Membantu anak menghadapi perceraian orangtuanya sama sulitnya dengan perceraian itu sendiri. Anak korban perceraian selalu hidup dengan ketakutan bahwa ia tak bisa lagi memiliki keluarga yang bahagia atau orangtua yang menyayanginya.
Saya sendiri bukan orang yang tepat untuk memberikan saran ini karena (untungnya!) tidak pernah berada di posisi ini. Namun, Paul Salonga dari theAsianparent Singapura menanyakan beberapa pertanyaan terkait perceraian kepada mereka yang pernah mengalaminya atau bahkan dialami oleh orangtuanya.
Jawaban-jawaban yang didapat cukup jujur, memilukan, tetapi dapat memberi inspirasi. Jadi berikut ini kami rangkum apa yang sebaiknya Anda lakukan dan tidak lakukan terhadap anak korban perceraian.
9 Cara membantu anak korban perceraian
1. Koordinasi
Diskusikan terlebih dahulu siapa yang akan mengasuh anak, apakah Bunda atau Ayah. Meski hubungan pernikahan Anda kandas, tidak seharusnya anak menjadi terlantar.
Anda dan mantan pasangan tetaplah harus bekerja sama memberikan yang terbaik untuk anak. Bila anak akan ikut Bunda, atur jadwal agar Ayahnya tetap bisa bertemu di hari lain seperti akhir pekan atau saat libur sekolah.
Pastikan Parents tetap bisa jadi orang-orang kepercayaan anak yang dapat diandalkan meski kalian sudah tidak bersama lagi. Hal itu akan sedikit membuat tenang anak korban perceraian.
Jelaskan pada anak bahwa wajar jika orang tumbuh dan hidup terpisah namun tetap memiliki tujuan yang sama yaitu melihat si anak tumbuh dengan baik.
2. Dukung hobi anak
Anak-anak biasanya akan melakukan apa yang menjadi hobi mereka untuk mengatasi rasa sedih akibat perceraian orangtuanya. Apapun yang menjadi hobi anak, Parents harus memberi dukungan kepadanya.
Seorang teman mengatakan bahwa ia senang sekali memasak bersama ibunya dan hal itu membantunya menghadapi kesedihan melihat kedua orangtuanya berpisah.
Ajak anak bicara tentang apa yang menjadi kesukaan mereka akan lebih baik dibandingkan jika Anda hanya mengeluhkan soal pekerjaan atau kehidupan.
3. Dengarkan
Anda tak perlu mengatakan apapun. Jangan berpura-pura tahu bagaimana rasanya menjadi anak korban perceraian.
Perasaan Anda dan perasaan anak sungguh berbeda. Jadi, dengarkan saja baik-baik saat anak menceritakan apa yang ia rasakan ketika tahu orangtuanya berpisah.
Cobalah untuk selalu ada untuknya kapanpun ia membutuhkan Anda.
4. Berikan contoh
Bila alasan Anda bercerai dari pasangan adalah karena sudah tidak bahagia lagi menjalani kehidupan pernikahan dengannya, Anda harus bisa menunjukkan pada anak jika Anda lebih bahagia ketika sudah berpisah.
Meski hal ini mungkin tidak berlaku bagi semua orang, namun bagi anak korban perceraian melihat orangtuanya lebih bahagia akan membuatnya sedikit lebih tenang.
5. Ambil beban yang ada di pundaknya
Anak paling besar akan sering merasakan tekanan yang tidak semestinya untuk menjadi orangtua pengganti bagi adik-adiknya. Cobalah untuk meringankan beban si sulung Anda.
Biarkan ia tetap menjadi anak-anak dan menikmati waktunya dengan bermain, belajar, dan berkumpul dengan saudara-saudara kandungnya.
6. Beritahu anak bahwa itu bukan salahnya
Beberapa anak terkadang merasa bahwa dirinya adalah penyebab kedua orangtuanya berpisah. Cobalah untuk membangun rasa percaya diri anak dengan menjelaskan secara sederhana alasan Anda bercerai.
7. Ajari anak nilai individualitas
Penting bagi anak memahami jika dulu Anda dan pasangan adalah dua orang asing yang belum pernah bertemu bahwa Anda berdua adalah anak dari orang lain.
Masing-masing dari kita memiliki kisahnya sendiri, dan terkadang tidak semua orang bertemu. Anda punya cerita hidup sendiri, anak Anda juga memiliki kisah hidup sendiri.
Wajar jika dua orang asing bertemu lalu jatuh cinta dan bersama membangun keluarga. Namun terkadang takdir berkata lain sehingga dua orang itu harus kembali hidup terpisah.
Hubungan tidak selamanya berhasil dan ini akan mengajari anak untuk selalu terbuka pada setiap kemungkinan dalam hidup.
8. Berkomunikasi
Kami menekankan pentingnya komunikasi. Berkomunikasi bukan hanya bicara melainkan juga mendengarkan.
Menyadari kebutuhan masing-masing dan mengakui apa yang sebenarnya terjadi akan membantu Anda maupun anak untuk move on dengan cepat.
Artikel terkait: 3 Cara agar tegar menghadapi perceraian dan bisa melanjutkan hidup
9. Teman bisa membantu
Jangan khawatir jika anak sedang ingin sendiri. Ini adalah bagian dari pembelajaran tentang pentingnya individualitas.
Anak tetap membutuhkan ruang untuk merenungkan semua kejadian ini. Selain itu, ia juga membutuhkan teman sebaya yang akan memahami cara berpikir anak seusianya.
Anda bisa membantunya mengenalkan dengan teman sebaya di lingkungan rumah. Menciptakan rasa memiliki untuk anak akan membantu anak dalam jangka panjang.
JANGAN lakukan ini terhadap anak korban perceraian
Selain hal-hal yang disarankan membantu anak menghadapi perceraian orangtuanya, ada beberapa hal yang mungkin Anda sering terlupa namun sebaiknya dihindari.
- Bersikap sinis. Anak akan merasa bahwa perceraian ini juga bisa terjadi padanya suatu hari nanti. Maka, Anda tetap harus bisa bersikap positif meski sulit dilakukan.
- Mengatakan ‘tolong mengerti’. Mengatakan hal ini tidak serta-merta membuat anak memahami situasi Anda. Justru kalimat ini membuat anak takut menunjukkan perasaan sedih dan kecewanya. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, proses untuk move on akan lebih mudah jika setiap orang – baik Anda maupun anak – sama-sama melewati proses yang menyakitkan ini dan mengakuinya.
- Mencoba tetap mesra dengan mantan pasangan ketika di depan anak. Katakan dengan lembut dan perlahan pada anak bahwa Anda sudah tidak bisa bersama lagi dengan mantan pasangan Anda. Jangan pura-pura terlihat baik-baik saja di depan anak karena justru akan membuatnya sangat berharap orangtuanya bisa bersama lagi.
- Berbohong dan menyembunyikannya. Beberapa orang memilih tidak memberitahukan anak-anak mereka tentang perceraian. Sebaiknya jangan lakukan itu. Jika anak mendapati Anda menyembunyikan perceraian ini darinya, ia justru menjadi jauh lebih terluka dan sulit untuk percaya lagi pada orangtuanya.
- Berkomentar buruk tentang mantan pasangan. Pikiran dan perasaan Anda tentang mantan pasangan sebaiknya tidak memengaruhi anak. Meski hubungan pernikahan kandas, namun hubungan orangtua – anak tidak akan bisa digantikan.
- Bertengkar di depan anak. Pernah melihat orangtua Anda sendiri bertengkar di depan Anda ketika Anda kecil? Sadar atau tidak, pertengkaran orangtua akan memengaruhi anak seumur hidupnya.
Perceraian memang tak pernah mudah. Namun jangan juga mempersulit hidup anak.
Kejadian ini bisa menjadi sebuah pelajaran hidup bagi anak sekaligus meembuatnya lebih bersikap dewasa.
Semoga artikel ini bermanfaat.
*Artikel diterjemahkan dari theAsianparent Singapura.
Baca juga:
Bunda, menolak bercerai demi anak ternyata bukan keputusan yang baik!