Anak jago kandang. Familiar, dong, dengan jargon ini? Anak jago kandang bisa diartikan sebagai sebuah kondisi saat seorang anak berani melakukan sesuatu di rumah, namun saat di luar rumah justru sebaliknya.
Nyalinya jadi ciut. Tidak berani berkata-kata atau berubah menjadi anak yang pendiam, pun tampak tidak berani melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini tentu sering kali membuat orangtua jadi gemas, dan bertanya-tanya mengapa, sih, anak jadi jago kandang? Apakah anak jago kandang wajar dialami seorang anak?
Ditemui di acara peluncuran ‘Iya Boleh Camp’ yang digagas oleh Dancow, Ratih Ibrahim selaku psikolog anak menjelaskan bahwa anak jago kandang ini sebenarnya merupakan hal lumrah dan banyak dialami anak-anak. Biasanya, anak-anak yang masuk usia 2 tahun, akan mengalami fase yang satu ini.
Mengapa anak dua tahun kerap mengalami fase jago kandang?
Baca juga : Cara mengubah anak pendiam dan pemalu menjadi anak pemberani
“Anak-anak usia 2 tahun itu kan, mulai keluar dari fase bayi, mulai besar. Makanya anak usia 2 tahun, biasanya mereka itu memang sudah masuk dalam tahapan masa ekplorasi dengan lingkungannya, khususnya yang ada di rumah. Nah, lingkungan rumah buat anak-anak adalah lingkungan paling aman. Lingkungan yang ia sangat kenal dengan baik. Karena itu tidak mengherankan ketika di luar rumah, tidak sedikit anak-anak yang jadi jago kandang,” paparnya.
Artinya kondisi seperti itu memang bagian dari defense mechanism seorang anak. Oleh karena itu, Ratih Ibrahim berpesan agar orangtua tidak perlu memeberikan reaksi berlebihan. “Makanya, saat anak keluar rumah, ruang eksplorasinya itu kan baru. Lingkungan yang belum dia kenal dengan baik. Tentu anak akan jadi jaga-jaga, lebih hati-hati.
Ia melanjutkan, “Nanti ketika anak sudah merasa aman, melihat ada anak-anak yang seusianya juga sedang main, nanti juga akan ikut bereskplorasi. Tapi itu juga memang akan tergantung kita sebagai orangtuanya. Saat anak sudah menunjukan keberaniannya, respon apa yang kita berikan.”
Anak jago kandang, orangtua perlu memberikan respon yang pas
Ratih Ibrahim mengingatkan, orangtua memang perlu memberikan respon yang pas. Tunjukan pada anak bahwa keberaniannya adalah sesuatu yang hebat. “Jadi memang jangan sedikit-sedikit bilang tidak boleh. Beri kesempatan pada anak untuk bereksplorasi.”
Selain itu, orangtua juga perlu memerhatikan faktor internal anak lebih dahulu. Di mana karakter anak memang unik dan akan berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam ilmu psikologi, ada anak yang memang mudah beradaptasi, ada juga anak yang agak pelan dalam beradaptasi, serta anak yang memang sulit dan membutuhkan waktu cukup lama beradaptasi.
Baca juga :
7 tanda anak memiliki karakter introvert dan bagaimana menghadapinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.