Setelah video balita dicekoki alkohol oleh ayahnya, dunia media sosial kembali dihebohkan dengan sebuah video anak disiksa. Anak tersebut dilakban bagian mulut, tangan, dan kakinya.
Video anak disiksa ini dikirim oleh akun @waranddrama.sosmed. Dalam video tampak seorang balita yang sedang menangis tersedu-sedu.
Ia hanya mengenakan popok dan tidak memakai baju. Balita tersebut dilakban di bagian mulut, kedua tangan, dan kedua kakinya, lalu kedua tangan yang telah dilakban dibiarkan terjepit dalam popoknya.
Belum jelas identitas bayi dan orangtuanya. Namun menurut Tribunnews, keterangan lokasi yang ditulis pada unggahan tersebut adalah di Singkawang, Kalimantan Barat.
Entah apa maksud dan tujuan melakban balita tersebut. Namun, orangtua mana yang tega mendengar tangisan anak dan malah tertawa-tawa di dekat sang balita yang sepertinya sudah kesakitan.
Klarifikasi pihak keluarga
Setelah video tersebut viral dan dikecam oleh warganet, pihak keluarga pun mengklarifikasi dan meminta admin akun Instagram @waranddrama.sosmed menghapus video tersebut.
Dalam klarifikasi disebutkan bahwa anak disiksa dalam video tidak mengalami luka fisik maupun trauma. Pihak keluarga sudah meminta maaf dan berjanji kejadian serupa tak akan terulang lagi.
Rupanya yang menempelkan lakban pada balita tersebut masih usia sekolah. Berikut ini klarifikasi yang diunggah oleh akun @waranddrama.sosmed
Klarifikasi pihak keluarga mengenai anak disiksa.
Anak disiksa menimbulkan trauma
Apa yang terjadi pada balita tersebut merupakan sebuah bentuk kekerasan terhadap anak. Meski yang dilakukan hanya bertujuan untuk bercanda atau bermain-main saja, namun apa yang terjadi tentu tidak dapat dibenarkan.
Anak disiksa dengan cara dilakban dan dibiarkan menangis ketakutan akan menyisakan trauma masa kecil padanya. Peristiwa traumatis itu akan mengganggu tumbuh kembang anak.
Sebuah peristiwa dianggap traumatis bagi anak jika hal itu menyebabkan hidupnya dalam bahaya. Bila orang dewasa yang tertawa-tawa dalam video tersebut melakban anak hanya untuk tujuan bercanda, bagi anak kejadian itu justru menakutkan dan membuat dirinya terancam bahaya.
Trauma masa kecil akibat anak disiksa akan menyebabkan anak mengalami hal-hal berikut:
- Perubahan perilaku. Sikap dan perilaku anak sering dijadikan patokan untuk mengetahui bagaimana perasaan anak. Berhubung anak-anak sulit untuk mengekspresikan perasaan, perilaku anak yang berubah menunjukkan kemungkinan bahwa ia mengalami ssebuah peristiwa traumatis.
- Ketidakmampuan mengontrol emosi. Anak yang memiliki trauma masa kecil biasanya lebih sulit untuk ditenangkan, sering tantrum, dan mengalami perubahan mood yang cepat.
- Perkembangan fisik terganggu. Anak yang pernah memiliki trauma masa kecil biasanya menjadi sangat sensitif saat kontak fisik dengan orang lain. Akibatnya, perkembangan motorik anak akan terganggu.
- Perkembangan kognitif terganggu. Jika anak mengalami trauma masa kecil, ia akan kesulitan fokus memperhatikan penjelasan. Anak-anak yang mengalami trauma juga mengalami kesulitan dalam perkembangan bicara dan bahasa.
- Sulit berpisah. Setelah mengalami kejadian traumatis, anak justru semakin sulit berpisah dengan orang yang mengasuhnya.
Makin banyaknya berita anak, terutama usia balita yang diperlakukan tidak pantas oleh orang dewasa, tentu membuat kita geram. Semoga KPAI dan Komnas Anak bisa segera menangani masalah ini, dan melindungi hak anak.
Baca juga:
Ibu Lalai, Bocah 6 Tahun Menyiksa Adik Bayinya Sendiri Hingga Tewas
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.