Anak jadi pelaku Bullying? Ini yang harus dilakukan orangtua

Semua orangtua ingin anaknya jadi orang baik. Namun bagaimana jika ternyata tanpa sepengetahuan kita selama ini, ia justru jadi orang yang suka membully anak lain?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hal-hal pencegahan untuk membantu anak-anak menjadi korban bullying sering dibahas di banyak artikel dan forum parenting. Tapi bagaimana jika anak kita sendiri yang menjadi pelaku bullying atau perundungan? Siapa yang harus bertanggung jawab?

Tidak semua orangtua mau mengakui bahwa anak mereka adalah tukang bully. Karena banyak orangtua hanya ingin mengakui jika anak itu baik.

Sebenarnya semua orang setuju bahwa intimidasi bukanlah perbuatan baik. Orangtua yang masih membenarkan tindakan intimidasi anak mereka mungkin juga tidak mau dianggap bahwa mereka tidak becus mendidik anak.

Namun, untuk menghentikan bullying yang dilakukan oleh anak, orangtua harus mengerti bahwa perbuatan bullying itu salah. Jangan sampai sikap orangtua tidak jelas tentang bullying itu sendiri.

Jika Anda sudah mengerti sepenuhnya tentang bagaimana salahnya melakukan intimidasi, langkah-langkah berikut harus dilakukan jika anak tersebut adalah pelaku intimidasi:

1. Bicaralah dengan hati-hati kepada anak

Bicaralah dengan anak Anda tentang hal terkait intimidasi. Bukan dengan menyalahkan mereka. Tapi dengan mencari tahu penyebabnya mengapa anak jadi pelaku bullying.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Misalnya, apa yang membuatnya mem-bully temannya? Apakah karena ketidakpercayaan diri, superioritas, mode, kecemburuan, atau motif balas dendam.

Artikel terkait: Bullying di sekolah, bagaimana orangtua bersikap.

Cari tahu bagaimana caranya bergaul dengan anak lain selama ini. Jangan-jangan anak jadi pelaku bullying karena tidak tahu apa yang dia lakukan termasuk intimidasi sehingga dirinya sendiri memiliki masalah seputar konsep yang salah dan benar.

Beberapa anak mem-bully teman-temannya karena hanya jengkel. Misalnya, karena dia merasa temannya terlalu menjengkelkan, genit, caper, dan pembenaran lainnya. Yang terburuk, beberapa tidak ragu mem-bully anak berkebutuhan khusus.

Jika anak membenarkan tindakan intimidasi, tekankan konsep kesetaraan manusia, kedamaian, dan pentingnya saling mendukung antar sesama.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Ibaratkan jika si anak menjadi korban

Karena dia lebih kuat, dialah yang adalah pemenangnya. Bayangkan jika suatu hari dia tidak sekuat sekarang, akankah dia rela di-bully?

Salah satu cara untuk membuat anak menyadari kesalahannya sebagai agen pengganggu adalah dengan menganggap bahwa suatu hari ia bisa digantikan oleh orang yang lebih kuat. Orangtua perlu menanamkan konsep bahwa orang kuat harus melindungi yang lebih lemah, daripada memakannya.

3. Bermain peran

Bermain peran adalah stimulasi yang tepat agar anak Anda bisa belajar menghadapi berbagai situasi di depannya. Misalnya, Anda bertindak sebagai anak dengan kebutuhan khusus, anak yang menyebalkan, anak yang mudah menangis, dan peran lainnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

4. Tidak mentolerir intimidasi

Katakan pada anak bahwa dalam keluarga Anda, intimidasi bukanlah sikap yang bisa dibenarkan. Tekankan nilai bagus yang dipahami keluarga Anda.

Sebenarnya, tindakan membalaskan kekejaman anak lain dengan kekasaran juga tidak benar. Jika anak Anda ternyata lebih kuat secara fisik, maka dikhawatirkan anak Anda akan dikenai tuduhan penganiayaan terhadap orang lain.

Artikel terkait: Balita suka memukul anak lain, salah siapa?

Jika anak masih berusia balita dan suka memukul temannya, jangan menyepelekan tindakan tersebut dan membenarkan bahwa ‘namanya juga anak kecil’. Sikap yang benar adalah memberitahu bahwa perbuatannya salah dan ia tidak seharusnya menyakiti temannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Apabila orangtua menoleransi tindakan pelaku bullying anak dengan alasan dia masih kecil, maka anak akan merasa berhak bertindak sewenang-wenang hanya karena ia masih kecil. Padahal di masa anak-anak inilah masa penting soal kebaikan dan kasih sayang.

Lakukan konseling dengan psikolog profesional jika diperlukan. Beberapa anak memang memiliki masalah dengan empati pada orang lain.

 

Baca juga:

9 Strategi Mengajari Anak Membela Diri saat Menghadapi Bullying (Perundungan)

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

Syahar Banu