Akibat Virus Zika, El Salvador Himbau Wanita Tidak Hamil Sampai 2018

Bayi dalam rahim ibu hamil yang terserang virus Zika akan mengalami kerusakan otak. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kabar tentang merebaknya virus Zika tampak semakin mengkhawatirkan. Beberapa negara Amerika Latin seperti Kolombia, Jamaika dan Ekuador menyarankan agar para wanita di negara itu tidak hamil sebelum kasus ini teratasi. El Salvador bahkan menganjurkan agar tidak ada wanita yang hamil sampai tahun 2018.

Di Hawaii, seorang ibu yang tertular virus melahirkan bayi dengan mikrosefali. Sang ibu diketahui sempat menetap di Brasil saat sedang hamil.

Virus Zika akibatkan mikrosefali

Tahun lalu virus ini dikabarkan menjadi penyebab lahirnya ribuan bayi dengan mikrosefali di Brasil. Baca juga: Ribuan Bayi Baru Lahir di Brasil Mengalami Kerusakan Otak, Diduga Akibat Virus Zika 

Mikrosefali merupakan sebuah kondisi di mana otak janin tidak dapat tumbuh dengan normal. Biasanya mikrosefali dipicu akibat adanya kelainan genetik saat bayi berada dalam kandungan. Ibu hamil yang keracunan merkuri atau mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan tertentu juga dapat melahirkan bayi dengan mikrosefali.

Dampak mikrosefali pada bayi cukup bervariasi. Fungsi pendengaran dan penglihatannya mungkin akan terganggu, bahkan bisa saja tidak berumur panjang.

Namun, seorang ibu di Brasil yang terjangkit virus zika saat hamil dan melahirkan bayi mikrosefali mengatakan, bayinya tampak sehat dan bereaksi pada rangsangan penglihatan dan suara.

Penyebab mikrosefali belum jelas

Sampai saat ini para ahli belum bisa memastikan bagaimana virus yang ditularkan nyamuk aedes aegypti itu bisa mengakibatkan 3.893 bayi di Brasil lahir dengan kondisi mikrosefali (data 26 Januari 2016).

Bisa jadi virus zika bukan satu-satunya penyebab bayi lahir dengan mikrosefali. Para ahli hampir yakin ada faktor lain yang memicu kelahiran massal bayi mikrosefali, yaitu infeksi simultan dengan virus lain. Penelitian masih dilakukan untuk mengungkap hal itu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Fakta ini membuat virus zika jadi ancaman nyata bagi ibu hamil. Centers for Disesase Control and Prevention (CDC) US memperingatkan wanita hamil agar tidak mengunjungi St. Martin, Barbados dan Guadeloupe yang merupakan destinasi wisata populer di kalangan warga AS, juga beberapa negara Amerika Latin lainnya.

CDC juga menghimbau agar para wanita yang berencana untuk hamil dan bepergian ke Amerika Latin untuk berkonsultasi pada dokter sebelum hari keberangkatan.

Hindari aspirin untuk hilangkan nyeri

Virus zika memang belum ada obatnya. Seorang penderita akan berangsur sembuh setelah 5-7 hari dengan banyak beristirahat, minum banyak air putih dan mengkonsumsi obat penghilang nyeri.

Ibu hamil yang terserang virus wajib menghindari aspirin atau obat anti radang non steroid (non steroidal anti-inflammatory drugs) lainnya. Obat yang boleh diminum ibu hamil yang terinfeksi virus adalah parasetamol dan asetaminofen.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Masa trimester pertama kehamilan diyakini sebagai masa paling rentan terhadap serangan virus. Penyebabnya, para wanita sering kali tidak menyadari jika dirinya hamil dan abai terhadap kondisi kesehatannya.

Di Indonesia virus zika telah terdeteksi pertama kali di Jambi pada Desember 2014. Sedangkan sebuah laporan yang diterbitkan di tahun 2013 menyebutkan, seorang warga negara Australia tertular virus zika di tahun yang sama saat berkunjung ke Jakarta.

Hingga kini belum terdengar adanya kabar dari dalam negeri tentang bayi mikrosefali yang lahir dari ibu penderita virus ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Meski demikian, ini bukan berarti kita boleh lengah, terutama para ibu hamil. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan menggunakan losion anti nyamuk adalah beberapa cara menghindari gigitan nyamuk aedes aegypti, pembawa virus zika.

Bacalah cara pencegahan selengkapnya dalam artikel : Apa yang Harus Dilakukan Agar Tidak Tertular Virus Zika?

Parents, semoga bermanfaat.

Referensi: The New York Times, Centrals for Disease Control and Prevention, Journal of Travel Medicine

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

jpqosinbo