Curah hujan yang tinggi dan berkepanjangan membuat banyak Parents khawatir dengan ancaman banjir. Apa yang harus kita lakukan untuk amankan anak dari banjir?
Banjir adalah salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia, tak terkecuali di area Jakarta dan sekitarnya.
Seperti yang dikutip dari savethechildren.org, berikut ini langkah sederhana yang bisa dilakukan keluarga untuk menjaga anak agar tetap aman sebelum, saat dan setelah terjadi banjir.
Amankan Anak dari Banjir, Sebelum, Saat Banjir dan Setelahnya
Sebelum:
1. Bicarakan tentang banjir. Luangkan waktu bersama keluarga Anda untuk mendiskusikan mengapa banjir terjadi. Jelaskan pada anak bahwa banjir adalah peristiwa alamiah dan bukan salah siapa-siapa. Gunakan kata-kata sederhana agar anak memahami penjelasan Parents.
2. Tetap terinformasi lewat media, televisi, radio, situs berita atau media sosial untuk update terus tentang peringatan banjir.
3. Pastikan Parents terus berkomunikasi dengan guru atau pengasuh untuk memantau kondisi anak di sekolah dan di rumah.
Tips Amankan Anak Saat Banjir:
1. Ikuti panduan dari pihak berwenang setempat, seperti dari ketua RT atau RW. Mereka adalah orang-orang yang paling cepat mendapat info tentang banjir. Segera evakuasi jika diminta melakukannya atau bila Anda merasa tidak aman.
2. Usahakan pindah ke area yang lebih tinggi. Selama banjir, Anda bisa pindah ke lokasi pengungsian atau ke rumah kerabat yang tidak terkena banjir.
3. Jauhkan anak-anak dari air banjir, karena cenderung kotor, bisa membawa bakteri dan rentan terhadap sengatan listrik.
4. Jaga kebersihan anak. Cuci tangan anak-anak sesering mungkin (khususnya sebelum makan) dan pastikan mereka mandi setelah terkena air banjir.
Baca juga: Bagaimana Tetap Sehat di kala Banjir?
Setelah banjir:
1. Pastikan kondisi rumah yang terkena banjir telah dibersihkan, sebelum anak kembali ke rumah. Pastikan juga listrik dan pipa ledeng juga sudah aman digunakan. Cari info juga tentang sekolah atau fasilitas penitipan anak, apakah sudah bersih dari bekas banjir sebelum anak kembali beraktivitas.
2. Anak tidak disarankan ikut membersihkan rumah bekas banjir. Kondisi kotor dan lembab membuat bakteri dan kuman cepat berkembang sehingga bisa menjadi sarang penyakit bagi anak.
3. Bersihkan atau buang mainan yang terkontaminasi. Jangan biarkan anak bermain dengan mainan, seperti boneka atau bantal, yang telah terkontaminasi air banjir. Bila sudah tidak bisa dibersihkan, lebih baik dibuang saja ya, Bun.
Amankan Anak dari Penyakit yang Muncul karena Banjir
Parents juga perlu waspada saat banjir, sebab banjir bisa mendaatangkan beberapa penyakit seperti tipus, kolera, leptospirosis dan hepatitis A. Banjir juga bisa menjadi penularan penyakit dari hewan, seperti malaria dan demam berdarah.
WHO menyebutkan, ada peningkatan risiko infeksi penyakit yang ditularkan melalui air dan kontak langsung dengan air yang tercemar, seperti infeksi dermatitis, konjungtivitis, infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan. Namun, penyakit ini tidak rentan terhadap epidemi.
Banjir secara tidak langsung dapat menyebabkan peningkatan penyakit yang ditularkan melalui hewan. Air meluap dan kemudian menggenang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, dan karenanya meningkatkan potensi demam berdarah dan malaria.
Waspada Malaria saat Banjir
Epidemi malaria setelah banjir adalah fenomena terkenal di daerah endemis malaria di seluruh dunia. Sebagai contoh, gempa bumi dan banjir di wilayah Kosta Rika pada tahun 1991 dan banjir di Republik Dominika pada tahun 2004 yang menyebabkan wabah malaria.
Satu-satunya infeksi yang dapat ditularkan langsung dari air yang terkontaminasi adalah leptospirosis, penyakit karena bakteri zoonosis. Penularan terjadi melalui kontak kulit dan selaput lendir dengan air, tanah lembab, tumbuh-tumbuhan, atau lumpur yang terkontaminasi dengan urin hewan pengerat.
Terjadinya banjir setelah hujan deras memudahkan penyebaran leptospira dalam urine tikus. Wabah leptospirosis terjadi di Brasil (1983, 1988 dan 1996), di Nikaragua (1995), wilayah Krasnodar, Federasi Rusia (1997), Santa Fe, AS (1998) Orissa, India (1999) dan Thailand (2000). Kemungkinan perubahan lingkungan meningkatkan populasi vektor (hewan pengerat) yang memfasilitasi transmisi bakteri.
Risiko Kesehatan Lain yang Bisa Muncul karena Banjir
Beberapa risiko lain yang bisa terjadi saat banjir adalah tenggelam dan cedera atau trauma. Hipotermia juga bisa menjadi masalah, terutama pada anak-anak. Hipotermia bisa terjadi jika anak-anak berada di dalam air banjir untuk waktu yang lama. Mungkin juga ada peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan karena berada di luar rumah dan tempat pengungsian.
Pemadaman listrik yang berkaitan dengan banjir dapat mengganggu pengolahan air dan meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air seperti dijelaskan di atas tetapi juga dapat mempengaruhi berfungsinya fasilitas kesehatan.
Punya tips lain mengamankan anak dari banjir? Share di kolom komentar ya, Parents.
Referensi: Save the Children