Bagi sebagian orang, memiliki gigi berantakan dengan warna yang menguning menjadi sebuah mimpi buruk. Kabar baiknya, di era modern seperti sekarang memperbaiki penampilan gigi mudah dilakukan. Salah satunya lewat veneer gigi.
Veneer gigi merupakan prosedur medis yang dilakukan untuk memperbaiki penampilan dengan cara menempelkan veneer di bagian depan gigi.
Dijelaskan drg. Andy Wirahadikusumah Sp. Pros., Prosthodontist, veneer ini tentu saja memiliki banyak manfaat namun tentu saja perlu dikerjakan dengan baik dan benar.
“Intinya mengapa gigi diveneer, agar terlihat cantik dan sehat,” ujarnya saat saya jumpai di acara diskusi ‘Smile Revolution yang diselenggarakan oleh Unilever.
Dengan melakukan prosedur yang satu ini, terbukti bisa menutupi kecacatan pada gigi, seperti bentuk, warna, dan ukuran gigi yang tidak sesuai dengan keinginan pasien. Umumnya, veneer terbuat dari resin atau porselen, dan menempel secara permanen pada gigi.
Artikel terkait: Penyebab gigi sensitif ternyata dipicu dari hal sepele, ini penjelasan dokter gigi!
Manfaat kesehatan veneer gigi
Selain karena manfaat estetika, alias membuat seseorang lebih terlihat cantik, veneer punya manfaat lain untuk kesehatan gigi.
WebMD menjelaskan kalau secara rutin veneer dapat digunakan untuk memperbaiki:
- Gigi yang berubah warna – baik karena perawatan saluran akar; noda dari tetrasiklin atau obat lain, fluoride berlebihan atau penyebab lain; atau adanya tambalan resin besar yang telah menghitamkan gigi
Kerusakan atau patah pada gigi - Rongga antar gigi terlalu jauh atau tidak seragam
- Gigi yang tidak selaras, tidak rata, atau berbentuk tidak teratur (misalnya, memiliki kawah atau tonjolan di dalamnya)
- Untuk menutup celah gigi atau ruang di antara gigi-gigi
Tak hanya memiliki manfaat dari segi estetika, drg. Andy juga menandaskan bahwa veneer gigi juga memiliki manfaat psikologis.
“Selain estetik, yang pasti nomor satu psikologis, dengan gigi lebih putih dan cantik, dia akan lebih percaya diri dan kehidupan sosialnya baik. Kedua, kalau memang kasusnya veneer, tadinya giginya kurang rata, berjejal-jejal, kalau dibiarkan dampaknya buruk, makanan terselip dan susah dibersihkan, dengan veneer bisa membantu memperbaiki posisi gigi,” ungkap drg. Andy.
Artikel terkait: Sakit gigi saat hamil rentan terjadi, ini cara mengatasinya
Risiko veneer gigi
Walaupun demikian, dikatakan drg. Andy bahwa sama dengan tindakan medis atau estetika lainnya, veneer pun memiliki risiko yang mungkin dialami. Terutama bagi seseorang terlalu sering melakukan veneer, dan mengabaikan keluhan setelah melakukan veneer.
“Tapi ada beberapa kasus, sebenarnya memang tidak perlu diveneer, tapi karena tren jadi ikut-ikutan saja. Sebenarnya giginya sudah bagus, cantik dan sehat, akhirnya pengasahan yang dilakukan pada gigi yang sehat jadi lebih banyak, sehingga terkena lapisan yang kita sebut dentin, hal ini kemudian berisiko membuat gigi jadi lebih sensitif,” tandasnya.
drg. Andy menegaskan bahwa prosedur veneer tidak akan berisiko apabila dilakukan dengan prosedur yang benar dan dengan frekuensi yang normal. Normal di sini bisa diartikan ketika gigi sudah rapih, sudah rata, dan tidak bisa ditambahan lagi tingkatan putihnya.
“Jadi kalau memang gigi sudah rapi, sudah lebih putih, tidak perlu dilakukan berulang-ulang kali,” tegasnya.
Maka perlu dipastikan, apakah memang perlu diveneer atau tidak. Artinya kalau gigi sudah berubah warna kekuningan, atau mungkin sudah pernah di tambal semua giginya, boleh dilakukan.
“Risikonya, misalkan kalau habis diveneer, kok, gigi ngilu sedikit, tapi dibiarkan, padahal gigi sensitif itu bisa jadi indikator kita kalau ada sesuatu yang harus diperbaiki. Kalau dibiarkan dalam waktu lama, mungkin bisa menjadi infeksi di giginya, kalau infeksi perawatannya akan lebih kompleks,” tutup drg. Andy.
Dengan mengetahi manfaat serta risiko veneer, idealnya sebelum melakukannya lakukan konsultasi dengan dokter gigi terlebih dahulu, ya.
Referensi: WebMD