Burung kedasih merupakan jenis unggas yang dapat ditemukan di hutan atau kawasan perkebunan. Masih banyak masyarakat yang amat meyakini takhayul, termasuk juga mitos burung kedasih.
Mengenal Burung Kedasih
Burung kedasih mempunyai panjang tubuh sekitar 20 hingga 23cm, ekor cukup panjang dengan paruh yang cenderung pendek.
Ciri lain yang paling menonjol dari kedasih yaitu pupil matanya yang berwarna hitam. Tetapi di area pupil mata tersebut juga ada yang berwarna merah.
Sebagian masyarakat Indonesia mungkin lebih mengenalnya dengan nama wiwik kelabu atau uncuing. Sedangkan dalam bahasa Inggris, burung kedasih disebut juga plaintive cuckoo.
Untuk membedakan kedasih jantan dan betina sangatlah mudah. Kedasih jantan memiliki bentuk tubuh dan kepala yang lebih besar, suaranya nyaring, dan bulu ekornya tidak mekar ketika bertengger.
Sedangkan burung kedasih betina mempunyai bentuk tubuh dan kepala yang lebih kecil dari jantan, suaranya cenderung lebih kecil dan bulu ekornya akan mekar ketika bertengger.
Spesies burung C. Merulinus ini mudah ditemui di hutan, perkebunan, pedesaan dan tak jarang juga dijumpai di area perkotaan.
Fakta unik, kedasih termasuk satwa yang tidak memiliki sarang. Burung ini selalu bertengger dari satu pohon ke pohon lainnya pada ketinggian sekitar 10 meter.
Mitos Burung Kedasih yang Beredar di Masyarakat
1. Dikenal Sebagai Burung yang Licik
Dilihat dari nama, burung kedasih diartikakan sebagai kekeluargaan dan kasih. Ternyata, itu sungguh berbeda dengan kondisi nyata.
Kedasih merupakan burung yang licik. Baik burung jantan maupun betina tidak pernah mau bertanggung jawab membuat sarang untuk bertelur dan mengerami telurnya.
Induk betina akan menitipkan telur-telurnya di sarang burung lain secara diam-diam. Setelah telurnya menetas, barulah mereka mengambil anak burungnya.
Uniknya, sifat ini menurun di darah generasi selanjutnya alias anak burung kedasih. Kalau sang induk tidak membuang telur burung lain yang ada di sarang, anaknya yang akan melakukan tindakan tersebut. Kedasih junior tidak sungkan mencakar anak burung lainnya hingga mati.
2. Kedasih Menurut Islam
Dalam Islam, burung merupakan binatang yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT. Mereka dianugerahi sayap yang bisa membuatnya terbang bebas.
Menurut Islam, burung kedasih tidak membawa pertanda apa-apa, entah itu baik ataupun buruk. Tak hanya kedasih, burung jenis lainnya pun tidak memiliki makna tertentu. Hal itu ditegaskan dalam hadits Bukhari dan Muslim, Rasulullah berbunyi sebagai berikut:
“Tidak ada penyakit yang ditularkan, burung penentu nasib baik dan buruk, burung hantu pembawa nasib sial, dan bulan Safar pembawa keberuntungan atau kesialan.”
3. Kedasih Diyakini Membawa Malapetaka
Di kalangan masyarakt, khususnya yang berasal dari tanah Jawa percaya jika kehadiran burung kedasih membawa malapetaka.
Konon, kicauan burung kedasih yang panjang dan menakutkan menandakan akan terjadi musibah pada keluarga yang mendengarnya.
Petaka tersebut biasanya hadir dalam bentuk kematian. Saat terdengar suara kicauan kedasih, akan ada orang yang meninggal dunia. Biasanya, kicauan burung ini terdengar di malam hari.
4. Dihindari Masyarakat Sebagai Peliharaan
Lebih luas lagi, mitos ini berkembang dalam tradisi kejawen di Yogyakarta. Tidak diketahui pasti siapa yang pertama kali menyebarkannya sehingga ada pula masyarakat yang tidak memercayainya.
Untuk menolak bala tersebut, masyarakat Jawa zaman dulu sering berdoa dengan melantunkan tembang tertentu. Yakni Tembang macapat berjudul “Kidung Rumeksa Ing Wengi” ciptaan Sunan Kalijaga yang menjadi salah satu doa penolak bala. Miturut mitos, tembang ini dipercaya bisa menghalau segala marabahaya, termasuk bahaya kicauan burung kedasih.
5. Memiliki Intelektualitas Tinggi
Kendati dicap licik, burung kedasih diketahui memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang lingkungannya melebihi apa yang dapat dipahami manusia.
Tidak hanya memiliki bentuk komunikasi yang unik, mereka juga memiliki cara yang luar biasa dalam memanipulasi lingkungan mereka untuk mencapai tujuannya.
Burung kedasih mampu mengenali keturunannya sendiri, meskipun telurnya diletakkan di sarang burung lain. Kemampuan luar biasa ini telah menyebabkan keyakinan bahwa burung-burung ini menunjukkan tingkat pemahaman dan cinta yang mendalam untuk diri mereka sendiri, semakin memperkuat tempat mereka dalam cerita rakyat Indonesia.
Sayangnya, mitos yang beredar justeru membuat burung ini kian sulit ditemukan di alam liar. Banyak orang yang memburunya, diPerparah dengan mitos yang ada. Pemerintah Indonesia terus berusaha melakukan konservasi agar burung ini terus lestari dan bisa dilihat anak cucu kita kelak.
TerlePas dengan mitos yang ada, semoga informasi ini bermanfaat. Dan kita semakin terbuka dengan cerita yang ada di Indonesia.
Baca juga:
Dianggap Sebagai Simbol Kematian, Intip 8 Mitos dan Fakta Burung Gagak
Mitos Burung Gereja Masuk Rumah, Pertanda Baik atau Buruk?
Mengenal Mitos Perkutut Silver, Burung Unik Pembawa Keberuntungan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.