Meski pemerintah mencanangkan "Keluarga Berkualitas", setidaknya dengan dua anak cukup. Namun, jika Tuhan berkehendak lain lebih dari dua anak, orang tua memerlukan energi lebih dan kecerdasan luar biasa untuk masa depan anak-anaknya kelak.
Kehidupan berkeluarga dengan tiga orang anak yang berbeda usia, jenis kelamin, fisik, karakter, emosi, dll sungguh merupakan tantangan pendidikan seumur hidup dari seorang ibu.
Sekolah kehidupan yang mengajarkan bagaimana sesosok perempuan dapat berubah menjadi super woman.
Multitasking., di dalam keluarga ibu adalah orang yang bisa peran menjadi wanita karir, guru, direktur keuangan, chfe, perawat/dokter, satpam, cleaning service, dll.
Melek Literasi Digital adalah Wajib bagi Ibu
Di era digitalisasi ini merupakan tantang para orang tua, khususnya bagi seorang ibu, untuk tidak antipati terhadap teknologi yang terus berkembang.
Namun, juga jangan kebablasan asik-masyuk dengan dunia digital yang bisa berdampak buruk terhadap manajemen kehidupan diri sendiri dan keluarga.
Pandemi COVID-19 juga telah memaksakan kita untuk melek teknologi dan mau berliterasi digital. Implikasinya adalah memengaruhi pola asuh orang tua beradapatasi untuk bersahabat dengan teknologi.
Bagi kebanyakan orang tua ada yang memilih untuk tidak memperkenankan anak-anaknya yang masih balita menggunakan gawai pintar. Adapula yang membebaskan tanpa batasan bagi anak-anak dengan gadgetnya seakan-akan gawai itu sebagai "obat penenang" mereka.
Namun, di keluarga kami, gawai pintar menjadi media edukasi anak-anak. Mereka sudah diberikan handphone bekas orang tuanya.
Sejak balita sudah diperkenalkan fitur-fitur yang ada didalamnya. Dan, waktu serta perilaku penggunaan anak-anak terhadap gawainya tetap dalam pengawasan dan bimbingan orang tua.
Di sisi lain, seringkali omelan saya pun "menampar" anak-anak yang terlalu lama menggunakan gawai pintar dan tidak konsentrasi dalam belajar.
Sebagai orang tua, kami pun seringkali menemani dan mencermati anak-anak yang asyik dengan smartphonenya.
Kadangkala memeriksa aktivitas apa yang sudah mereka lakukan digawainya dan mengajarkan untuk meminta izin jika ingin menggunakan milik yang lainnya.
Berjalannya waktu, kenikmatan teknologi internet ini telah menginspirasi si anak tengah yang hobi menggambar dan ingin menjadi youtuber, animator, dll.
"Ibu, aku ingin youtuber . Pengen deh masukin ke yotube sewaktu aku menggambar", ujar anak keduaku ketika kami sedang bersama.
"Oh iya kak. Katanya waktu itu mau jadi dokter anak. Tapi, gapapa. Nanti Ibu browsing dulu cari tempat kursus untuk menggambar dan membuat video untuk anak-anak ya, kak", jawabku sembari mengelur kepala si tengah.
"Iya, bu. Aku mau bisa gambar yang bagus kayak anime-anime gitu, Bu", ungkap kakak kedua ini dengan manjanya.
Kecanggihan teknologi memang telah melahirkan beraneka ragam profesi-profesi baru yang membutuhkan kreativitasi dan inovasi. Jangan samakan ya dengan teknologi orang tua kita dulu yang berimplikasi dengan pola komando parentingnya , hehe.
Belajar bersama melek teknologi antara orang tua dan anak-anaknya tidak hanya menciptakan kedekatan, konon juga bisa menciptakan cuan-cuan, hehe.
Jadi, kepada seluruh perempuan di Indonesia yang diamanahi Tuhan menjadi Ibu, tetap semangat dan pantang menyerah.
Jadilah seorang ibu dan perempuan yang berdaya, agar negara Indonesia ini semakin maju.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.