Tidak ada satu orang pun orang tua yang bersedia sang anak menjadi korban bully, apalagi pelaku bullying itu sendiri. Kisah tragis inilah yang dialami seorang anak di Amerika Serikat. Bully membuat remaja mengakhiri hidupnya.
Kisah Drayke, Seorang Anak yang Menjadi Korban Bully
Adalah Drayke Hardman, seorang remaja laki-laki yang memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri. Di usia belia, ia tidak kuat menampung rasa pedihnya menjadi korban bullying di sekolah. Kisah ini menguap di sebuah akun Instagram @itsok_campaign .
“Perkenalkan, ini adalah Drayke Hardman. Dia berusia 12 tahun dan minggu ini, dia gantung diri dengan hoodie favoritnya di tempat tidur. Anda mungkin mengira selama ini anak itu tangguh, tetapi bagaimanapun juga mereka adalah manusia,” demikian kisah itu bermula.
“Drayke Andrew Hardman lahir dari orang tua yang penyayang, Samie dan Andrew Hardman pada 26 Mei 2009. Drayke sangat dicintai oleh keluarganya. Dia menyukai olahraga dan memiliki semangat yang baik. Bahkan, dia sangat ingin berteman dengan semua orang,” lanjut kisah itu lagi.
Seiring tumbuh kembangnya, Drayke memiliki mata yang sangat besar berwarna biru. Siapa sangka, hal ini membuatnya di-bully di sekolah. Menariknya, Drayke tetap mencoba berteman dengan orang yang merundungnya tersebut.
Pihak sekolah dan orang tua menyadari hal tersebut, bahkan sekolah telah memberikan skorsing terhadap pihak yang merundung Drayke. Puncaknya, Drayke pulang ke rumah dengan mata hitam. Ternyata, pelaku perundungan menyakitinya.
Dua hari setelah kejadian tersebut, tepatnya 9 Februari 2022, saudara tertua Drayke menemukan adiknya tergantung di tempat tidur. Hoodie favoritnya meliliti lehernya. Ayah Drayke mencoba memberikan pertolongan pertama sambil menunggu tim medis datang.
“Setelah 15 menit, jantungnya mulai berdetak. Sayang, keesokan harinya Drayke meninggal dunia dikelilingi keluarganya. Setelah peristiwa ini, keluarganya tak henti meningkatkan kesadaran akan bullying dan bunuh diri.
Drayke akan selamanya diingat sebagai anak laki-laki penyayang dengan hati yang baik. RIP Drayke (26th May 2009 – 10th February 2022)”.
Artikel terkait: Pernah Jadi Korban Bullying, Fuji: “Aku Sampai Pindah Sekolah”
Orang Tua Merasakan Hal Berbeda
Mengutip laman People, orang tua Drayke yakni Samie dan Andrew berulang kali memeriksa kesehatan mental putranya. Bullying nyatanya terus berlanjut setahun lamanya. Mereka bahkan menanyakan apakah putranya itu terpikir untuk bunuh diri.
“Ia berkata tidak dan sepertinya ia merasa jijik saya bertanya begitu kepadanya,” ujar Samie. Kendati pelaku bullying telah diskors, pelecehan terus berlanjut. Hingga akhirnya Drayke pulang ke rumah dengan mata hitam.
Hal berbeda mulai terasa ketika kala itu Drayke melewatkan latihan basket malam hari. Sungguh hal yang tidak biasa. Sampai akhirnya, Drayke ditemukan gantung diri di kamarnya.
“Jauh di lubuk hati mereka, ada sesuatu yang rusak, yang diambil anak ini dari putra saya dan itu pasti datang dari suatu tempat karena seperti yang dikatakan Samie, anak-anak tidak terlahir untuk merasa marah,” jelas Andrew.
“Jadi baginya, ia harus menyerang anak saya untuk membangun kepercayaan dirinya, karena ia kekurangan sesuatu. Artinya, pengganggu ini juga menjadi korban dan di sinilah kita perlu menemukan solusi dengan mengajarkan anak-anak kita bahwa dunia ini telah rusak, dan merekalah generasi yang akan memperbaikinya,” pungkas Andrew.
Sejak kematian Drayke, banyak pihak memberikan simpati. Salah satunya dengan gerakan sosial bertajuk Do It For Drayke. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan intimidasi di sekolah dan mengajarkan kebaikan.
“Hati saya hancur untuk Drayke dan keluarganya, dan setiap anak yang menjadi korban bullying. Mohon luangkan waktu untuk membaca ini, tunjukkan ini kepada anak-anak Anda, mulailah percakapan.
Mari kita ajari anak-anak kita kebaikan dan kasih sayang. Bullying TIDAK PERNAH dan TIDAK AKAN ‘keren,” tutur model Kaia Gerber dalam Instagram-nya.
Artikel terkait: Fakta Simon Leviev: Penjahat Tinder yang Mengaku Pebisnis Berlian untuk Tipu Korban
Tanda Anak Jadi Korban Bullying
Menjadi tugas orang tua untuk memerhatikan bilamana anak menjadi korban perundungan di sekolah. Baik disadari maupun tidak, berikut gejala yang akan timbul dari anak korban bully:
- Sulit tidur (insomnia)
- Sulit konsentrasi di kelas atau kegiatan apa pun
- Sering membuat alasan untuk bolos sekolah (biasanya ditandai dengan membuat-buat gejala penyakit seperti pusing, sakit perut, dan sebagainya)
- Mendadak menjauhkan diri dari aktivitas yang disukai sebelumnya, misalnya ekskul atau bermain sepulang sekolah
- Tampak gelisah, lesu, dan muram
- Timbul rasa putus asa terus-menerus, kehilangan kepercayaan diri, mudah cemas
- Cenderung menutup diri dari lingkungan pergaulan
- Sering mengeluh kehilangan barang atau barang-barangnya rusak
- Nilai di sekolah menurun
- Enggan mengerjakan PR atau tugas sekolah lainnya
- Timbul luka memar di wajah, tangan, atau punggung tanpa alasan, tetapi anak mungkin berkilah ia terjatuh dari tangga atau kejedot di sekolah
Semoga kisah tentang Drayke ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Baca juga:
4 Seleb Jadi Korban Bully di Forum Online, Ada yang Merasa Mau Mati!
Cerita Gamers Livy Renata Jadi Korban Bullying di International School
Momo Geisha Jadi Korban Body Shaming, Disebut Mirip Nenek-nenek
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.