Sebagai orangtua yang hidup di era milenium, kita seringkali tergoda untuk memberikan gadget pada anak. Karena hal tersebut adalah cara tercepat untuk membuat anak diam. Namun, lain halnya dengan artis Astrid Tiar. Dia berusaha sebisa mungkin menjauhkan anak dari pengaruh gadget, dan mencegah anak-anaknya mengalami kecanduan gagdet.
Kiat Astrid Tiar agar anak tak kecanduan main gadget
Setelah menikah bersama Gerhard Reinaldi Situmorang pada Juli 2012 lalu, Astrid Tiar dikaruniai dua orang anak perempuan. Kedua anaknya tersebut bernama Dialucita Annabel Estheressa Thiorina Situmorang dan Isabel Althalya Natiar Situmorang.
Sebagai seorang ibu, Astrid sadar bahwa Annabel dan Isabel tumbuh dari zaman yang berbeda darinya. Mereka tumbuh dari perkembangan teknologi gadget yang menawarkan segala kemudahan dan kecanggihan milenium.
Meski begitu, Astrid berusaha sebisa mungkin untuk tidak membuat kedua anaknya terlalu fokus dan bergantung pada gadget. Ia tak ingin bila Annabel dan Isabel tumbuh menjadi anak yang individualis di masa depan.
Artikel terkait: Penelitian: Tanda-tanda anak kecanduan gadget yang harus diwaspadai orangtua
“Perkembangan zaman aku kecil sana anak aku sekarang kan beda. Aku nggak mau anakku tumbuh dengan sifat individualisme. Aku mau mereka menjadi anak yang bersosialisasi secara langsung terhadap lingkungannya.
Jangan sampai tetangga sebelah dia gak kenal,” ujar Astrid saat ditemui dalam acara So Klin Experience Sakura, di Wyl’s Kitchen, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Kamis (28/2).
Wanita berusia 32 tahun itu sadar bahwa ia tidak bisa selamanya menemani kedua anak tercintanya tersebut. Oleh karena itu, ia mulai mengajarkan cara sosialisasi dan melatih kemandirian pada anak-anaknya sejak kecil.
“Karena aku nggak tahu aku hidup sampai umur berapa. Kalau mereka mau mandiri mereka harus bisa menerima orang lain, gak bisa menyendiri terus.”
Astrid Tiar juga menambahkan, bagaimana pun kita manusia hidup berkelompok, bersosialiasi. Jadi harus dibiasakan dari awal agar anak tahu cara bermain bersama teman-temannya.
“Kalau kita main gadget melulu, kan akhirnya kita gak ngobrol. Kita nggak melakukan kegiatan bersama, kita nggak share. Itu yang mau aku contohin ke mereka supaya kebiasaan itu dibawa terus sampai mereka dewasa,” jelasnya.
Baca juga: Penelitian: Hati-hati, terlalu sering main gadget bisa merusak otak anak
Cara Astrid Tiar mengalihkan perhatian anak dari gadget
Berdasarkan keinginan kuat tersebut, Astrid Tiar mencoba mengalihkan perhatian kedua anaknya dengan memperkenalkan berbagai mainan tradisional. Mulai dari petak jongkok, petak umpet, lompat tali, hingga congklak.
Sayangnya di era teknologi ini ia merasa kesulitan untuk mencari berbagai bahan dan peralatan permainan tradisional. Ia mengaku sulit mencari congklak dan bahkan karet gelang.
“Yang paling susah adalah ketika aku pengen ajarin permainan aku waktu masih kecil ke anak-anak, tapi peralatannya nggak ada. Aku nyari ke pasar beli congklak itu susah loh sekarang. Zaman kita dulu cari congklak gampang, tapi sekarang susah. Cari karet gelang yang banyak buat lompat tali juga susah,” ungkapnya.
Meski begitu, Astrid tak mau menyerah. Ia mencoba memanfaatkan berbagai bahan dan peralatan yang ada untuk bermain bersama anak-anaknya.
“Karena kadang susah nyarinya, jadi kita pakai apa saja yang ada. Seperti kemarin kita mau main taplak gunung tapi nggak punya kapur, ya udah kita pakai batu. Kita cari batu di halaman tetangga.
Terus mereka kan suka main hujan-hujanan. Ya aku bikin aja hujan buatan dari air selang yang ada di halaman depan rumah,” jelas Astrid bersemangat.
Annabel dan Isabel kini lebih menyukai permainan tradisional
Usaha dan kerja keras Astrid Tiar pun berbuah hasil. Ia mengaku bahwa kini kedua anak-anaknya lebih menyukai permainan tradisional. Mereka bahkan memiliki sebutan sendiri untuk waktu bermainnya.
“Aku rasa kebiasaan yang coba aku terapkan itu berhasil. Jadi mereka sekarang suka nunggu waktu sore. ‘Sore-sore asik’ kalau aku bilang. Sekarang mereka kayak ‘Jadi kita main apa lagi ya hari ini’.
Mereka lebih excited dengan permainan tradisional sekarang, karena itu gak mereka dapatkan di sekolah,” ungkapnya.
“Mereka juga udah punya geng anak tetangga sekarang. Jadi saling manggil buat main,” tambahnya.
***
Wah, sepertinya cara Astrid Tiar dalam memperkenalkan permainan tradisional ke anak patut ditiru ya, Parents.