Keanekaragaman di Indonesia membuat apa pun bisa saja menjadi viral di jagat maya. Seperti belum lama ini video anak SD seberangi sungai memantik reaksi warganet. Nyatanya, yang terjadi tidak selalu sesuai dengan yang ada di depan mata.
Video Anak SD Seberangi Sungai
Beberapa hari ini, masyarakat heboh dengan beredarnya video yang menarik perhatian. Dalam video berdurasi 2 menit, terlihat tiga orang pelajar berseragam SD menyeberangi sungai untuk bersekolah.
Sumber: Riau24
Mirisnya lagi, mereka menyeberang menggunakan kotak gabus sintetis (styrofoam). Mengutip berbagai sumber, anak SD tersebut tinggal di pinggir Sungai Riding, Desa Kuala Dua Belas, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Merunut keterangan Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kuala Dua Belas Yusliana Sri Safitri, ketiga anak bernama Arfan, Fadil, dan Resa yang merupakan murid kelas 3 dan 5 di sekolah tersebut.
“Total keseluruhan dari kelas 1 sampai 6 ada 75 murid. Seluruhnya tinggal di seberang sungai, jadi jika ingin ke sekolah harus menggunakan speed boat atau kapal ketek,” demikian Yusliana memberikan keterangan.
Dirinya tak menampik, di sepanjang sungai tersebut memang belum ada jembatan penyeberangan. Bukan tanpa alasan, bentang sungai yang mencapai 150 meter dan kedalamannya yang mencapai 7 meter membuat jembatan belum memungkinkan untuk dibangun.
“Jadi waktu itu mereka berangkat ke sekolah diantarkan oleh orang tua masing-masing dengan perahu, setelah itu orangtuanya langsung pergi mencari ikan. Pas pulang sekolah orang tua belum jemput, anak-anak ini akhirnya mengambil styrofoam bekas ikan yang ada sebagai transportasi untuk pulang,” sambungnya lagi.
Sudah Diberi Peringatan
Sejatinya, Yusliana telah memberikan peringatan kepada wali murid. Mengingat hal ini bukan yang pertama kali ketika anak-anak menyeberangi sungai dengan kotak gabus. Bahkan, beberapa tahun lalu satu kotak gabus diisi 4 anak!
“Waktu itu kami segera memanggil wali murid dan mengancam mereka jika masih terulang, maka anaknya akan dikeluarkan dari sekolah. Alhamdulillah setelah itu tidak ada lagi kejadian serupa,” ujarnya.
Sayang, peristiwa ini ternyata kembali terulang bahkan sampai viral. Terlebih, anak-anak tersebut melakukannya tanpa menghiraukan faktor keselamatan. Pihak sekolah pun sudah mengumpulkan wali murid dan mengimbau agar mereka lebih memperhatikan keselamatan anak.
Artikel terkait: Bikin Gagal Fokus! Kisah Penjual Bakso Tampan yang Viral di Bandung
Pemkab Berikan Klarifikasi
Sumber: Kompas
Terlepas dari kejadian viral tersebut, Yusliana tak ketinggalan menegaskan bahwa sungai memang menjadi satu-satunya media transportasi bagi masyarakat sekitar Sungai Riding. Entah itu untuk mencari ikan dan udang serta kegiatan lain memanfaatkan sungai sebagai sumber kehidupan utama.
Senada, Pemerintah Kabupaten Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel), angkat bicara mengenai viralnya video. Anak yang terlihat dalam video ternyata memang tinggal di pesisir timur OKI dan biasa pergi ke sekolah dengan menggunakan styrofoam, tak mau diantar dengan perahu atau speed boat.
“Kuala 12 dihuni sekitar 450 kepala keluarga (KK) yg tersebar di beberapa dusun, salah satunya di dusun buntuan ini. Mata pencaharian mereka nelayan dan peternak burung walet,” ungkap Adi, melansir Republika.
Adapun moda transportasi masyarakat yang biasa menjadi andalan antara lain perahu, speedboat, dan getek. Kotak gabus yang digunakan anak-anak untuk menyeberang biasanya digunakan untuk mendinginkan ikan dan udang.
“Berdasarkan keterangan kades, anak-anak ini enggan diantar orang tuanya gunakan perahu. Jadi, styrofoam tersebut sering dimainkan anak-anak sebagai perahu-perahuan mereka,” sambung Adi lagi.
Artikel terkait: Fakta Ulang Tahun Google Ke-23: Sejarah Namanya Berawal dari Typo
Sebagai informasi, orang tua siswa rata-rata orang yang berkecukupan bahkan mampu membeli speed boat. Mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan, budidaya sarang burung walet, dan berbagai usaha lainnya membuat mereka terbilang cukup dari segi ekonomi.
Kendati terlihat membahayakan, Adi menyebutkan hal itu sudah biasa bagi penduduk setempat. Ibarat kata, masyarakat lahir pun di atas air sehingga aktivitas sehari-hari akrab dengan air. Namun, Pemkab telah menghubungi pihak sekolah agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.
Perihal pembangunan jembatan, tim Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan melakukan survei terkait dengan aksesibilitas dan jumlah penduduk untuk jangka panjang.
Parents, semoga informasi terkait anak SD seberangi sungai ini membuka mata dan kita semua lebih bijak saat mencerna informasi yang beredar di media sosial apa pun.
Baca juga:
Viral Pria Nikahi Tiga Wanita di Magelang, Ini 3 Fakta di Baliknya
Viral Bidan Bantu Seorang Ibu Melahirkan di Atas Perahu, Begini Kronologisnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.