Marah hingga berujung adu mulut dengan anggota keluarga, baik pasangan atau anak tentu saja bisa terjadi.
Hal ini tentu saja mengingat kalau konflik dalam keluarga memang akan sulit dihindari. Baik yang dilakukan oleh pasangan suami istri, atau pun antara orangtua dengan anak.
Dalam hal ini, psikolog keluarga Anna Surti Ariani S.Psi, M.Si., Psi mengatakan bahwa hal ini memang disebabkan karena perbedaan pola pandang antara anggota keluarga. Baik Bunda, Ayah, atau pun anak tentu saja memiliki sudut padang yang tak sama hingga pada akhirnya bisa menyebabkan timbulnya konflik dalam keluarga.
“Kadang, masalah menentukan mau makan apa saat jalan-jalan di mall juga bisa berujung cek cok. Beda pendapat karena masing-masing bisa punya keinginan yang berbeda.”
Merasa marah pada pasangan atau anak tentu boleh saja
Lebih lanjut, psikolog yang kerap disapa Nina Teguh ini juga mengingatkan bahwa persoalan marah pada pasangan atau anak sebenarnya tidak sebatas hanya pada boleh atau tidaknya. Namun, yang paling penting justru bagaimana menyampaikan rasa marah dengan tepat.
Jangan sampai, setelah marah, salah satu pihak justru merasa takut hingga menjaga jarak. Misalnya, saat orangtua tidak tepat mengungkapkan rasa marahnya. Pun dengan pasangan, yang akhirnya justru malah lebih senang menghindari masalah.
Kondisi ini tentu saja tidak ingin dirasakan bukan?
“Hal yang paling penting untuk diketahui dan dipahami justru bagaimana cara berkomunikasi antara anggota keluarga. Termasuk, bagaimana cara mengungkapkan ketidaksetujuan apabila memang memiliki pandangan yang berbeda,” papar Nina Teguh.
Oleh karena itulah, psikolog jebolan Universitas Indonesia ini menyarankan agar Parents bisa menguasai ‘seni’ marah yang tepat. Salah satu kunci yang perlu dikelola dengan baik adalah bagaimana pengelolaan emosi diri yang baik.
Sementara, dikutip dari Instagram Rabbithole ID, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar Anda bisa mengungkapkan rasa marah dengan cara yang lebih sehat.
Artikel terkait : Mengapa Bunda mudah marah? Ternyata ini penyebabnya
Mencegah adu mulut, lakukan 4 hal ini saat sudah merasa mulai marah
1.Fokus pada masalah yang sedang berlangsung, tidak perlu melebar sampai ke mana-mana
Saat emosi sedang memuncak sering kali membuat seseorang tidak fokus pada masalah yang sedang dihadapi.
Sebagai contoh, saat kecewa pada anak yang lupa mengerjakan PR. Namun karena kesal, tanpa disadari kesalahan lain yang pernah dilakukan anak pun akhirnya kembali diungkit-ungkit.
Hal ini tentu saja bisa membuat anak atau pun pasangan jadi kesal. Masalah utama yang menjadi sumber masalah pun jadi tidak terselesaikan. Ujung-ujungnya, satu sama lain masih merasakan kondisi kesal.
Padahal, seharusnya bisa tetap fokus pada satu masalah yang sedang berlangsung. Dengan begitu, bisa membantu mengetahui alasan di balik anak lupa mengerjakan PR, bagaimana perasaannya, sehinga bisa sama-sama mencari solusi agar masalah tersebut tidak terjadi lagi.
Anak atau pasangan pun tidak bingung dan kesal karena yang dibahas hanya satu masalah saja, yang memang sedang terjadi.
2. Menghindari merasa yang paling berkorban
Saat emosi memuncak dan terjadinya cek cok di antara anggota keluarga, salah satu risiko yang bisa terjadi adalah Anda tergoda untuk membesarkan peran Anda dan mengecilkan peran lawan bicara.
Kemudian, muncullah kalimat seperti, “Ibu tuh, sudah capek ngurusin kamu… atau bapak sudah capek kerja banting tulang, tapi apa balasannya?” Kalimat seperti inilah yang kemudian jadi mudah diucapkan.
Padahal dalam pengasuhan, bukankah hal tersebut memang menjadi kewajiban orangtua? Membimbing anak, dan mendidik anak tentu saja perlu kerjasama dan kesediaaan kedua belah pihak untuk saling berkompromi, bukan berkorban.
Selain itu, dengan mengungkit apa yang sudah dikerjakan, terlebih lagi merasa yang paling banyak berkorban dan melakukan segala sesuatu, apakah lantas bisa menyelesaikan masalah hingga mencegah adu mulut terjadi?
3. Hindari kata yang mengandung sesuatu yang mutlak, seperti ‘selalu’ atau ‘tidak pernah’
“Kamu tuh, ya, selalu lupa mengerjakan PR sekolah.”
“Kenapa, sih, kamu tidak pernah membereskan piring setelah makan?”
“Saya capek mengurus rumah dan anak-anak, tapi kamu nggak pernah mau turun tangan untuk membantu aku.”
Coba perhatikan lebih dulu, apakah benar si kecil selalu lupa mengerjakan PR? Atau tidak pernah mau mengerjakan tugasnya? Bagaimana dengan pasangan Anda, apakah memang satu kali pun tidak pernah mau membantu?
Hati-hati saat mengucapkan kalimat seperti ini karena hanya justru memancing adu mulut. Karena tidak mungkin anak selalu malas, suami selalu jorok, atau mungkin istri selalau boros.
Pada saat emosi sudah mulai menurun, kita tentu akan menyadari bahwa kalimat ‘pasti’, ‘tidak pernah’, ‘selalu’, saat pertengkaran tentu saja tidak benar. Bahkan kalimat tersebut sering kali pada akhirnya berujung pada penyesalan dan sama sekali tidak membantu pemecahan masalah.
Oleh karena itu, fokus membahas perilaku spesifik pada masalah akan jauh lebih membantu.
4. Tidak memakai kekerasan, baik fisik atau pun verbal
Marah tentu saja merupakan salah satu bentuk emosi yang sangat wajar dan bisa dirasakan oleh siapa pun. Namun, bukan berarti jika sedang marah pada pasangan atau anak, lantas bisa memenangkan ego diri sendiri hingga mengkerdilkan orang lain.
Misalnya, “Kamu tuh nggak becus banget, deh. Begitu saja masa nggak bisa? Itu kan gampang banget!”
Kalimat di atas, lagi-lagi tidak bisa membantu memecahkan masalah. Lebih efektif jika dengan menyebutkan apa perilaku yang membuat Anda marah atau kecewa, termasuk apa dampaknya yang dirasakan.
Sebagai contoh, “Aku merasa nggak dihargai sama kamu, bagaimana kalau saat mengambil keputusan kita rundingkan lebih dulu? Biar kita sama-sama nyaman, atau mungkin kamu memiliki solusi yang lain?”
Dengan mengetahui dan menjalankan 4 trik ini, harapannya emosi marah tidak menjadi sia-sia karena akan mampu menyelesaikan masalah.
Seperti yang disampaikan Aristoteles, “Marah itu gampang, tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit.”
Baca juga :
Penelitian : Suami istri yang sering bertengkar lebih bahagia, mengapa?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.