”Kok udah besar masih jerawatan sih?” , ”Kamu emang gak bersihin muka, kok serem amat jerawatnya?” Pernahkah Parents mendapatkan statement seperti ini? Tahukah Parents, bahwa pembicaraan seperti ini adalah salah satu bentuk acne shaming?
Terdengar sepele, nyatanya jerawat adalah kondisi kulit yang berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Akibat jerawat, seseorang dapat mengalami depresi bahkan bunuh diri! Berikut faktanya.
Fenomena Acne Shaming yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan Mental
Selama ini, jerawat dianggap masalah yang sepele dan cenderung diabaikan seseorang. Ketika ada orang terdekat, kebanyakan akan menganggap hal itu akan sembuh dengan sendirinya dan tidak usah terlalu dipusingkan. Padahal, jerawat juga suatu hal yang serius.
Faktanya, jerawat menjadi permasalahan kulit yang dialami sebanyak 9,4% masyarakat di dunia. Jerawat juga menjadi masalah untuk 46% masyarakat di Indonesia. Hal ini memengaruhi quality of life seseorang.
”Meskipun dinilai masalah kulit paling umum, jerawat adalah 1 dari 8 penyakit yang paling sering terjadi. Bahkan, jerawat juga dialami oleh 80 hingga 85% remaja. Penanganan yang tepat tentu diperlukan,” ujar dr. Fitria Agustina, SpKK, FINSDV, FAADV, Dermato Venereologist dalam acara Media Briefing LA ROCHE-POSAY EFFACLAR SPOTSCAN, INOVASI TEKNOLOGI UNTUK ANALISA JERAWAT DIKEMBANGKAN BERSAMA DERMATOLOG DUNIA yang theAsianparent ikuti pada Rabu (13/7) lalu.
Hal ini diperkuat dengan aneka riset yang telah dilakukan. Hasilnya, sebanyak 96% orang di dunia yang memiliki permasalahan jerawat mengakui bahwa hal ini memengaruhi kualitas hidup sehari-hari. 53% di antaranya pernah mengalami depresi, dan 50% dari mereka cenderung mengisolasi diri.
Untuk itu, diperlukan langkah tepat untuk mencegah dan mengobati jerawat ini sejak dini. Salah satunya adalah analisa jerawat yang tepat.
”Hal paling krusial yang perlu dilakukan adalah melakukan analisa apakah benar itu adalah jerawat. Karena sering kita mengalami kondisi kulit yang dianggap jerawat padahal bukan.
Misalnya rosacea papulopustular yang adalah kemerahan di area pipi, atau folliculitis yang merupakan gangguan kelenjar rambut. Bisa juga seseorang mengalami erupsi akneiformis akibat terlalu banyak mengonsumsi obat kejang. Mungkin juga dermatitis perioral yaitu kemerahan di sekitar mulut tetapi semuanya rata dianggap jerawat,” lanjut dr. Fitria.
Artikel terkait: Muncul Jerawat Setelah Melahirkan? Kenali Penyebab Beserta Cara Mengatasinya
La Roche Posay Luncurkan Effaclar Spot Scan
Sayangnya, akses masyarakat Indonesia terhadap dermatolog masih minim. Faktanya, hanya 10% yang memiliki akses mumpuni untuk hal ini dan sisanya memilih mencari informasi di internet yang belum tentu akurat. Lebih dari 8,5 juta penderita jerawat di Indonesia mencari solusi penanganan masalah jerawat mereka secara online.
Menjawab kendala tersebut, La Roche Posay meluncurkan Effaclar Spotscan, teknologi berbasis advanced artificial intelligence yang dikembangkan bersama dermatolog dunia. Teknologi ini telah dirancang dengan tingkat akurasi profesional untuk memberikan analisa dan membantu orang Indonesia dengan masalah jerawat lebih dekat dengan akses dan keahlian dermatolog.
“Untuk membangun algoritma yang akurat, La Roche Posay bekerjasama dengan dermatolog dunia untuk menganalisa lebih dari 7,000 sampel foto dari berbagai tipe kulit dan tingkat keparahan jerawat yang berbeda. Tingkat akurasi Effaclar Spotscan telah divalidasi melalui clinical study: 87% akurasi untuk jerawat meradang, 72% noda bekas jerawat, dan 61% komedo. Teknologi Effaclar Spotscan memberikan konsumen informasi yang mereka butuhkan, bagaimana mengatasi dan mencegahnya serta rekomendasi yang dipersonalisasi, menjadikannya sebagai alat yang tepat untuk analisa awal tingkat keparahan jerawat,” ujar Pavel Tyutyaev, La Roche-Posay International Digital Services & Innovation Projects Manager dalam kesempatan yang sama.
Teknologi ini menggunakan GEA (Global Evaluation of Acne) yaitu skala evaluasi global yang digunakan oleh dermatolog di dunia untuk mengukur tingkat keparahan jerawat, jumlah komedo, jerawat meradang, dan noda bekas jerawat. Prosesnya pun terbilang sederhana yakni sebagai berikut:
Pertama, ambil 3 selfie (foto wajah) yaitu tampak depan, samping kanan dan samping kiri. Effaclar Spotscan akan menganalisa dan menentukan tingkat kondisi kulit berjerawat (GEA) 0 hingga 5.
Effaclar Spotscan akan memberi tahu untuk berkonsultasi dengan Dermatolog jika nilai GEA mereka sama dengan atau lebih dari 2 (GEA ≥2). Effaclar Spotscan juga memberikan pilihan bagi individu untuk berkonsultasi dan mendapatkan diagnosa dari Dermatolog melalui layanan teledermatologi dari Halodoc.
Menariknya, hasil analisa nantinya juga akan memberikan rekomendasi rangkaian perawatan yang sesuai dengan kebutuhan kulit sembari menunggu konsultasi dengan dermatolog jika diperlukan. Tak ketinggalan, Effaclar Spotscan juga akan memberikan rekomendasi tips mengenai cara merawat kulit berjerawat.
Semoga informasi ini bermanfaat, dan hindari melakukan acne shaming karena dampaknya tidak baik untuk orang lain.
Baca juga:
Deteksi Gangguan Pencernaan dengan Teknologi Endoscopic Ultrasound yang Lebih Akurat