Anak meninggal karena ajang Gladiator SMA di Bogor, orangtuanya meminta keadilan ditegakkan

Hilarius sudah pergi setahun lamanya, namun kedua orangtua masih belum rela anaknya yang meninggal karena ajang gladiator SMA, selama pelaku belum diadili dengan benar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hilarius Christian Event Raharjo telah setahun lebih berpulang ke pangkuan Sang Pencipta. Namun, kedua orangtuanya belum ikhlas melepas kepergian sang anak yang menjadi korban perkelahian dalam ajang gladiator SMA di Bogor.

Sebelumnya, kisah Hilarius ini menjadi sorotan publik setelah sang ibu menulis curhat panjang di media sosial, meminta keadilan kepada presiden Jokowi atas kematian anaknya akibat ajang gladiator SMA yang brutal.

Selengkapnya: Surat kepada Jokowi, “Tolong adili para pembunuh anakku…”

Kepada Kompas, ayah korban yakni Vanansius menceritakan kronologis ajang gladiator SMA yang telah merenggut nyawa anaknya setahun silam. Hilarius mengalami luka memar karena pukulan bertubi-tubi hingga membuat pembuluh darah di kepalanya pecah.

Ajang gladiator SMA yang merampas kehidupan Hilarius terjadi pada tanggal 29 Januari 2016 bertempat di sebuah lapangan yang ada di SMAN 7 Kota Bogor. Awalnya, Hilarius diajak untuk melihat pertandingan basket, namun ternyata dia disiapkan oleh kakak kelasnya untuk bertarung dengan murid SMA lain.

Tradisi pertarungan ala gladiator itu disebut bom-boman, yang dilakukan sebelum pertandingan bola basket babak final antara SMA Budi Mulia denga SMA Mardi Yuana. Tradisi ini selalu dilakukan jika kedua sekolah tersebut bertanding bola basket setiap tahun.

Lebih lanjut, Vanansius menuturkan, tradisi buruk yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi ini diatur oleh para alumni dan senior di sekolah. Korbannya adalah siswa kelas 1 SMA yang jadi korbannya, seperti Hilarius, yang dipaksa berkelahi dengan tangan kosong.

“Kakak kelas ini dikoordinir sama alumni sekolah. Jegernya atau promotornya, ya alumni itu, yang mengelola kelas tiga. Mereka mencari anak-anak yang baru masuk untuk dipaksa berduel,” ujar Vanansius.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebelum berduel, mereka mencari lapangan yang sepi. Hanya komunitas mereka saja yang bisa melihat pertarungan ala gladiator itu secara langsung. Ajang gladiator SMA ini sudah lama ada, namun baru terungkap pasca meninggalnya Hilarius.

Ibu korban ajang gladiator SMA minta keadilan ditegakkan

Hilarius adalah siswa pertama yang menjadi korban tewas dari ajang bom-boman ini. Sang ibu, Maria Agnes tidak terima anaknya meninggal dengan cara sadis seperti ini.

Meski pelaku utama yang menewaskan Hilarius sudah dikeluarkan dari sekolah, Maria merasa itu belum cukup. Hal ini dikarenakan, para alumni dan promotor tradisi bom-boman masih bebas berkeliaran.

Beberapa siswa yang ikut terlibat pun hanya dikenai sanksi skorsing dari pihak sekolah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menanggapi kasus ini, walikota Bogor Bima Arya menyatakan, bahwa sebenarnya kasus ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan karena keluarga korban menolak dilakukan otopsi pada jasad Hilarius.

“”Pihak korban menolak dilakukan autopsi. Akhirnya semua diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Biaya pemakaman dan lain-lain ditanggung oleh yang terlibat,” kata Bima Arya seperti dikutip dari Detik.

“Kedua sekolah menjatuhkan sanksi kepada siswa-siswa yang terlibat. Semua pihak menyepakati penyelesaian dengan cara kekeluargaan yang dituangkan dalam hitam di atas putih,” tambahnya.

Sementara itu, sang ibu Maria Agnes mengaku kalau pihaknya memang menolak otopsi karena tidak ingin tubuh anaknya yang sudah babak belur masih harus disika dengan otopsi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Bukankah saya berhak untuk menolak otopsi? Tapi saya inginkan supaya semua pelakunya dihukum,” kata Maria.

Tanggapan dari KPAI terkait kasus anak meninggal karena ajang gladiator SMA

Komisioner KPAI, Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengecam keras tradisi tawuran duel ala gladiator ini. Terlebih karena sudah memakan korban anak remaja, yang merupakan tunas bangsa dengan masa depan cerah.

Retno mengatakan kepada Detik, bahwa pihaknya akan melakukan pengawasan langsung atas jalannya kasus ini. Dia juga menghimbau kerjasama dari masyarakat agar kasus serupa tidak terulang kembali.

“Harus ada pengawasan bersama ya bukan hanya sekolah. Karena ini harusnya melibatkan orang tua, keluarga dan masyarakat,” ujarnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Semoga para promotor ajang kekerasan ini bisa segera ditangkap, dan ibu Maria Agnes mendapatkan keadilan yang ia inginkan.

*Foto diambil dari Kompas.com

 

Baca juga:

[Video] Keterlaluan! Bullying Anak SMA Ini Benar-Benar Menyakitkan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

Fitriyani