Bunda, anak adalah anugerah dan amanah, ketika Tuhan mengkaruniakan buah hati kepada kita maka berarti kita siap dan sanggup memikul amanah dan titipan tersebut di pundak kita.
Prolog tersebut nampaknya sangat mengena ketika hal tersebut menjadi ujian atau tantangan bagiku yang baru mempunyai anak pertama berjenis kelamin laki-laki yang saat itu berusia 22 bulan dan sudah mempunyai adik bayi perempuan yang baru lahir.
Sebagai New Mom saat itu, mengurus dua buah hati yang masih amat kecil tentulah sangat merepotkan belum lagi datang stigma negatif dari para tetangga dan saudara.
“Kenapa gak KB?” Barangkali itulah kalimat yang sering ditanyakan ketika melihat dua buah hatiku yang masih bayi itu.
Atau, “Kasihan kakaknya, kurang kasih sayang nantinya,” dan sederet tanggapan lain yang mungkin pernah Bunda dengar.
Sederet opini tersebut mungkin sedikit banyak mempengaruhi diri kita dan membuat aku khususnya bertanya-tanya apa aku sanggup membesarkan kedua buah hatiku yang jarak usianya berdekatan itu?
Dan…awalnya memang sulit. Percaya atau tidak ada dampak psikologis yang cukup mengena pada aku sang ibu dan anakku.
Ketika aku mengalami perubahan emosional yang sangat signifikan contohnya mudah marah, stress dan gampang menangis, hal yang sama juga dialami anak pertamaku.
Sederet list ini mungkin menjadi baris pengalaman yang dialami anak pertamaku:
Anak pertamaku sebutlah “Abang” ini sering menangis sejadi-jadinya yang sering kali pemicunya entah apa, padahal sebelum punya adik, Abang tidak pernah tantrum.
-
Tak mau lepas dari si ibu
Semenjak adik bayinya lahir, Abang malah jadi sering menempel padaku dan histeris ketika lepas dari pangkuan.
Ia kerap menangis, gelisah dan insecure jika waktuku lebih banyak dipergunakan untuk mengasihi adik bayi.
Tentunya seorang bayi juga bisa merasakan rasa cemburu ketika curahan kasih sayang ibunya terbagi pada si adik bayi. Abang pun demikian, ia sering cemburu yang nampak pada sikapnya, contohnya aku tidak boleh menggendong adik bayi.
Dan sederet perilaku lainnya yang cukup membuat hati ini miris. Hati seorang ibu mana yang mau melihat anaknya seperti itu.
Lalu bagaimana solusi jika anak mengalami kecemburuan kasih sayang pada adik bayinya tersebut?
Tentunya, mengatasinya tak cukup peran si ibu. Sebagai ibu aku menyadari banyak kekurangan oleh karena itu aku mencari dukungan dari orang terdekat dan menggali berbagai informasi bagaimana mengatasi kesenjangan kasih sayang antara anak pertamaku dan si adik bayi. Hal ini penting supaya nantinya aku ingin Abang bisa dekat dengan adik bayi dan berkasih sayang selayaknya keluarga.
Ini pengalamanku memperlakukan anak pertama ketika dirinya insecure terhadap adik bayinya, Bun:
1. Dukungan suami dan menentukan komitmen bersama
Suami juga harus berperan, dalam hal ini mengurus kedua buah hati kami. Kami berkomitmen untuk membagi waktu kami dalam mengurus si kakak dan si adik bayi. Contohnya, jika aku sedang memberi ASI pada adik bayi, maka suami akan meluangkan waktunya untuk bermain dengan si Abang. Jika tidak memungkinkan, aku biasanya meminta orang terdekat seperti nenek atau tantenya.
Lalu, ketika proses menyusui selesai, aku menghindari melakukan hal yang lain seperti membereskan rumah atau pekerjaan lainnya. Yang terutama bagiku adalah mendatangi Abang dan bermain dengannya. Ini caraku bagaimana aku ingin menunjukkan padanya bahwa ia juga disayang.
Juga perlu ditekankan pada pasangan bahwa pentingnya membagi kasih sayang kami secara adil pada kakak dan adik ini. Karena dalam hal ini adalah mengatasi kecemburuan si kakak, maka sebisa mungkin ia memiliki waktu yang cukup tidak hanya bersama ibunya, juga ayahnya.
2. Mengajarinya menyayangi adik bayi
Seorang kakak bayi bisa diajari untuk menyayangi adik bayinya sejak dini. Caranya lewat sentuhan kasih sayang dan lewat ucapan. Contohnya mengelus adik bayi, mencium atau memberitahunya bahwa adik bayi perlu disayang sebagaimana dirinya dulu waktu bayi.
Lama-lama kebiasaan ini diharapkan bisa menumbuhkan kasih sayang seorang kakak kepada adiknya dan menghilangkan rasa cemburu padanya. Tentunya hal ini harus didukung rasa sayang adil dari si ibu kepada adik bayi sama besarnya pada si kakak seperti yang ditekankan di poin satu tadi.
3. Hindari membanding-bandingkan
Sebisa mungkin hindari kata-kata seperti ini “punya adek bayi, nanti gak disayang lagi lho sama ibu.” Candaan tersebut tentunya tidak sepatutnya, karena anak kecil berusia 2 tahun bisa mengerti makna ucapan tersebut. Hal ini bisa menambah keinsecuran anak terhadap adiknya.
Ucapan-ucapan lain yang bernada sama seperti “Ah, kalau nakal bunda nanti sayang adek saja.” Atau “Bunda pergi sama adik nih, kalau kamu gak nurut. “
Ucapan-ucapan tersebut menakut-nakuti si anak, menimbulkan ketidakpercayaannya pada sang ibu sekaligus menumbuhkan rasa tidak sukanya pada si adik.
4. Perlakuan yang sama dan adil
Aku sering melakukan hal ini; jika aku mencium adik bayi, maka kakaknya juga mendapatkan ciuman yang sama. Sama halnya jika ia dipuji maka adiknya juga dipuji.
Mainan, makanan atau hal yang menimbulkan persaingan sebaiknya dibagi secara adil. Ketika anak diperlakukan secara adil sejak dini, ia tidak akan pernah merasa cemburu atau iri hati terhadap saudaranya sendiri.
5. Dukungan orang terdekat dan lingkungan
Setelah suami, orang terdekat juga bisa diandalkan dalam mengurus tumbuh kembang si buah hati. Tentunya mereka yang dipercaya dapat diandalkan untuk mengatasi kesulitan yang kita alami.
6. Sabar Bun, tidak semua harus sempurna
Seorang ibu dituntut untuk tidak hanya merawat buah hatinya, ia juga dituntut untuk mengurus rumah tangganya.
Aku berprinsip pekerjaan rumah tak harus selesai sempurna, hari ini tak harus memasak yang begitu wah, asal kedua anak terurus dengan baik maka itu lebih dari cukup. Jika tidak mempunyai waktu untuk melakukan ini dan itu, tidak apa.
Tidak perlu menerapkan standar yang tinggi untuk mengurusi semuanya sendirian. Karena kita tidak bisa mengerjakan semuanya sendirian dengan sempurna.
Tidak perlu merasa stress berkepanjangan. Komunikasikan dengan suami bagaimana cara mengatasinya dan selalu meminta bantuan orang terdekat jika dibutuhkan.
Dan seiring berjalannya waktu, Abang lama-lama mau menerima kondisi kenyataan bahwa dia mempunyai adik bayi. Seiring pertumbuhan umurnya, mereka menjadi teman main bersama dan cukup dekat satu sama lain.
Proses seperti makan bersama, main bersama dan diperlakukan secara adil dan sama adalah hal yang terpenting yang harus dilakukan aku sebagai orang tua.
Semuanya berat, tapi semoga dengan kasih sayang yang beradil akan menuai kedekatan kakak adik dalam keluarga yang seharusnya. Jangan lupa kedekatan ini adalah hasil dari proses yang mungkin bakal terjadi selamanya. Tidak ada yang instant dan semuanya harus dijalani dengan bermakna.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.