Wayang golek menjadi ciri khas kebudayaan Tanah Sunda yang populer. Dari sekian banyak seni budaya, wayang menjadi seni yang bertahan di tengah gempuran zaman. Seni tradisional ini masih berkembang di Pulau Jawa dan Bali.
Dalam buku Mengenal Wayang karya Bayu Wibisana, wayang sudah akrab dengan masyarakat sejak dahulu karena wayang merupakan salah satu buah usaha akal budi bangsa Indonesia.
Yuk, kenali beragam fakta menarik wayang golek berikut ini!
Artikel Terkait: 10 Jenis Wayang Khas Indonesia sebagai Cara Melestarikannya
Fakta Menarik Wayang Golek
1. Sejarah
Merujuk laman Pariwisata Indonesia, wayang golek berasal dari kata golek yang artinya boneka kayu.
Kesenian ini pertama kali berkembang di daerah pesisir utara Jawa yaitu Brebes, Cirebon, dan sekitarnya.
Konon di awal kemunculannya, kesenian tradisional ini tidak begitu berkembang dengan pesat.
Padahal, kehadiran wayang ini tidak lepas dari pengaruh wayang kulit.
Tak heran, ada beberapa kesamaan tokoh dalam kedua jenis wayang ini.
Misalnya, tokoh Bagong dalam Wayang Kulit identik dengan Cepot dalam Wayang Golek, juga tokoh Petruk dalam Wayang Kulit identik dengan Dawala atau Udel dalam Wayang Golek.
Adalah Sunan Kudus yang pertama kali menggunakan wayang golek sebagai media penyebaran agama Islam pada 1583 silam.
Beliau membuat setidaknya 70 buah wayang dari kayu.
Kisah yang dibawakan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari berikut petuah dan nilai ajaran agama Islam dan.
Tak ketinggalan, terdapat humor yang membuat penonton tidak ingin beranjak.
Artikel Terkait: Sekelumit Sejarah Wayang Orang, Seni Khas Jawa Tengah yang Bertempur Melawan Zaman
Saat Panembahan Ratu (1640-1650) yang merupakan cicit dari Sunan Kudus memimpin Kesultanan Cirebon, Wayang Golek Cepak mulai dipentaskan di Tanah Parahyangan.
Selanjutnya saat pemerintahan Pangeran Girilaya (1650-1662), Wayang Golek Cepak semakin popular di kalangan masyarakat.
Kesenian ini pun mulai tersebar masif ke seluruh penjuru Jawa Barat sejak dibukanya De Grote Postweg (Jalan Raya Daendels).
Perjuangan tidak berhenti. Bupati Bandung ke-6, Wiranata Kusumah III (1829-1846) turut andil dalam perkembangan bentuk Wayang Golek.
Beliau menggagas Ki Darman yang merupakan pengrajin dan pegiat wayang kulit asal Tegal untuk merancang boneka wayang yang kental akan nilai ke-Sunda-an.
Hasil karya tersebut berjasa menghadirkan bentuk Wayang dari boneka kayu seperti yang kita saksikan sekarang.
2. Jenis Wayang Golek
Dilihat dari bahan pembuatannya wayang terbagi menjadi tiga jenis yaitu wayang dari kayu, wayang dari kain, dan wayang yang terbuat dari kulit.
Seperti telah diinfokan sebelumnya, wayang golek masuk ke dalam jenis wayang yang terbuat dari kayu.
Dalam proses pembuatannya, wayang dari kayu akan diukir sedemikian rupa dan diwarnai agar visualnya indah. Dalam bahasa Jawa, selain boneka kayu, golek juga diartikan mencari.
Dengan memainkan wayang golek, dalang bermaksud memberikan isyarat akan makna kepada penikmat pagelaran wayang agar selepas pertunjukan penonton nggoleki atau mencari makna yang terkandung dalam pagelaran.
Artikel Terkait: Dalang Ki Seno Meninggal Dunia, Dunia Pewayangan Berduka
Wayang boneka kayu ini berbentuk tiga dimensi, di mana bagian kepala tidak menyatu dengan tubuhnya, melainkan menjadi bagian yang terlepas.
Bagian kepala dihubungkan dengan tangkai yang menembus rongga tubuh wayang.
Keistimewaan wayang yang wujudnya tiga dimensi ini membuat pertunjukkan bisa dilakukan kapan saja, pagi maupun malam hari.
Dalam pertunjukkan pun, tidak diperlukan pencahayaan khusus seperti wayang kulit.
Dalam perkembangannya, wayang boneka terbagi menjadi tiga jenis antara lain:
- Pertama, Wayang Cepak (wayang kepala datar) yang berkisah tentang babad Cirebon dan sejarah Tanah Jawa dengan sisipan muatan ajaran Islam
- Kedua, Wayang Golek Purwa yang menceritakan kisah Ramayana dan Mahabrta
- Ketiga, Wayang Golek Modern
3. Unsur
Bagi Anda yang pernah menyaksikan wayang, Anda akan mendapati terdapat sebilah kayu di tangannya yang disebut Tuding.
Tuding inilah yang berperan penting agar menghidupkan wayang dengan aneka gerakan dan gestur.
Dalam penampilannya, wayang golek dimainkan oleh seorang dalang.
Selain memainkan wayang, dalang berperan sebagai pemimpin, pembuat cerita, sekaligus menyampaikan petuah atau nasihat dalam kehidupan.
Agar lebih menarik, pertunjukan Wayang boneka ini diiringi instrumen musik yang dimainkan oleh para pemusik.
Alat musik tradisional yang digunakan diantaranya gendang, gambang, rebab, gong, salendro (gamelan khas Sunda), dan berbagai alat musik tradisional khas Sunda lainnya.
Sejak tahun 1920-an, pertunjukan kesenian ini juga diiringi seorang sinden yang akan menyanyikan lagu-lagu khas Sunda.
Kepopuleran seni pertunjukan tradisional ini di kalangan masyarakat luas tidak terlepas dari andil para dalang kawakan seperti R.H. Tjetjep Supriyadi, R.U. Partasuwanda, Ade Kosasih Sunarya, Asep Sunandar, dan sebagainya.
Bahkan, Wayang Golek pernah menjadi program acara khusus di salah satu televisi swasta nasional.
Selain sebagai hiburan, boneka wayang yang terbuat dari kayu juga diperjualbelikan sebagai souvenir.
Karena bentuknya yang unik, tak sedikit orang yang memajang wayang ini di rumah sebagai benda koleksi.
Keunikannya membuat seni asli Indonesia ini berhasil memikat UNESCO untuk menetapkannya sebagai Warisan Budaya Dunia yang Tak Ternilai dalam Seni Bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 7 November 2003.
Kini, setiap 7 November setiap tahunnya pun diperingati sebagai Hari Wayang Nasional.
Semoga informasi ini membuat wawasan Anda terbuka ya Parents, dan tentunya semakin mencintai budaya Indonesia.
***
Baca Juga:
Seni Khas Jawa yang jadi Warisan Mahakarya Dunia, Ini 5 Fakta Menarik Wayang Kulit
8 Fakta Menarik Candi Borobudur, Candi Buddha Terbesar di Dunia
11 Pahlawan Nasional yang Diabadikan di Mata Uang Rupiah, Siapa Saja Mereka?