Saat ini, banyak orangtua yang sudah membuatkan akun media sosial untuk anak. Sebelum anak masuk dunia Facebook, Instagram, Twitter dan berbagai media sosial lain, Parents perlu memberikan pelajaran media sosial pada anak agar ia tak kaget dengan apa yang terjadi di sana.
Mia misalnya. Ia adalah satu dari banyak ibu muda masa kini yang membuatkan akun Instagram untuk anaknya.
Ia mengaku bahwa pembuatan akun Instagram untuk bayinya itu sudah direncanakannya sejak sang anak masih di dalam kandungan sebagai salah satu cara untuk mendokumentasikan pertumbuhan penting anaknya.
Jadi, saat ditanya kapan waktu yang tepat untuk memberikan akun media sosial itu untuknya? Maka jawabannya adalah saat ia sudah selesai mengenyam pelajaran media sosial dari Anda.
Berikut 9 pelajaran media sosial yang perlu diketahui anak:
1. Semua orang pamer
Orang di media sosial akan memamerkan ia sedang berada di mana, sedang makan apa, bersama siapa, pakai baju apa, liburan ke mana, naik apa, dan sebagainya. Ia akan melihat betapa beruntungnya orang-orang tersebut.
Katakan padanya bahwa kesempurnaan yang ada di media sosial bukanlah kehidupan sesungguhnya. Ketika Parents mengatakan ini, Anda juga bisa memberitahukan salah satu efek buruk media sosial padanya, yaitu rasa iri hati terhadap kehidupan yang ditampilkan orang lain di sosial media.
2. Hiduplah di dunia nyata
Seperti apa pun seseorang menampakkan dirinya di media sosial, hal itu tak akan sama dengan dunia nyata. Karena itulah, penting untuk mengingatkan anak untuk hidup di dunia nyata.
Beberapa selebgram tampak sempurna karena ia memang sedang mengiklankan produk tertentu, difoto dengan fotografer khusus, dan riasan wajah dari make up artist ternama. Jadi wajar jika bagus.
Namun di dunia nyata, kehidupan seseorang tidak sesempurna media sosialnya. Ajarilah anak untuk lebih realistis.
3. Tanya pada diri sendiri sebelum mempublikasikan sesuatu
Dengan adanya undang-undang UU ITE soal ujaran kebencian, Parents wajib mengajari anak konsekuensi dari postingan yang ia unggah di media sosialnya. Kembangkan dengan pertanyaan berikut:
- Apakah akan ada orang yang tersinggung dengan postingan saya?
- Apakah saya menyinggung agama, ras, dan suku?
- Apakah itu merupakan konten original milik saya?
- Apakah yang saya posting hoax atau bukan?
- Apakah suatu hari saya atau orang lain akan merasa malu dengan postingan ini?
Jika jawabannya “Ya” maka jangan memposting hal tersebut.
Artikel terkait: Cara mengajari anak mengenali berita hoax di internet.
4. Media sosial tak bisa menggantikan interaksi langsung
Jangan sampai, jika anak kita populer di media sosial, ia akan lupa bagaimana caranya berinteraksi dengan orang lain. Sekalipun tak ada kamera, anak harus tahu bagaimana caranya tersenyum di depan orang lain.
Ajari dia caranya memberikan pujian yang baik, tak sekedar likes di media sosial dan berapa banyak yang melihat videonya. Beritahu padanya bagaimana caranya memberikan apresiasi langsung di dunia nyata pada seseorang yang berprestasi.
Berkomunikasi dengan nenek lewat video call bukan berarti anak tak perlu bertemu neneknya sama sekali. Seseorang yang tampak baik di dunia maya belum tentu baik juga di dunia nyata.
5. Jangan posting jika tak bisa mengatakan hal baik
Anak baik-baik di dunia nyata belum tentu jadi anak baik di dunia maya. Ia bisa jadi pelaku bullying, atau bahkan jadi korbannya.
Sebagai ibu yang baik, sebaiknya contoh berasal dari diri Anda sendiri. Tahan diri sebelum menghakimi orang lain di media sosial.
Jika tak setuju dengan perilaku seseorang di media sosial, ingatkan diri sendiri untuk tidak memberikan komentar nyinyir kepadanya. Jangan sampai anak kita meniru kita dalam hal mem-bully orang di media sosial.
6. Tidak ada hal yang privat
Laman RD menegaskan bahwa apapun yang dibagi di media sosial bukanlah hal privat sekalipun settingan media sosialnya sudah privat. Segala sesuatu bisa di-screenshot atau ditangkap oleh layar dan dibagikan secara luas ke publik.
Jadi, jangan pernah percaya jika ada seseorang di dunia maya bilang bahwa foto itu hanyalah konsumsi mereka berdua. Karena pasti menyebar ke mana-mana jika ada suatu masalah.
Akun media sosial bisa di hack, ponsel bisa hilang, seseorang bisa berkhianat. Maka menyimpan hal privasi di gadget dan media sosial sama sekali tidak aman.
7. Tenang dalam merespon sebuah postingan
Seseorang bisa lebih berani di media sosial. Jika sebuah postingan membuat anak emosi, ajari ia untuk menahan emosi tersebut agar tidak membuat blunder yang sama.
Jangan sampai, karena merespon secara emosional, nantinya ia akan kena masalah baru. Jika postingan itu menghina dirinya, maka ajari anak untuk memberitahukan hal yang mengganggunya di media sosial itu kepada orang dewasa yang dipercaya.
Jika ia memang korban maupun pelaku bullying, maka ia perlu menjalani terapi bersama profesional. Jangan sampai sikap tersebut terbawa sampai dewasa.
8. Membiarkan anak merasakan sakit hati
Sebagai orangtua, pasti kita bersedih jika anak bersedih. Tapi hal menyakitkan tersebut bisa jadi pelajaran berharga untuknya.
Namun jangan sampai rasa sakit hatinya itu jadi dendam. Ubah rasa sakitnya menjadi empati, jangan sampai orang merasakan hal sama seperti yang pernah ia rasakan.
9. Atur screen time
Sekalipun ia sudah punya gadget sendiri, Parents tetap harus mengatur screen time dengan bijak. Jika ia tak mau meletakkan gadgetnya, matikan saja wifi di rumah sehingga tidak ada akses internet lagi.
Perlakukan paket data internet sebagai sesuatu yang berharga. Jangan sampai ia menyepelekan screen time ini dan malah jadi kecanduan gadget yang membuatnya kurang konsentrasi.
Untuk dapat memberi pelajaran media sosial secara optimal pada anak, maka Parents juga harus menjadi contoh yang baik untuk anak. Jangan sampai anak justru mencontoh perilaku buruk orangtuanya di internet.
Itulah 9 pelajaran media sosial yang wajib diketahui oleh Parents. Semoga anak kita bisa terhindar dari semua kejahatan internet yang ada di sekitarnya.
Baca juga:
5 Pedoman Agar Anak Cerdas Berinternet, Orang Tua dan Guru Wajib Tahu