Kapan terakhir kali Anda adu argumen dengan pasangan? Emosi apa yang Anda rasakan? Masih ingatkah kalimat apa yang Anda lontarkan saat emosi sedang memuncak? Hati-hati, karena ada beberapa perkataan yang sebaiknya pantang diucapkan ketika bertengkar.
Seberapa pun Anda saling mencintai, konflik tentu bisa dirasakan kapan pun juga. Alhasil, Anda pun akan merasakan momen yang menjengkelkan yang akhirnya mengarah ke pertengkaran.
Seperti yang diutarakan Anna Surti Ariani SPsi, MSi, Psi selaku psikolog keluarga, konflik dalam rumah tangga memang akan sulit dihindari. Hal yang perlu dilakukan justru bagaimana mengetahui cara menyelesaikan konflik dengan baik.
Nina mengingatkan, saat bertengkar pasangan suami istri idealnya tidak melupakan afeksi atau kasih sayang.
“Meskipun sedang ada konflik atau bertengkar, afeksi ini bisa tetap ada. Misalnya, ketika bertengkar ada baiknya kita mampu memilih kata-kata yang baik, tanpa harus membuat suami atau pasangan merasa tersudut terlebih merasa sampai terhina.”
Sementara, dikutip dari laman Health.com, psikolog klinis yang berbasis di New York City sekaligus penulis Bullish Thinking, Alden Cass, PsyD, mengatakan, “Tidak apa-apa untuk memiliki ketidaksepakatan — itu sebenarnya sangat normal dalam suatu hubungan,”
Kalimat buruk memicu adu argumen yang semakin parah
“Kamu selalu begini… selalu mengulangi kesalahan yang sama berulang kali.” “Jika kamu begini, malakukan hal ini saya merasa sangat sedih.”
Ketika sedang emosi, kalimat apa yang cenderung Anda katakan pada pasangan? Seperti kalimat pertama atau kalimat kedua di atas?
Psikolog yang kerap disapa Nina Teguh mengingatkan, kalimat yang menggunakan kata ‘selalu’ merupakan salah satu contoh kalimat dengan ‘you message’. Kalimat ini justru cenderung membuat pasangan kita merasa dituduh, atau merasa disalahkan. Terlebih lagi jika Anda mengatakannya dengan bahasa tubuh seperti berkacak pinggang dengan raut muka marah.
Saat sedang bertengkar, menghadapi konflik, idealnya kalimat yang digunakan adalah ‘I message’. Kalimat yang memperlihatkan perasaan atau pengalaman pribadi kita terhadap sesuatu.
Kalimat seperti ini sebenarnya masuk dalam bentuk komunikasi terbuka terhadap diskusi. Dengan menyebutkan ‘saya’, maka kita sudah mengurangi ‘serangan’ terhadap pasangan, tidak menyalahkan, hingga pada akhirnya bisa memperbaiki komunikasi.
Percayalah, kalimat kasar dan menyudutkan tidak akan pernah memperbaiki keadaan, justru berisiko membuat cinta dan kasih sayang yang membentuk pondasi hubungan pernikahan yang sehat jadi lemah.
Artikel terkait: Mulai jenuh dengan pasangan? Ini saran dari psikolog untuk mengatasinya
4 Kalimat yang pantang diucapkan saat adu argumen dengan pasangan
Dikutip dari laman Health, ada beberapa kalimat yang sebenarnya perlu Anda hindari. Meskipun emosi sedang memuncak, adu argumen sedang terjadi, coba tarik napas dan ingat baik-baik untuk tidak melontarkan 4 kalimat berikut ini.
1. “Aku marah sama kamu karena banyak hal”
“Anda seharusnya tidak menyimpan semua kemarahan Anda bahkan sampai 10 hal berbeda yang mengganggu tentang pasangan Anda, dan melontarkannya dalam satu argumen besar,” kata Cass.
“Membongkar daftar kesalahan dan keluhan mengarah ke perkelahian yang lebih dramatis dan bisa berbahaya daripada yang seharusnya,” jelasnya.
Untuk itu sebaiknya utarakan apa yang membuat Anda terganggu dengan pasangan, segera setelah merasakannya. Dan jangan menumpuknya menjadi sebuah kesalahan besar.
2. “Kamu selalu melakukannya” atau “Kamu nggak pernah melakukannya”
Coba ingat-ingat, apakah Anda pernah mengucapkan dua kata di atas? Seperti “Kamu selalu saja kaya gitu”, atau “Kamu, tuh nggak pernah ngelakuin itu”.
Saat Anda menggunakan pernyataan “selalu” dan “tidak pernah”, pertengkaran ekspresi akan terjadi. Lagipula, apakah pasangan Anda benar-benar tidak tidak pernah melakukannya? Misalnya, membantu Anda dalam mengerjakan perkerjaan domestik.
Menggunakan kata-kata absolut seperti ini mengurangi segala hal baik yang dilakukan seseorang dalam suatu hubungan, kata dr. Cass. “Itu benar-benar membuat marah orang lain dan menyebabkan kebencian,” lanjutnya.
Artikel terkait: 7 Tanda suami bosan dengan istri, apakah Bunda mulai merasakannya?
3. “Anda seorang %$^&”
Kata-kata kotor dan penghinaan adalah hal buruk dan menimbulkan rasa sakit. Bila Anda mengatakan sesuatu yang kejam, pasangan Anda juga merasa terluka.
Menghina bukanlah jalan yang baik ketika Anda berada dalam perselisihan. “Emosi dapat mengaburkan penilaian dan mengobarkan emosi orang lain, dan kedua kesalahan itu tidak membuat yang benar,” kata Dr. Cass.
“Jika Anda menjadikan ‘respect’ sebagai hal utama dari suatu hubungan, Anda tidak akan membuahkan hal negatif ketika berdebat,” katanya.
Jadi lewati panggilan nama, dan fokuskan percakapan pada masalah atau perilaku — bukan karakter pasangan Anda.
4. “Saya selesai”
Mengatakan “saya sudah selesai” atau “Saya ingin bercerai” dapat meningkatkan kemungkinan hubungan berakhir. Ancaman ini membuat pasangan Anda merasa tertekan, dan membahayakan masa depan hubungan Anda.
Mengatakan “Saya ingin cerai” membuat pasangan Anda tahu bahwa Anda benar-benar kesal, tetapi bukan yang sebenarnya Anda kesali. Jika emosi Anda menggerakkan kata-kata ini, padahal Anda tidak berniat untuk berpisah, ini pertanda Anda perlu menyingkir dan meredakan emosi.
Semoga kata-kata ini tidak sampai menjadi bumerang saat bertengkar ya, Parents.
Referensi: Health
Baca juga:
Psikolog : "Jangan Lakukan Ini saat Bertengkar dengan Pasangan"