Sebuah video ibu yang mengancam akan gantung anak jika suami tak angkat telepon beredar di internet. Video tersebut bersumber dari kepolisian Thailand yang segera meringkus sang ibu.
Ibu bernama Nareumon Jampasert memang merekam sendiri video adegan dirinya gantung anak tersebut lewat ponselnya. Kemudian, ia mengirimkan video tersebut ke sang suami Jakrit Saisupan agar mau mengangkat telepon darinya.
Suami merasa ngeri dan tak tega anak lelakinya Theeradej Saisupan digunakan sebagai ancaman. Ia mengirimkan video tersebut ke ibu dan saudara perempuannya.
Kemudian, ibu dan saudara perempuan lelaki yang dipanggil akrab dengan nama Joe ini pun segera mengunggah video ke internet untuk mencari pertolongan bayi malang tersebut.
Dalam video itu, terlihat sang ibu tampak mengangkat tubuh Theeradej Saisupan. Anak yang masih mengenakan diaper tersebut sudah dalam kondisi leher yang terikat dengan tali.
Artikel terikait: Senyuman depresi, penyakit mental yang diam-diam mengincar mereka yang tampaknya bahagia.
Dalam video lengkap yang dijadikan bukti oleh polisi, Nareumon sudah menggantung anaknya hingga lehernya kesakitan. Kemudian, setelah benar-benar tercekik, ibu ini melempar bayinya ke kasur.
“Lihat Joe. Kamu kan sangat peduli sama orang lain. Apa kamu peduli pada anakmu sendiri?” ujar Nareumon.
Ia melanjutkan, “Ini adalah sebuah tali. Aku memang belum membunuhnya. Dia belum mati. Tapi ia akan mati suatu hari nanti.”
Ancamannya soal telepon terdengar jelas pada kalimat selanjutnya, “Jika kamu tidak pulang ke rumah untuk mengambil anakmu, maka lihat saja apa yang terjadi hari ini. Apalagi kalau kamu tidak mau mengangkat teleponku.”
Segera setelah video tersebut viral di jagad internet Thailand yang akhirnya menyebar ke seluruh dunia, polisi segera datang mengamankan Nareumon. Mereka juga mengambil Saisupan dari jangkauan ibunya.
Karena mendapat perhatian media, maka kepolisian menghadirkan Nareumon di depan media untuk melakukan konferensi pers. Kepada media Thailand yang dikuti India Express, ibu ini menjelaskan kondisinya.
Selama ini, ia selalu khawatir suaminya berselingkuh. Selain itu, pekerjaannya di bidang sales juga tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Kedua hal itu memicu depresinya. Apalagi ia harus mengurus sang anak dengan suami yang jarang pulang.
Nareumon mengaku bahwa selama ini ia selalu melampiaskan rasa frustasinya dengan menyakiti dirinya sendiri. Baru kali itu dia melibatkan anaknya saat mengancam suaminya.
Mendengar pengakuan Nareumon, banyak juga yang iba padanya. Depresi memang bisa membuat seorang ibu jadi membenci maupun menyakiti anaknya sendiri.
Karena itulah, pihak suami dan keluarganya batal melayangkan gugatan pada Nareumon. Mereka menyatakan bahwa insiden gantung anak yang dilakukan Nareumon adalah urusan keluarga semata.
Kasus ini bisa menjadi pengingat bagi para suami agar mendampingi istrinya yang memiliki penyakit mental depresi. Hal ini juga jadi alarm bahwa jika Bunda depresi, maka dianjurkan untuk segera mencari pertolongan profesional agar Bunda tak menyakiti diri sendiri dan orang di sekitar.
Kunci pernikahan bahagia adalah istri yang bahagia. Kunci parenting yang baik adalah dengan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Semoga kasus ini bisa jadi pengingat kita semua agar dapat menyayangi diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar.
Baca juga:
Seorang Ibu Bunuh Diri Bersama Bayinya Karena Depresi Pasca-Melahirkan