5 Alasan Istri Meninggalkan Suami Walau Masih Cinta

Alasan istri meninggalkan suami tidak hanya KDRT. Ada juga alasan lain yang bisa memicu istri meninggalkan suami yang dicintainya.

Ada berbagai faktor yang menjadi alasan istri meninggalkan suami, walaupun ia masih mencintai suaminya. Ada hal-hal yang harus dipenuhi oleh setiap pasangan agar pernikahan bisa berjalan lancar.

Di antara banyaknya faktor penyebab kegagalan rumah tangga, di sini kami jabarkan 5 alasan istri meninggalkan suami walaupun masih cinta.

Berbagai Alasan Istri Meninggalkan Suami

1. Suami yang Selalu berusaha menang sendiri

Salah satu alasan istri meninggalkan suami yang masih dicintainya ialah karena sang suami selalu ingin menang sendiri. Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi secara fisik, namun bisa juga terjadi secara mental.

Sikap suami yang tidak pernah mau mendengarkan istri tentunya akan membuat istri lelah, apalagi jika hal itu terus terjadi bertahun-tahun tanpa ada perubahan sikap dari suami. Menganggap cara pandang sendiri sebagai hal yang paling benar adalah pemicu dalam tindak kekerasan verbal dan mental dalam rumah tangga.

Sikap suami yang terlalu mengendalikan istri juga bisa menjadi alasan seorang perempuan ingin keluar dari pernikahan yang membuatnya tersiksa. Pernikahan akan berjalan lancar jika pasangan yang berasal dari latar belakang berbeda bisa menemukan persamaan dan saling memahami satu sama lain.

Ingatlah, bahwa pernikahan bukan sebuah kompetisi, melainkan sebuah proses untuk saling melengkapi dan memahami satu sama lain.

Artikel terkait: 4 Hal tentang Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga yang Harus Anda Ketahui

2. Komunikasi yang Tidak Efektif

Konflik biasanya terjadi saat dua orang berselisih paham dan tidak bisa bersepakat. Menghindar dari masalah dan memendam kekesalan malah bisa menjadi bom waktu yang meledak di kemudian hari.

Salah satu penyebab kegagalan rumah tangga terjadi ketiksa satu pihak berusaha menemukan solusi, namun pihak lainnya justru menghindar. Komunikasi menjadi tidak efektif jika hanya istri yang berusaha mencari solusi atas masalah yang terjadi, sementara suami malah mengabaikannya dan menganggapnya bukan masalah.

Bila hal ini berlangsung terus menerus, istri merasa hanya dia sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan setiap masalah. Komunikasi efektif hanya bisa terjadi jika kedua pihak bersikap tenang dan berusaha menyelesaikan bersama-sama masalah yang ada.

3. Ikatan Emosional yang Hilang

Saat memutuskan menikah, pria dan wanita memiliki kebutuhan yang berbeda. Pria biasanya mendambakan keintiman fisik dan afeksi yang membuat mereka merasakan ikatan dengan pasangan.

Sementara perempuan mencari pendamping hidup yang dapat memenuhi kebutuhan emosional. Mereka biasanya lebih ingin didengar dan diperhatikan.

Salah satu cara agar hubungan pernikahan tetap awet adalah dengan memperhatikan kebutuhan pasangan. Jika suami hanya menuntut seks dari pasangannya, bisa jadi istri akan merasakan kesepian.

Pada akhirnya istri memilih untuk bercerai karena merasa sudah tidak ada ikatan emosi di antara mereka.

Artikel terkait: 7 Hal yang dapat Anda Lakukan untuk Menghindari Perceraian

4. Suami Tidak Pernah Meluangkan Waktu untuk Keluarga

Suami yang bekerja keras mencari nafkah seringkali tidak terlibat dalam perkembangan anak. Semua masalah yang terjadi dalam keseharian anak hanya diketahui oleh ibu tanpa campur tangan sama sekali dari ayah.

Ketidakhadiran ayah dalam acara-acara keluarga, peristiwa penting di hidup anak, atau bahkan absen saat makan malam dapat menjadi alasan istri meninggalkan suami. Lebih parahnya lagi, jika suami membebankan semua masalah rumah tangga pada sang istri, tanpa keinginan untuk terlibat atau sekedar mencari tahu.

Pernikahan adalah sebuah kerja sama antara suami dan istri. Jika salah satu pihak merasa terlalu dibebani, tentu saja lama kelamaan dia akan merasa lelah dan meninggalkan pasangan yang tak pernah ada untuknya.

5. Masalah Keuangan

Seringkali orang berpikir bahwa alasan istri meninggalkan suami ialah karena sang suami kurang memberikan uang belanja, sehingga tidak bisa memenuhi keinginan sang istri. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar.

Perceraian biasanya terjadi karena perbedaan pandangan dalam mengelola keuangan.

Seorang istri akan mengatur keuangan berdasarkan kebutuhan rumah tangga dan menabung untuk keperluan keluarga di masa mendatang, misalnya kebutuhan sekolah anak.

Sedangkan suami, cenderung tidak berpikir panjang soal keuangan. Mereka ingin menghabiskan uangnya saat itu juga misalnya dengan membeli elektronik dan kendaran bermotor, atau malah berfoya-foya karena menganggap uang tersebut adalah hasil kerja kerasnya.

Intinya, perceraian dapat terjadi jika pasangan tidak selalu memandang keuangan dalam cara yang sama. Oleh karena itu, sangat penting untuk merencanakan keuangan keluarga bersama-sama.

****

Baca juga:

id.theasianparent.com/alasan-istri-yang-berselingkuh/

id.theasianparent.com/hadiah-untuk-suami

id.theasianparent.com/sudahkah-bunda-penuhi-5-kebutuhan-dasar-suami-berikut

Penulis

Fitriyani