Vagina longgar menjadi hal yang membuat Bunda tentu tidak percaya diri, utamanya saat sedang melakukan aktivitas intim dengan suami. Kebanyakan pria pun berpendapat, kualitas vagina menurun setelah proses melahirkan.
Kondisi vagina longgar sangat mungkin terjadi disebabkan peregangan elastis yang terjadi berulang kali, sehingga vagina membutuhkan waktu untuk kembali seperti sedia kala. Apalagi jika wanita melahirkan dengan persaliann normal dimana proses ini membuat otot vagina lelah.
Kendati kondisi ini membuat tak nyaman, hanya sedikit perempuan yang bersedia berkonsultasi ke dokter. Padahal, hal ini berpengaruh signifikan untuk kehidupan pernikahan. Vagina longgar akan membuat perempuan kesulitan mencapai klimaks saat sedang beraktivitas seksual, selain itu juga sulit menahan buang air kecil saat beraktivitas.
“Perempuan yang telah alami kehamilan menyebabkan vagina longgar dan membuat gangguan orgasme,” ujar Enrina Diah, dokter di klinik kecantikan Ultimo Clinic.
Enrina menyayangkan banyak perempuan takut untuk merawat vaginanya yang longgar karena harus dibedah atau dilaser. Mereka umumnya takut dengan rasa sakit yang mungkin dialami. Selain takut akan rasa sakit, hal ini dilandasi dengan ketakutan mereka jika harus menunda berhubungan intim dalam kurun waktu tertentu.
Ahli Kebidanan dan Kandungan, dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG, menjelaskan sejak masa pubertas hingga menopause, area intim kewanitaan mengalami beberapa fase yang dapat menurunkan elastisitasnya akibat perubahan hormon, kehamilan serta persalinan. Tak hanya wanita yang melahirkan normal, pun pasien yang menjalani operasi caesar memiliki masalah dalam kehidupan seksualnya.
“Jumlah melahirkan anaknya cuma 2 misalnya sama saja dengan yang punya anak 4. Ada banyak perempuan yang punya masalah dalam bercinta tetapi tak mencari pertolongan, mereka silent,” katanya saat ditemui dalam konferensi pers bersama Klinik Bamed baru-baru ini.
Ia mencatat, sebanyak 83% pasiennya yang melahirkan secara normal memang mempunyai keluhan vagina longgar namun kondisi ini juga dialami oleh pasiennya yang melahirkan secara caesar.
“Ternyata yang caesar juga mengalami keluhan. Sebagian besar keluhannya menjelang menopause, lalu genital urinary sindrom, atau kering dan nyeri saat berhubungan,” ungkapnya.
Pasien yang datang kepadanya juga mengeluhkan kondisi vagina longgar sehingga minim sensasi saat melakukan hubungan intim dengan suami. Yang terjadi, sang istri lalu pura-pura mencapai orgasme padahal sejatinya tidak merasakan apapun.
Menurutnya, seorang wanita setelah 18 tahun tak akan memproduksi kolagen, sehingga hal ini berpengaruh terhadap elastisitas kewanitaan. Namun, bukan berarti hal ini mustahil untuk diperbaiki.
“Ada botox dan filler juga laser yang tujuannya untuk meremajakan, mengencangkan dan membuat vagina cerah alami. Sebanyak 58% kaum hawa memang mengalami disfungsi seksual atau penurunan gairah setelah melahirkan. Hal ini tentu harus diatasi,” jelasnya.
Vagina longgar usai melahirkan, pasien bisa melakukan perawatan thermiya
Dijelaskan oleh dr Enrina Diah, thermiva merupakan prosedur perawatan kewanitaan dengan memanfaatkan tenaga radio frekuensi. Metode itu dilakukan dengan menggunakan aplikator tongkat khusus yang berukuran jari telunjuk yang nantinya akan dimasukkan ke area labia dan vulva jaringan torestore.
“Proses seluruhnya dilakukan dalam waktu setengah jam. Alat itu akan masuk dalam keadaan panas 42-45 derajat yang dapat menaikkan pembuluh darah dan merangsang kolagen,” tuturnya.
Gelombang frekuensi radionya akan memanaskan jaringan dan mengaktifkan kembali kolagen di area vagina.
Frekuensi radio ini akan menghasilkan panas di area kulit dan mukosa. Panas di masing-masing bagian ini akan menghasilkan tiga manfaat yang berbeda antara lain kontraksi kolagen, remodelling dan meningkatkan elastisitas kolagen. Di samping itu, stimulasi yang dilakukan dalam jangka panjang akan menghasilkan kolagen baru yang membantu meremajakan dan membuat vagina longgar kembali rapat.
Perawatan ini diklaim efektif meningkatkan aliran darah dan mengembalikan ‘kekuatan’ sinyal syaraf yang bisa merangsang normalnya lubrikasi vagina. Proses inilah yang akan membantu membuat orgasme menjadi lebih normal. “Tapi yang pasti, treatment ini harus rutin dilakukan. Setidaknya sebulan sekali,” katanya.
Meski begitu, Diah tidak bisa menentukan harus berapa kali perawatan ini harus dilakukan untuk mendapatkan vagina yang rapat dan normal. “Semua tergantung tingkat kelonggarannya. Biasanya dua kali treatment sudah berkurang kendurnya,” pungkas Diah.
Referensi : Jawa Pos, CNN
Baca juga :
Perubahan vagina sejak masa pubertas hingga menopause, manakah yang sedang Bunda alami?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.