Dibesarkan di tengah keluarga berkecukupan tak lantas membuat anak selebriti terbebas dari pelanggaran hukum. Terbukti dengan kasus yang saat ini dihadapi anak Ayu Azhari, Axel Gondokusumo yang terlibat dalam kasus jual beli senjata api ilegal.
Anak Ayu Azhari ternyata sudah setahun menjadi perantara jual beli senjata
Siapa sangka, anak Ayu Azhari dengan Djody Gondokusumo ini telah menjalani bisnis jual beli senjata api ilegal selama satu tahun terakhir. Axel menjadi penyuplai senjata api ilegal kepada tersangka kasus koboi Lamborghini, Abdul Malik.
Malik sendiri merupakan orang yang menodongkan pistol ke arah pelajar saat berada di kawasan Kemang, Jakarta Selatan pada 21 Desember 2019 lalu.
Aksinya diketahui publik setelah sebuah video viral dan sontak menjadi perhatian aparat berwajib. Kepolisian melakukan penyelidikan lebih lanjut dan didapati Axel turut terlibat dalam kasus ini. Diapun diringkus polisi pada Desember 2019 lalu.
Kepala Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Andi Sinjaya Ghalib mengatakan, Axel menjadi perantara jual beli senjata api ilegal kepada Abdul Malik karena faktor kedekatan dengan tersangka M. Tergiur sejumlah uang membuat Axel bersedia melakukan transaksi senjata api ilegal ini.
Tanggapan Ayu Azhari tentang kasus hukum yang menimpa anaknya
Di hadapan polisi, Axel mengaku mendapatkan upah Rp 9 juta dari dua senjata api jenis M4 dan M16 yang dijualnya kepada Abdul Malik yang notabene kolektor senjata api. Akibat perbuatanya, Axel terancam pasal 12 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara.
Menyikapi kasus yang menimpa putranya, artis peran Ayu Azhari mendukung penegakan hukum terhadap Axel. Ayu menyebutkan, anaknya tersebut sudah dewasa sehingga harus siap menanggung konsekuensi dari setiap perbuatannya.
“Axel sudah dewasa, punya tanggung jawab hukum, di Indonesia itu hukum harus ditegakkan dan saya mendukung itu,” tutur Ayu saat ditemui di kediamannya.
Saat ini, proses hukum terus bergulir dan Ayu mendukung setiap langkah yang berjalan.
Ayu berharap, kasus hukum yang menerpa anaknya ini cepat tuntas dan menjadi pembelajaran ke depannya.
“Ya, didoakan saja biar tetap sehat semua cepat selesai untuk kita semua,” pungkasnya.
Pentingnya mengajarkan anak bertanggung jawab
Tak ada seorang pun orangtua mau anaknya berurusan dengan pihak berwajib, seperti anak Ayu Azhari yang diketahui melanggar hukum. Reaksi Ayu dalam menanggapi perkara putranya pun harus diapresiasi, karena ia mendorong sang putra agar bertanggung jawab akan perbuatan yang ia lakukan.
Lantas, kapan waktu ideal mendidik anak menjadi sosok bertanggung jawab?
Saat si kecil berusia 3 tahun adalah waktu yang pas untuk anak belajar mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Lakukan hal berikut agar si kecil tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab:
1. Jadilah contoh yang baik bagi anak
Menjadi panutan bisa dimulai dengan hal yang sederhana lho, misalnya tidak sungkan mengucapkan maaf dan mengembalikan barang yang tak sengaja terjatuh saat Anda berjalan terburu-buru di rumah. Sedikit banyak anak akan menyadari bahwa ada hubungan sebab akibat seiring ia tumbuh dewasa.
John G. Miller, rekan penulis Raising Accountable Kids memaparkan dengan dasar tanggung jawab anak akan lebih mudah mengaplikasikan dalam perbuatan. Jangan segan memberikan anak kesempatan dan tuntun mereka untuk tidak mudah menyalahkan orang lain.
2. Terapkan punishment
Usia 3 tahun dinilai tepat mengajarkan bentuk tanggung jawab karena pada fase inilah mereka mulai memahami sistem punishment atau hukuman.
Misalnya, ia sengaja membuat rumah berantakan padahal sebelumnya sudah dilarang. Sebagai hukumannya, arahkan si kecil untuk merapikan dan membersihkan rumah kembali agar anak belajar di masa mendatang.
3. Tegas, tetapi tidak membentak
Satu hal yang tak kalah penting adalah atur intonasi suara Anda dengan seksama. Daripada berteriak atau marah tidak keruan, kondisikan nada suara Anda tegas sehingga bisa dicerna dengan baik oleh anak.
Ingatlah bahwa si kecil sedang berada dalam fase mempelajari sebab akibat dan semua ini tentu membutuhkan proses. Membentak dengan suara keras akan membuat anak merasa dirinya tidak berharga dan yang ada ia takut berbuat kesalahan.
Susan Stiffelman, penulis buku Parenting Without Power Struggles menyebutkan hal ini dalam bukunya. “Banyak orangtua yang kehilangan kontrol dan berteriak pada anak meeka karena yakin anak akan segan dan mendengarkan. Secara langsung ini metode yang ditangkap anak untuk mudah melemparkan kesalahan pada orang lain.”
***
Semoga Ayu Azhari bisa tegar dalam menghadapi kasus hukum yang menimpa sang anak.
Sumber: Parents.com, Kompas.com
Baca juga :
Waspadai peredaran hand sanitizer palsu, ini cara memilih produk yang aman
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.