ini pun akhirnya menimbulkan perdebatan, hingga membuat Shalfa merasa terpukul.
Kasus ini pun akhirnya sampai ke telinga Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur. Khofifah meminta sang pelatih untuk meminta maaf jika memang alasan itu yang digunakan untuk memulangkan Shalfa.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa bersama Shalfa (Sumber foto: Merdeka.com)
“Kalau itu betul tuduhan yang dilakukan pelatih, maka saya minta tolong pelatih kalau betul melakukan itu segera minta maaf. Saya tidak ingin ada trauma muncul bagi atlet junior seperti Shalfa,” kata Khofifah dikutip dari situs Merdeka.com.
Selain itu, keluarga Shalfa pun merasa kecewa dan sangat menyesal adanya tuduhan miring tersebut. Mereka menuntut permintaan maaf dari pihak yang telah menuding Shalfa sudah tidak perawan.
Atlet SEA Games : Shalfa mengalami gangguan kondisi psikologis usai dituduh sudah tidak perawan
Ibu Shalfa menunjukkan beberapa penghargaan yang diraih oleh anaknya (Sumber foto: Kompas.com)
Akibat tuduhan sudah tidak perawan membuat nama baik Shalfa menjadi tercemar dan harus gagal mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internasional bahkan sebelum dirinya berjuang. Sedihnya lagi, perempuan berusia 17 tahun ini pun mengalami trauma dan gangguan psikologis.
Menurut Kuasa Hukum dari keluarga Shalfa, kondisi siswi tingkat SMA ini sangat menurun usai mendapat tuduhan tersebut. Hal itu pun membuat pihaknya menjadi sulit saat menanyakan tentang kasus ini kepada Shalfa.
“Kondisi psikologis Shalfa sudah tidak kuat. Sebenarnya Shalfa kemarin sempat drop, kami sebagai kuasa hukum pun bertanya sangat sulit,” ujar Imam Muklas yang ditemui di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.
Mengetahui kalau kondisi Shalfa sangat menurun, membuat Khofifah turut prihatin. Khofifah pun menyampaikan, saat ini yang menjadi perhatian utama semua pihak yaitu kondisi psikologis Shalfa.
“Saya berpesan agar Shalfa banyak berzikir dan menenangkan diri,” pesan Khofifah.
Atlet SEA Games Shalfa harus pindah sekolah untuk menghilangkan rasa traumanya
Keluarga atlet senam SEA Games (Sumber foto: Antara/Merdeka.com)
Untuk menyembuhkan rasa trauma yang diidap Shalfa, Khofifah memberi tawaran untuk pindah sekolah ke daerah asalnya, Kediri. Ia menilai, jika Shalfa terus bersekolah di Gresik bisa berisiko membuatnya mengalami trauma berkepanjangan.
“Saya sudah berkomunikasi dengan Wali Kota Kediri, Insya Allah ada sekolah negeri yang akan jadi tempat untuk Shalfa. Tapi, harus sabar, karena kita harus mengikuti administrasinya,” jelas Khofifah.
Mendengar kabar kalau Shalfa dibolehkan untuk pindah sekolah, ternyata membawa harapan baru untuk hidupnya. Menurut Imam, Shalfa kembali semangat dan mulai bisa tersenyum sejak saat itu.
“Mendengar pernyataan dari Gubernur Khofifah membuat Shalfa ada semangat baru dan hari ini bisa tersenyum. Di mana sebelumnya ia tidak bisa senyum karena sangat depresi dan tertutup,” ungkapnya.
Walaupun sedikit demi sedikit kondisi Shalfa mulai memulih usai bertemu dengan Khofifah, tapi Shalfa masih belum yakin untuk kembali melanjutkan profesinya sebagai atlet senam lantai. Shafa mengaku masih ingin memikirkannya lebih lanjut.
“Saya tanya apa cita-citamu, dia menyebut ingin menggapai cita-cita itu. Tapi, saat ini ia dan ibunya masih butuh waktu,”
Dari kasus Shalfa, Khofifah menyampaikan pesan untuk para pelatih atlet SEA Games
Khofifah sempat berpesan agar setiap pelatih menggunakan standar ukur tentang prestasi atlet. Hal itu untuk mencegah agar kasus seperti ini tidak terulang lagi.
Dalam proses pembinaan atlet sebaiknya yang diukur adalah kedisiplinan dan pembinaan karakter. Akan tetapi, indeks prestasi menjadi indikator utama seorang atlet masuk di pusat.
“Oleh karena itu, hal-hal di luar indikator prestasi yang kemudian memengaruhi, bahkan itu dijadikan dasar pertimbangan utama sampai degredasi itu yang tidak dibenarkan,” tegasnya.
Di sisi lain, Persatuan Senam Indonesia (Persani) mengungkapkan jika pihaknya berjanji akan memberikan sanksi kepada pelatih jika terbukti ia benar menuding salah satu atletnya sudah tidak perawan lagi hingga dicoret dari pelatnas SEA Games 2019.
Baca juga :
Lihat, Anak 3 Tahun Sudah Mahir Senam
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.