Tak seperti orang dewasa, bayi sangat sensitif terhadap efek samping dari obat. Untuk itu berhati-hatilah saat ingin memberikan jenis obat apa pun untuk bayi, meskipun obat tersebut adalah obat herbal atau malah obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter (obat OTC / Over the Counter)
Aturan pertama kali yang harus diperhatikan sebelum memberikan obat apa pun (termasuk vitamin) untuk bayi/ batita adalah berkonsultasi dengan dokter. Terlebih bila obat tersebut merupakan obat yang pertama kali si kecil minum.
Aturan kedua adalah membaca label pada obat. Karena bisa saja obat yang hendak diberikan termasuk jenis obat yang berbahaya untuk bayi/ batita; seperti kesembilan jenis obat berikut ini.
Ketahui 9 jenis obat berbahaya untuk bayi dan batita
1. Aspirin
Jangan pernah memberikan bayi aspirin atau obat apapun yang mengandung aspirin kecuali atas saran dokter.
Aspirin dapat menyebabkan bayi menderita Reye’s syndrome; sebuah kondisi yang menyebabkan pembengkakan hati dan otak. Kondisi ini memang jarang, tapi Reye’s syndrome termasuk pada penyakit yang mematikan.
Meskipun aspirin aman untuk anak di atas 2 tahun, tapi bila mereka baru saja sembuh dari flu atau cacar, sebaiknya tidak minum aspirin.
Satu hal lagi, jangan pernah berpikir bahwa obat yang dijual bebas di toko-toko obat bebas dari aspirin. Bacalah label obat dengan hati-hati dan tanyakan pada dokter atau apoteker bila Parents tidak begitu yakin apakah obat itu bebas dari aspirin.
Perlu diketahui, aspirin kadang disebut dengan nama “salicylate” atau “acetylsalicylic.”
Bila memang membutuhkan obat untuk mengurangi demam atau rasa sakit lainnya, tanyakan pada dokter tentang memberikan acetaminophen atau ibuprofen – hanya saja jangan pernah memberikan ibuprofen untuk anak di bawah 6 bulan.
2. Obat batuk dan pilek yang dijual bebas
Penelitian telah membuktikan bahwa obat batuk dan pilek yang dijual bebas terbukti tidak menyembuhkan sakit batuk pilek pada batita. Bahkan obat batuk dan pilek ini justru berbahaya bila diberikan lebih dari dosis yang direkomendasikan.
Jenis obat ini juga bisa memiliki efek samping yang cukup berbahaya untuk anak-anak seperti rasa mengantuk yang berlebihan, meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, perut mual, penurunan frekuensi bernapas, kram, diare, ruam, dan kejang.
Jadi sebaiknya berkonsultasilah dulu dengan dokter.
Baca: Hindari Obat Flu, Ini 10 Cara Alami Mengatasi Pilek pada Anak
3. Obat mual dan muntah
Jangan pernah memberikan obat untuk mengatasi mual dan muntah pada bayi/ batita kecuali atas rekomendasi dokter. Jenis obat ini memiliki resiko dan kadang menimbukan komplikasi pada bayi.
Muntah pada bayi umumnya tidak berlangsung lama, dan bisa sembuh dengan sendirinya. Bila muntah si kecil disertai tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, cubitan kulit perut tidak cepat kembali) berilah tambahan oralit sesuai berat bayi dan segera hubungi dokter terdekat.
Artikel terkait: Muntah pada Bayi dan Penyebabnya
4. Obat orang dewasa
Bila Parents dapat sembuh dengan satu dosis obat, tidak berarti si kecil juga dapat sembuh dengan dosis seperempatnya.
Adalah bahaya memberikan obat yang diperuntukkan untuk orang dewasa pada anak-anak, terlebih bayi. Obat untuk bayi biasanya lebih kental dibanding orang dewasa, jadi berhati-hatilah dengan dosisi yang harus diberikan.
Label obat untuk bayi, seharusnya juga menyertakan dosis per berat bayi. Karena itu ketika mendapat resep obat, pastikan bahwa dosis yang diberikan sesuai untuk berat si kecil.
5. Obat yang diresepkan untuk orang lain atau gejala penyakit lain
Resep obat yang diberikan untuk orang lain, meskipun itu untuk saudara sekandung dengan gejala yang sama, sangatlah tidak tepat untuk diberikan kepada bayi. Berikan obat yang memang diresepkan untuk si kecil dan pada kondisi yang spesifik untuknya
Baca juga: Panduan Penggunaan Antibiotik
6. Obat kadaluarsa
Buang obat, resep, juga obat-obatan yang dijual bebas begitu kadaluarsa. Buang juga obat yang telah berubah warnanya, atau berubah bentuk (misal obat tablet yang telah hancur).
Umumnya obat yang penampakannya tidak seperti saat kita buka pertama kali tidak hanya tak efektif lagi, juga berbahaya bila dikonsumsi.
Sebelum membuang obat bacalah petunjuk pada kemasan bagaimana cara membuangnya dengan benar. Bila tidak ada petunjuk akan tata laksana pembuangan, buka kemasan atau botol obat, pada wadah yang sudah tak terpakai dan campur dengan kopi, air kotor, atau apapun yang sekiranya tidak akan menarik anak-anak, binatang, atau orang tak bertanggung jawab untuk mengambil dan menggunakannya kembali.
Tuang campuran dalam plastik dan ikat kuat-kuat agar tidak tumpah. Jangan menghancurkan obat berbentuk pil/ kemasan dan mencampurkannya dengan sembarang larutan.
Jangan lupa lepas semua informasi pribadi yang biasanya ditempel pada kemasan obat.
7. Tambahan acetaminophen
Beberapa obat mengandung acetaminophen guna mengurangi demam atau rasa sakit yang dirasakan. Jadi, berhati-hatilah untuk tidak memberikan tambahan acetaminophen dengan dosis terpisah dari yang telah diresepkan.
Ini juga berlaku meski Parents tidak yakin apakah obat yang diresepkan mengandung acetaminophen atau tidak. Tetap minta persetujuan dokter atau apoteker yang bertanggung jawab akan resep si Kecil, sebelum memberi tambahan acetaminophen.
Lebih baik lagi, bila Parents tidak memberikan beberapa macam obat kepada si kecil, agar tidak ada risiko kelebihan dosis acetaminophen.
8. Obat dalam bentuk tablet
Obat kunyah atau obat bentuk tablet lainnya, merupakan salah satu obat yang berbahaya untuk si kecil. Si kecil bisa saja tersedak karena jenis obat ini.
Jadi bila ada obat dalam bentuk tablet pada resep si kecil, cobalah tanyakan pada dokter atau apoteker apakah tidak masalah bila menghancurkan dan mencampurkannya pada makanan si kecil (tentu saja Parents harus memastikan bahwa si kecil menghabiskan semua makanan tersebut untuk memenuhi dosis yang telah disarankan).
9. Obat tetes mata
Saat mata si kecil sering berair atau gatal, jangan pernah mencoba untuk memberikan obat tetes mata yang biasa Parents pakai di rumah.
Mata si kecil belumlah berkembang dengan sempurna; sementara obat mata yang biasanya kita miliki di rumah adalah obat yang dibuat untuk mata yang telah berkembang (mata dewasa). Jadi lebih baik bawa si kecil ke dokter untuk mencari penyebab dan obat yang tepat.
Semoga ulasan di atas bisa membuat kita lebih berhati-hati saat memberikan obat pada anak.
Referensi:
Baca juga:
Peringatan CDC: Jangan Minum Antibiotik untuk Penyakit yang disebabkan oleh Virus