Virus flu babi G4 baru-baru ini menghebohkan publik. Sebuah tim peneliti di China telah memeriksa virus influenza yang ditemukan pada babi dari tahun 2011 hingga 2018 dan menemukan varian baru.
Varian baru genotipe 4 virus H1N1 yang menyerupai burung Eurasia (G4 EA H1N1), yang kemudian disebut virus G4. Ilmuwan menyebut jika virus ini memiliki potensi untuk jadi pandemi berikutnya.
Akan tetapi, menanggapi hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) lewat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menjelaskan bahwa adanya virus ini masih belum dilaporkan di Indonesia.
Virus Flu Babi G4 Dikhawatirkan Akan Jadi Pandemi Baru
Adalah tim peneliti di China yang pertama kali mengungkap hasil penelitian tentang virus baru yang dikhawatirkan jadi pandemi setelah covid-19.
“Mengingat pandemi COVID-19 masih terus berkembang dan jalur Sars-CoV-2 terus berkembang, kita perlu terus memantau dan mengevaluasi kemungkinan babi untuk menjadi inang perantara pandemi masa depan,” tulis tim China dalam penelitian tersebut, mengutip dari South China Morning Post (SCMP).
Sementara itu, penelitian yang diterbitkan pada Senin 29 Juni di Jurnal Sains Amerika Serikat menyebut, jenis baru flu babi yang ditemukan di China berpotensi menginfeksi manusia.
Temuan flu babi tersebut memiliki karakteristik virus yang bisa menginfeksi manusia dan menimbulkan kekhawatiran akan potensi pandemi baru setelah COVID-19.
Selain itu, beberapa penelitian yang ditulis para ilmuwan di beberapa universitas China, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China menyebut strain flu babi G4 baru secara genetik diturunkan dari strain H1N1 yang menyebabkan pandemi flu babi pada 2009 silam.
Artikel Terkait : Vaksin Belum Ditemukan, Moms Bisa Melindungi Si Kecil dari Virus Corona dengan Cara Ini
G4 diamati sebagai virus yang berpotensi sangat menular. Para peneliti mengambil 30 ribu swab dari hidung babi di sepuluh provinsi di China dan mengisolasi 179 virus flu babi.
Menurut penelitian, 10,4% pekerja di rumah potong babi yang diuji sudah terinfeksi virus ini. Namun, sejauh ini belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia. China pun tidak menjelaskan lebih lanjut tentang berapa banyak yang telah terinfeksi oleh virus G4.
“Sangat mengkhawatirkan bahwa infeksi virus G4 pada manusia akan meningkatkan risiko terjadinya pandemi,” tulis para peneliti.
Para peneliti juga mendesak berbagai langkah dilakukan untuk memantau orang yang pekerjaannya berhubungan dengan babi.
Kasus Puluhan Ribu Babi Mati di Sumut, Bali, dan NTT
Di Indonesia, kasus babi mati memang berturut-turut terjadi di Sumatera Utara, Bali dan Nusa Tenggara Timur. Dilansir dari laman CNN, pada Februari 2020, total 47 ribu babi mati karena virus Afrikan Swine Fever (ASF) di Sumatera Utara.
Serangan Virus ASF pada babi di Sumut yang dimulai akhir September 2019 itu sudah menyebar hingga ke 21 daerah dari 33 kabupaten/kota di Sumut. Hal serupa terjadi di Bali dan NTT, ratusan babi mati karena virus ASF.
Hal ini dibenarkan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) I Ketut Diarmita. Ia menjelaskan, penyakit yang beredar pada babi di Indonesia saat ini adalah demam babi Afrika atau African swine fever (ASF).
Ketut mengimbau agar warga tidak keliru menyamakan flu babi dengan ASF.
“Kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia pada saat ini adalah ASF dan bukan flu babi,” kata Ketut dalam rilis yang dikutip dari Detik.
Artikel Terkait : Ada di Indonesia saat pandemi, Agnez Mo: “Bersyukur saya bisa bersama keluarga”
Kementrian Pertanian RI Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir
Situs resmi World Organisation for Animal Health menuliskan, ASF disebabkan oleh jenis virus dari keluarga Asfarviridae. Virus ini diketahui hanya menyerang babi, dan tidak sampai menginfeksi manusia.
Sementara itu, G4 EA H1N1 atau virus baru G4 merupakan varian dari virus influenza yang juga menyerang babi. Laporan terbaru peneliti di China menyebut virus ini bisa menginfeksi manusia, tapi belum ditemukan terjadi penularan antar manusia.
Ketut mengaku pihaknya akan meningkatkan kewaspadaan demi mengurangi potensi virus tersebut masuk dan menyebar di Indonesia.
“Jadi masyarakat tidak perlu khawatir terkait flu babi ini. Pemerintah akan terus memantau dan berupaya agar penyakit ini tidak terjadi di Indonesia,” kata Ketut.
“Pengawasan sistematis terhadap virus influenza pada babi adalah kunci sebagai peringatan kemungkinan munculnya pandemi influenza berikutnya. Kita akan siapkan rencana kontingensinya juga,” sambungnya.
Itulah informasi tentang virus flu babi G4. Di situasi seperti saat ini, hendaknya Parents di rumah tetap menjaga kesehatan. Sambil menerima informasi berita-berita kesehatan dari sumber yang telah memiliki kredibilitas dan terpercaya saja.
Referensi : Detikhealth
Baca Juga :
Hal Penting Seputar Virus Campak yang diderita oleh Bayi hingga Orang Dewasa