Kedamaian bulan Ramadan terusik, akibat ulah ormas islam yang mengintimidasi seorang remaja hanya karena status Facebook. Masalah ini berbuntut panjang, karena ibu dari remaja tersebut dipecat dari pekerjaannya dan diusir dari kontrakan yang selama ini ia tempati bersama keenam anaknya.
Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan seorang remaja beretnis Tionghoa sedang diintimidasi oleh beberapa orang dewasa tersebar secara luas di dunia maya. Remaja tersebut diketahui bernama Mario, dia diintimidasi akibat status Facebook yang dia tulis dianggap melecehkan petinggi FPI.
Video berdurasi kurang lebih 2 menit tersebut, menampilkan Mario yang dikerumuni banyak orang dewasa. Diinterogasi, bahkan ditampar. Dia dipaksa menandatangani surat bermaterai.
Yang menyedihkan, akibat intimidasi dari ormas Islam yang terkenal suka melakukan kekerasan ini, pemilik toko tempat Ibu Angel (ibunya Mario) bekerja, memutuskan untuk memecat ibu yang menjadi tulang punggung enam orang anaknya ini.
Tidak berhenti sampai disitu, pemilik kontrakan tempat mereka tinggal pun mengusir mereka. Diduga pemilik toko dan kontrakan tersebut takut akan diintimidasi oleh anggota FPI. Sedangkan Mario juga dikeluarkan dari sekolahnya karena kasus ini.
Dilaporkan oleh Merdeka, Ibu Angel beserta keenam anaknya telah dibawa ke tempat yang aman. Dengan alamat yang dirahasiakan demi keselamatan mereka.
Kasus ini tentu saja membuat kita semua prihatin. Hanya karena sebuah postingan di media sosial, sebuah keluarga terkena imbasnya. Selain menindak para pelaku kekerasan, ada baiknya orangtua juga mengawasi tindak tanduk sang anak di media sosial.
Jangan sampai, akibat status Facebook yang tersebar dimana-mana, seluruh anggota keluarga malah menderita.
Berikut ini adalah tips dari para ahli, agar orangtua bisa menjaga anaknya dari kejahatan dan bahaya penggunaan media sosial seperti dilansir dari laman Parenting.
1. Belajar cara menggunakan media sosial
Amy Morin, seorang psikoterapis dan ahli parenting menyarankan para orangtua untuk belajar tentang berbagai jejaring media sosial yang digunakan anak. Orangtua juga bisa membuat akun tersendiri untuk memahami bagaimana sebuah jenis media sosial bekerja.
“Sangat penting bagi orangtua untuk memahami perbedaan dari berbagai jenis media sosial. Karena setiap aplikasi memiliki platform yang berbeda dan juga risiko yang berbeda,” papar Amy Morin.
Memiliki akun sendiri, juga memudahkan Anda memantau aktifitas anak di media sosial. Agar bila dia menulis status Facebook yang berpotensi bahaya, Anda bisa langsung menyuruh dia untuk menghapusnya sebelum masalah datang.
2. Ciptakan batas usia minimum
Sebagai langkah aman, Anda bisa menerapkan aturan berapa usia anak sebelum dia diperbolehkan menggunakan media sosial. Dampingi dia saat pertamakali membuat akun media sosial, dan ajari untuk menggunakan platform media sosial secara bijak. Agar tidak mengundang kontroversi yang malah bisa membahayakan dirinya sendiri.
Artikel Terkait: Bolehkan Anak Punya Akun Media Sosial?
Anda juga harus memantau aktifitasnya di media sosial. Pertemananya dan obrolan dengan teman-temannya. Selain memastikan dia tidak membuat ulah di media sosial, hal ini juga dilakukan untuk melindunginya dari predator seksual yang berkeliaran di dunia maya.
Artikel Terkait: Waspada, Predator Seksual Anak Berkedok Akun Palsu Selebriti Beredar di Media Sosial
3. Diskusikan dengan anak tentang bahaya dan konsekuensi penggunaan media sosial
Anak seringkali terbuai dengan kemudahan menggunakan media sosial, sehingga dia tidak menyadari bahaya yang mengintainya. Karena itu, pastikan anak tahu apa saja bahaya yang mungkin terjadi dari penggunaan media sosial yang salah.
Selain kasus Mario yang dikeluarkan dari sekolah akibat status Facebook tadi, media sosial juga rentan menjadi tempat terjadinya cyber bullying. Karena itu, ingatkan anak untuk bijak menggunakan media sosial, dan tidak sembarangan mengunggah foto atau menulis komentar.
4. Batasi penggunaan gadget atau komputer
Bila Anda hanya membolehkan dia membuka media sosial lewat komputer, letakkan perangkat tersebut di ruang keluarga yang terbuka, dimana siapapun bisa melihatnya. Agar anak menjadi lebih hati-hati saat menggunakan media sosial karena dia tahu kapan saja orangtua bisa melihat apa yang sedang dilakukannya.
Bila anak membuka media sosial dengan perangkat gawai yang bisa dibawa kemana-mana, pastikan Anda memberikan kata sandi yang tidak diketahui anak. Agar saat dia ingin menggunakannya dia harus meminta ijin pada Anda. Pengawasan orangtua pun bisa dilakukan dengan lebih mudah.
Anda juga harus membuat aturan yang membatasi waktu anak dalam menggunakan media sosial. Anda bisa menetapkan satu waktu tertentu dimana orangtua dan anak bisa membuka media sosial secara bersamaan, tapi jangan terlalu mengekang. Agar anak merasa masih punya kebebasan tanpa harus menyembunyikan apapun dari orangtuanya.
5. Periksa pengaturan privasi media sosial anak secara rutin
Memastikan profil anak kita aman di media sosial bisa dilakukan dengan cara memeriksa pengaturan privasinya secara rutin. Agar akunnya tidak bisa diretas, atau malah disalahgunakan oleh orang lain.
Ajari anak untuk mengganti kata sandinya secara berkala, agar lebih aman. Yang pasti, jangan lupa untuk mengawasi penggunaan media sosial anak.
***
Semoga bermanfaat ya, Parents.
Baca juga:
Ibu Kecanduan Smartphone, Anak Curhat di Media Sosial
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.