Kabar duka kembali datang dari dunia pendidikan tanah air. Dari Indonesia bagian Timur, tepatnya di Manado, Sulawesi Utara, anak SMP meninggal dunia setelah ia diintruksikan lari di sekolahnya.
Adalah Fanli Lahingide, seorang remaja belia yang masih berusia 14 tahun, meregang nyawa pasca hukuman yang diberikan oleh guru berinisial CS. Kejadian ini menyisakan luka mendalam bagi sang Bunda, Julian Mandiangan.
Kronologis kejadian
Peristiwa naas tersebut terjadi pada Selasa (01/10) saat jam sekolah. Julian menuturkan bahwa pagi itu putranya berangkat dalam kondisi sehat menuju SMP Kristen 46.
“Anak saya pergi ke sekolah dengan keadaan sehat-sehat dan kembali sudah terbujur kaku,” kata Julian seperti yang dikutip dari Kompas.com di rumah duka kompleks Perumahan Tamara, Kecamatan Mapanget Barat, Manado, Rabu (2/10/2019) pukul 13.22 WITA.
Artikel terkait : Sebelum meninggal, ini pesan terakhir Satia, bocah 7 tahun yang alami obesitas
Di hari yang sama, Fanli dilarikan ke RS AURI dalam keadaan kritis setelah menerima hukuman. Melihat kondisinya tersebut, pihak rumah sakit merujuk remaja tersebut ke RS Prof Kandou.
Namun naas, saat sudah berada di RS Prof Kandou, ia telah mengembuskan nafasnya yang terakhir. Untuk melakukan otopsi, jenazah pun kemudian dirujuk ke RS lain yakni RS Bhayangkara. Hasil otopsi tersebut pun baru akan terlihat 1 minggu setelahnya.
Pesan sang Bunda
Ibu mana yang hatinya tak terluka mengetahui buah hatinya berpulang untuk selamanya, begitu pun dengan Julian. Ibu Rumah Tangga tersebut mengaku terpukul akan kepergian putranya.
“Anak saya itu pendiam dan rajin ke sekolah. Ke sekolah ayahnya yang selalu antar. Dia juga tidak ada sakit,” cerita Julian
Hati kecilnya masih belum bisa menerima, namun ia berusaha tetap tegar di tengah musibah yang menimpanya. Ia berharap agar kejadian ini tidak terulang kembali pada anak lainnya.
“Cukup anak saya yang mengalami kejadian seperti ini. Kepolisian agar mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku bisa dihukum sesuai aturan,” ujarnya kembali.
Selain itu, menurutnya Dinas Pendidikan sebaiknya memerhatikan kejadian ini dan menjadikan peristiwa ini sebagai pembelajaran.
Artikel terkait : Bikin meleleh! Pertama kali lihat ayahnya, bayi baru lahir ini langsung tersenyum
Bukan kali pertama
Ia pun menilai, hukuman yang diberikan pada putranya dianggap sudah sangat kelewatan. Apalagi melihat dampak yang sudah terjadi. Namun rupanya ini bukan kali pertama anak-anaknya menerima hukuman.
Sang kakak, Yulita, ternyata juga pernah mengalami hukuman dari sekolah tersebut walau tidak separah adiknya. “Kami tidak menerima ini. Apalagi guru yang menghukum anak saya Fanli, pernah juga menghukum anak saya yang tua (Yulita) dengan mencubit sampai biru,” ujar sang Bunda.
Jenazah Fanli dikebumikan pada Kamis (03/10) di Kelurahan Kima Atas, Kecamatan Mapanget, Manado. Semoga ia mendapat terindah di sisi-Nya, keluarga yang ditinggalkan pun bisa tabah. Selain itu, semoga tak ada lagi kabar serupa datang dari dunia pendidikan kita.
Sumber : Kompas
Baca Juga :
Anak meninggal mendadak, Parents harus waspada terhadap kejang demam