Belakangan ini beredar sebuah video di WhatsApp dan media sosial lain tentang seorang anak lelaki yang diduga diculik dan jadi korban penjualan organ. Mayat anak lelaki tersebut ditemukan di sebuah kotak es batu dalam keadaan sudah membeku.
Berbagai spekulasi beredar di dunia maya. Judul heboh soal video itu pun banyak beredar di kalangan masyarakat. Awalnya, video tersebut berisi informasi tentang seorang anak yang diselundupkan di dalam kotak es balok agar dapat dicuri organnya oleh pedagang China agar bisa cepat kaya.
Judul video tersebut adalah, “Kidnapped children boxed in ice to be transported and sold for their organs. Common in inhumane and materialistic China. So cruel and barbaric just to get rich quick.”Artinya, anak korban penculikan ini ditaruh di dalam kotak es dan organnya dijual. Dasar China tidak punya perasaan dan materialistis. Tindakan kejam yang tujuannya hanya agar cepat kaya.
Informasi palsu pun ikut beredar di banyak kalangan lainnya.
Misalnya, muncul spekulasi bahwa anak tersebut ketiduran di kotak es dan berujung mati beku di sana bersama tumpukan sayur lainnya. Ada yang berkata bahwa anak tersebut disembunyikan penculik lalu mati kaku di dalam kotak es tersebut.
Namun, benarkah kabar tersebut?
Kisah Tragis di Balik Video Anak Lelaki Ditemukan di Kotak Es
Media massa Tiongkok EToday yang dikutip oleh Chanel News Asia memberikan keterangan yang sebenarnya tentang video tersebut. Video yang banyak beredar di WhatsApp Singapura dan Malaysia ini ternyata bukanlah video penculikan.
Di dalam video berdurasi 50 detik ini, terlihat seorang anak tampak kaku di dalam sebuah kotak es. Kemudian, seorang wanita menangisinya dikelilingi oleh para warga.
Sebenarnya, berita tersebut berasal dari desa Guangdong, kota Yiyang provinsi Hunan di Republik Rakyat Tiongkok. Kepolisian setempat menyatakan bahwa anak tersebut bukanlah korban penculikan maupun pencurian organ.
Polisi menyatakan, bahwa anak tersebut meninggal karena tenggelam di sungai. Kemudian, keluarganya mengirimkan jenazahnya ke kampung untuk dimakamkan.
Namun, karena udara sangat panas dan khawatir jenazahnya rusak, maka keluarganya pun berinisiatif untuk membawa jenazahnya di dalam kotak es agar lebih awet dan tidak bau.
Beredarnya kabar simpang siur yang jadi hoax di internet ini cukup menjadi beban bagi keluarga si anak. Apalagi video jenazah anak mereka beredar secara bebas di internet.
Semoga kita jadi bagian yang tidak mudah menyebarkan berita palsu ya. Karena, bisa melukai pihak keluarga yang berduka dan membuat orang lain punya pikiran buruk kepada etnis lainnya.
Mulai sekarang, hati-hati dengan berita hoax ya, Parents…
Bagaimana Cara Menghindari Penculikan Anak?
Parents, sekitar 300 anak diculik setiap tahun, menurut data yang dihimpun Huffpost. Dari jumlah itu, 50 hingga 150 anak ditemukan dalam keadaan meninggal. Jumlah ini lebih kecil dari tahun lalu, dan ini menjadi berita positif untuk orang tua.
Melihat tingginya angka penculikan itu, orang tua perlu mengajarkan kewaspadaan pada anak-anak sejak dini. Anak perlu tahu apa yang harus dilakukan jika mereka terlibat dalam percobaan penculikan.
Usaha paling baik adalah dengan membangun kemitraan antara sekolah, polisi, dan orang tua. Sama seperti polisi mengajari anak-anak cara berhenti, melihat dan mendengarkan sebelum menyeberang jalan, kita perlu mengajari mereka cara untuk tidak diculik.
Parents harus percaya, penting untuk mengajari anak-anak bagaimana menghindari penculikan, bagaimana melawan seorang penculik dan bagaimana cara melarikan diri. Anak-anak rentan dan mudah percaya pada seseorang, dan tugas kita sebagai orang tua adalah untuk mengingatkan mereka tentang aturan keselamatan dasar.
- Jangan pergi dengan siapa pun selain orang tua, atau orang yang sudah diminta untuk menemani anak hari itu.
- Ingat, orang dewasa tidak memerlukan bantuan dari anak, sehingga Parents perlu mengingatkan anak jika ada orang dewasa meminta bantuan, itu adalah tanda peringatan bahaya. Apalagi jika orang itu adalah orang asing.
- Minta anak untuk menghindari masuk ke mobil dengan orang asing.
- Tanamkan pada anak apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat anak sedang tidak bersama orang tua. Yakinkan anak untuk mengambil tindakan seperti melawan, berterikan, atau minta tolong jika ada orang mencurigakan yang mendekati mereka.
Hal terpenting yang dapat dilakukan orang tua adalah berkomunikasi secara terbuka dengan anak di rumah. Parents perlu membangun suasana rumah yang membuat anak-anak dapat memberi tahu apa yang sedang terjadi dalam hidup mereka.
Ajari anak soal hak-hak yang dimilikinya. Tekankan, anak punya hak untuk mengatakan “tidak.” Anak-anak harus tahu ada aturan yang berbeda untuk situasi yang berbeda; mereka tidak harus selalu sopan. Anak yang sopan pada semua orang bisa jadi sasaran empuk penculikan.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Waspada Penculikan Anak, Ketahui Cara Mencegah dan Tips Menghadapi Stranger
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.