Suku nyatanya menjadi aspek krusial kala sepasang insan manusia akan melangkah ke jenjang pernikahan. Di tengah kemjauan zaman, mitos orang Jawa menikah dengan orang Sunda masih sangat melegenda. Hal ini tidak terlepas dari sejarah yang terjadi di masa lampau.
Dahulu, Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan Nusantara dalam kekuasaan Majapahit. Namun, Kerajaan Sunda yang berada di bagian barat Pulau Jawa menolak hal tersebut.
Sikap tersebut dianggap menodai Sumpah Palapa yang telah digaungkan oleh Gajah Mada. Perseteruan antara Kerajaan Pakuan Pajajaran di Tanah Sunda dan Kerajaan Majapahit di Tanah Jawa pun tak bisa terhindarkan.
Pada akhirnya, Kerajaan Pajajaran memang takluk namun bukan berarti mencapai perdamaian. Peristiwa yang dikenal dengan Perang Bubat itu merusak hubungan kedua kerajaan. Kerajaan Pajajaran yang kala itu dipimpin Niskalawantu melarang penduduknya menikah dengan orang dari luar kerajaan.
Sebagian orang kala itu menafsirkan aturan ini sebagai larangan untuk tidak menikah dengan orang dari Kerajaan Majapahit alias orang Jawa. Faktanya, hal itu masih berlangsung hingga kini. Banyak orang yang dari Jawa dan Sunda akhirnya urung melanjutkan hubungannya ke pelaminan.
Mitos Orang Jawa Menikah dengan Orang Sunda
1. Pernikahan Campur Jawa dan Sunda Akan Menyebabkan Keretakan Rumah Tangga
Hal ini menjadi paham yang lumrah, terlebih jika suku Sunda adalah sang pria konon akan ‘kalah’ sebagai pemimpin rumah tangga. Padahal, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Jika pasangan Jawa dan Sunda menunjukkan saling pengertian, saling mencintai, dan saling menghormati, pernikahan mereka dapat bertahan terlepas dari perbedaan budaya.
Bahkan, pengalaman budaya yang berbeda bisa menjadi sumber kekuatan bagi hubungan. Selama kedua pasangan mau berkompromi, menyesuaikan ekspektasi mereka, dan mengembangkan pemahaman tentang budaya masing-masing, pernikahan mereka bisa menjadi hal yang indah dan sukses.
2. Mitos: Budaya Jawa dan Sunda Terlalu Berbeda untuk Bersatu
Anggapan bahwa budaya Jawa dan Sunda terlalu berbeda untuk pernikahan yang sukses adalah salah. Faktanya, kedua budaya ini memiliki banyak nilai dan kepercayaan yang sama, seperti pentingnya keluarga dan pentingnya saling menghormati.
Pasangan dapat merayakan perbedaan mereka, sambil tetap menemukan titik temu untuk membangun hubungan yang kuat. Selama pasangan mau berkomunikasi, belajar, dan terbuka terhadap perspektif yang berbeda, mereka dapat membuat pernikahan yang sukses meskipun ada kesenjangan budaya.
Terlepas dari kepercayaan yang kuat bahwa pernikahan antara orang Jawa dan Sunda tidak akan berhasil, kenyataannya persatuan seperti itu bisa sangat berhasil. Kuncinya adalah saling pengertian, cinta dan hormat. Ketika kedua belah pihak berkomitmen untuk saling menghormati budaya, nilai, dan kepercayaan masing-masing, pernikahan dapat bertahan dalam ujian waktu.
Ini berlaku untuk pernikahan apa pun antara dua orang yang berbeda latar belakang, dan hal yang sama berlaku untuk pasangan dari budaya Jawa dan Sunda. Dengan komitmen yang kuat satu sama lain dan kemauan untuk saling belajar, pasangan dapat menciptakan pernikahan yang langgeng dan bermanfaat.
3. Mitos: Orang Jawa dan Sunda Tidak Bisa Menganut Agama yang Sama
Sering terdengar di kalangan masyarakat, nyatanya mitos ini tidak benar. Meskipun mungkin terdapat perbedaan agama antara orang Jawa dan Sunda, bukan berarti mereka tidak dapat menganut agama yang sama. Jika pasangan berdedikasi pada keyakinan mereka dan memastikan untuk mempraktikkannya bersama, maka perbedaan dapat diatasi.
Nyatanya, banyak pasangan di zaman modern yang berhasil menikah lintas agama tanpa kesulitan apapun. Penting untuk diingat bahwa cinta dan pengertian dapat menjembatani celah apa pun dan membuat hubungan apa pun berhasil.
Berlawanan dengan kepercayaan populer, pernikahan campuran antara Jawa dan Sunda bisa berhasil jika kedua belah pihak saling terbuka untuk memahami agama dan budaya masing-masing. Dengan memahami iman masing-masing, pasangan dapat menciptakan pernikahan dan rumah tangga yang damai dan harmonis.
Kunci sukses perkawinan Jawa dan Sunda adalah saling mencintai, menghormati, dan pengertian. Ketika kedua belah pihak mau terbuka dan menerima keyakinan masing-masing, hal itu dapat menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka dan menjadi fondasi pernikahan yang langgeng. Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk secara terbuka mendiskusikan agama, budaya, dan nilai masing-masing sebelum menikah.
4. Pasangan Jawa dan Sunda Akan Kesulitan Berkomunikasi dalam Bahasa yang Sama
Sudah menjadi mitos umum bahwa pasangan Jawa dan Sunda mungkin mengalami kesulitan berkomunikasi satu sama lain karena perbedaan bahasa. Memang benar bahwa bahasa Jawa dan Sunda memiliki keunikan bahasanya masing-masing.
Namun, bukan berarti komunikasi antara keduanya tidak mungkin terjadi. Nyatanya, banyak pasangan yang memiliki saling pengertian dan rasa hormat yang kuat mampu menjembatani kesenjangan linguistik dan berkomunikasi secara efektif. Ini adalah bukti kekuatan cinta dan pengertian dan membuktikan bahwa hambatan bahasa tidak harus menjadi penghalang pernikahan yang sukses.
Komunikasi adalah salah satu aspek terpenting dari pernikahan yang sukses, terlepas dari latar belakang budaya pihak yang terlibat. Terlepas dari mitos dan kesalahpahaman tentang pernikahan orang Jawa dan Sunda, penting untuk diingat bahwa komunikasi adalah kunci untuk pernikahan apa pun untuk berkembang.
Kelas bahasa, kursus online, dan latihan teratur semuanya dapat membantu meningkatkan komunikasi dalam pernikahan apa pun, dan dapat sangat membantu memastikan bahwa kedua pasangan berada di halaman yang sama. Dengan berinvestasi dalam komunikasi, pernikahan apa pun bisa berlanjut hingga maut memisahkan.
5. Pernikahan Jawa dan Sunda Penuh dengan Pertengkaran
Mitos lain yang kerap menimpa pasangan Jawa dan Sunda ialah akan adanya benturan budaya yang menimbulkan pertengkaran. Hm, benarkah demikian?
Belum tentu demikian. Keberhasilan pernikahan apapun bertumpu pada saling pengertian, saling mencintai, dan saling menghormati, terlepas dari latar belakang budaya pasangan tersebut.
Ketika kedua pasangan memprioritaskan kualitas ini, mereka dapat menjembatani perbedaan budaya di antara mereka dan memiliki pernikahan yang bahagia dan sehat. Jika pasangan terbuka untuk mempelajari budaya satu sama lain dan merangkulnya, mereka dapat memanfaatkan keragaman budaya mereka sebaik-baiknya dan menciptakan kultur keluarga campuran yang unik nan istimewa.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pernikahan antara dua budaya bisa sama kuatnya—jika tidak lebih kuat—daripada pernikahan dalam satu latar belakang budaya. Ini karena perspektif dan pengalaman unik yang dibawa masing-masing pasangan ke dalam hubungan.
Selain itu, pengalaman belajar bersama dari dua budaya berbeda yang bersatu dapat memberikan landasan yang kuat untuk pernikahan yang langgeng. Anak-anak dari persatuan semacam itu turut mendapat manfaat kekayaan dua budaya, yang memungkinkan mereka tumbuh menjadi individu yang lebih toleran dan pengertian.
Baca Juga:
Mengulik Mitos Pernikahan Jawa dan Sunda yang Melegenda
Mitos Anak Terakhir Menikah dengan Anak Terakhir, Benarkah Tak Bisa Langgeng?
Tak Boleh Kondangan dan Melayat, Ini 10 Mitos Ibu Hamil Menurut Kepercayaan Tionghoa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.