Berita duka datang dari Maroko, negara yang belum lama luluh lantak akibat gempa bumi yang melanda. Gempa dengan kekuatan 6,8 SR itu merenggut ribuan korban jiwa. Tak hanya orang dewasa, anak korban gempa Maroko juga sungguh memprihatinkan.
Gempa Mengguncang Maroko, Terbesar Sepanjang Sejarah
Sumber: Al Jazeera
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter meluluhlantakkan rumah dan membuat banyak warganya terjebak di puing reruntuhan. Kota Tua Marrakesh yang merupakan situs warisan dunia UNESCO mengalami kerusakan.
Raja Maroko Mohammed VI telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional sejak Sabtu karena dampak dari gempa tersebut.
Adapun pusat gempa berada di Pegunungan Atlas Tinggi, 71 km (44 mil) barat daya Marrakesh – sebuah kota dengan status warisan dunia yang populer di kalangan wisatawan.
Pusat gempa terletak di daerah Ighil, sebuah komune pedesaan pegunungan yang menjadi rumah bagi desa-desa pertanian kecil di provinsi Al-Haouz dekat resor ski Oukaimeden di Pegunungan Atlas.
Gempa turut terasa di seluruh negeri termasuk di provinsi Ouarzazate, Marrakesh, Azilal, Chichaoua dan Taroudant.
Gempa terjadi pada Jumat (08/09) pukul 23:11 waktu setempat (Sabtu, 9 September, pukul 05:11 WIB). Gempa susulan berkekuatan 4,9 terjadi 19 menit kemudian.
Kementerian Dalam Negeri Maroko per Senin (11/9/2023) mengumumkan korban jiwa akibat gempa Maroko meningkat menjadi 2.862 orang dan lebih dari 2.500 orang terluka.
Bocah berusia 8 tahun bernama Marouane menjadi salah satu korban gempa dahsyat Maroko. Marouane terjebak di dalam rumah dan orangtuanya baru mengetahui bahwa ia terjebak setelah gempa.
Artikel terkait: Gempa 7,1 SR Guncang Filipina Utara, Banyak Bangunan Rusak
Anak Korban Gempa Maroko Terjebak di Dalam Rumah
Sumber: CNN World
Melihat jam kejadian, gempa terjadi saat masyarakat tengah menikmati waktunya bersama keluarga. Tak terkecuali keluarga Hamid ben Henna.
Sebelum guncangan, Hamid baru meminta putranya yang masih kecil, Marouane mengambil pisau untuk memotong melon sebagai sajian makan malam. Mereka akan berbincang terkait persiapan sang anak yang akan memasuki tahun ajaran baru.
“Saat itulah terjadi,” kata Ben Henna melansir dari Reuters. Ruangan mulai bergetar, lampu padam, berlanjut dengan puing-puing mulai berjatuhan dari langit-langit rumah adat mereka di desa terpencil pegunungan High Atlas.
Saat gempa mengguncang, Ben Henna dan putranya yang lain, Mouad, terhuyung keluar dari pintu yang terbuka menuju gang saat rumah mereka mulai runtuh. Mereka berhasil membebaskan istrinya, Amina dan putri kecilnya Meryem.
Nahas, Marouane tidak berhasil diselamatkan. Masih berusia 8 tahun, bocah itu rupanya memilih berlari lebih jauh ke dalam rumah. Ia ditemukan tertimbun di bawah reruntuhan setinggi 1 meter.
Jenazah Marouane baru ditemukan keesokan harinya, setelah saudara laki-laki Ben Henna tiba dengan mobil dari Casablanca, lima jam perjalanan, untuk membantu mengangkat puing-puing yang menimbun tubuh Marouane.
Sang anak dimakamkan pada Sabtu pagi. Dengan pilu, ayah Marouane mengenang buah hatinya. Ia menilai putranya itu adalah sosok yang sangat antusias dan senang pergi ke sekolah.
Artikel terkait: Kembali Diguncang Gempa, Taiwan Alami Lebih dari 70 Kali Gempa Susulan
Bayi Baru Lahir Harus Tinggal di Tenda
Sumber: Palestinian News
Kisah lain datang dari Khadijah, seorang perempuan yang terpaksa harus mengasuh bayinya yang baru lahir di tenda pengungsian. Ya, bayi Khadijar lahir beberapa menit sebelum gempa mengguncang tanah kelahirannya.
Khadijah dan bayinya tidak terluka, namun tiga jam setelah proses persalinan pihak rumah sakit memutuskan melakukan evakuasi.
“Mereka bilang kepada kami bahwa kami harus pergi karena ditakutkan terjadi gempa susulan,” kata Khadijah seperti dilansir BBC, Senin (11/9).
Bersama bayi mereka, Khadijah dan suaminya mencoba naik taksi pada Sabtu (9/9) pagi ke rumah mereka di, Pegunungan Atlas, sekitar 65 km dari Marrakesh.
Dalam perjalanan pulang, mereka mendapati jalan ditutup karena tanah longsor dan mereka hanya dapat mencapai Desa Asni, yang berjarak sekitar 50 km dari Marrakesh. Sejak saat itulah keluarga tersebut terpaksa harus tinggal di tenda pinggir jalan utama.
“Saya belum menerima bantuan atau apapun dari pihak berwenang,” ujar Khadijah, sembari menggendong bayinya di bawah terpal tipis. “Kami meminta selimut kepada orang-orang di desa ini agar punya sesuatu untuk menutupi kami.”
Tak menyangka akan terjadi bencana, Khadijah menyebut hanya memiliki satu set pakaian untuk bayinya. Ia juga telah mendapat kabar dari rekannya bahwa rumah mereka sudah rata dengan tanah. Kini, mereka belum tahu bagaimana kehidupan mereka selanjutnya.
Menjadi gempa tersebsar sepanjang sejarah, tawaran bantuan untuk Maroko dari dunia internasional terus mengalir. Namun, sejauh ini Maroko baru menanggapi bantuan dari negara sahabat yakni Spanyol, Qatar, Inggris, dan Uni Emirat Arab.
“Pihak berwenang Maroko melakukan penilaian secara hati-hati terhadap kebutuhan di lapangan, dengan mempertimbangkan bahwa kurangnya koordinasi dalam kasus-kasus seperti itu akan menjadi kontraproduktif,” kata raja, menurut pernyataan Kementerian Dalam Negeri Maroko yang diunggah lembaga penyiaran negara 2M.
Turut berdukacita atas bencana yang terjadi di Maroko, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan. Semoga Maroko lekas bangkit, kita doakan.
Baca juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.