Setiap pasangan memiliki kisahnya tersendiri, khususnya di awal menjalani pernikahan. Ada yang diuji karena faktor ekonomi, masalah kesehatan, hubungan dengan keluarga besar, dan lain sebagainya. Ya, menjalani hari-hari dalam berkeluarga, ujian awal pernikahan pun turut menyertai.
Bagi mereka yang berhasil melewatinya, bukan tak mungkin hubungan pernikahan pun akan semakin kuat. Sebab, di depan nanti pasangan mungkin akan menghadapi ragam masalah dan ujian lain dalam bahtera rumah tangga.
Cerita ujian awal pernikahan
Beberapa Bunda mengungkapkan kisah mengenai kehidupan pernikahan di tahun pertamanya. Seperti apa ya, Parents kisahnya?
1. Suami tempramental
Saat masa penjajakan, mungkin tidak semua sifat asli pasangan akan terlihat. Namun, kala menjalani pernikahan, seseorang terkadang sudah tak bisa lagi menyembunyikannya.
“Ujian awal pernikahan tahun pertama, suami tempramental, Bun. Kalau marah suka pukul, kasar, main tangan, pernah sekali aku dicekik.
Tapi alhamdulilah cuma beberapa bulan doang sikap marah dia kayak gitu. Sekarang sudah mulai berubah kalau marah cuma diam, Bun. Kalau emosinya sudah menurun baru ngomong baik-baik,” ujar salah seorang Bunda berinisial S.
Artikel terkait : Motor tertimpa pohon tumbang, ibu hamil 8 bulan harus kehilangan bayinya
2. Memiliki hutang
Masalah ekonomi bisa menjadi cobaan lain yang menimpa keluarga yang masih seumur jagung. Masih sama-sama menapaki karir, keteteran karena biaya resepsi yang se-langit, atau karena faktor lain bisa menjadi penyebabnya.
Misalnya saja pada kasus Bunda B berikut ini. Biaya resepsi yang cukup besar membuat sang suami sudah tak memiliki tabungan lagi.
“Sehari setelah nikah, saldo di ATM suami 0 rupiah. Karena semua budget pernikahan a-z uang suami. Uang-uang pemberian dari orang-orang diambil semua sama Mama ku, buat bayar-bayar orang yang sudah bantu-bantuin semuanya dalam acara.
Syukurnya, aku selalu punya pegangan uang di ATM beberapa juta dari gaji terakhir kerja. Sebelum nikah, aku resign. Dan syukurnya mamer kasih uang ke suami 1 juta untuk sehari-hari karena dia tanya uang di saldo sisa berapa? Suami jawab aja 0 rp” tuturnya.
Tak seperti kebanyakan pasangan, ia dan sang suami pun harus rela untuk menahan berbulan madu. Keduanya pun tinggal bersama orangtua.
“Saya dan suami cuma uring2an dirumah, paling ngebuka-bukain kado ada banyak banget, Alhamdulillah itu juga rezeki. Suami cuti kerja 3 hari setelah menikah, dan selama 3 hari kami cuman di rumah dong.
Ya, mau gimana lagi. Mau jalan-jalan kemana juga nggak pegang uang banyak takut kehabisan untuk 1 bulan ke depan.
Tiga bulan kemudian saya positif hamil Alhamdillah… Kondisi masih numpang di rumah orang tua. Belum punya tabungan dan waktu hamil 6 bulan barulah kami pindah dan baru bisa ngontrak rumah.
Belum bisa beli, 1 minggu lagi mau lahiran, semoga di tahun ini bisa beli rumah tanpa kredit. Entahlah rezeki dari mana berdoa aja terus, hehe,” pungkasnya.
3. Banyak beradaptasi
Lain halnya dengan Bunda berinisial P yang mengalami beberapa ujian dalam rentang waktu satu tahun pertama pernikahannya. Pada tahun awal pernikahannya ini ia dan sang suami mengaku masih saling beradaptasi satu sama lainnya.
“Tahun pertama? Masih adaptasi banget. Suamiku tiap malem pergi keluyuran, entah ada urusan bisnis atau sekadar nongkrong. Dulu jaman pacaran udah tau juga, ternyata pas dijalanin sendiri kadang merasa nggak sreg.
Awal-awal nikah berat sekali. Tinggal bareng mertua yang sakit-sakitan, dan kalau lagi kumat suka ngomong pedes, walaupun nggak ke aku. Awal-awal beneran syok karena pernah dalam 1 bulan keluar masuk RS, dengan keadaan kumat terus ngata-ngatain suamiku yang engga-engga. Pokoknya jahat banget mulutnya. Alhamdulillah suamiku selalu sabar dan selalu mementingkan kesehatan mentalku.
Dulu juga dikit-dikit nangis, emosi naik turun, ternyata aku positif hamil. Kalau nggak suka sama tingkah dan kata-kata suami bawaannya sedih, emosi, lalu nangis. Ah, kadang lucu kalau diinget.
Belum lagi suami beberapa kali kehilangan uang, entah hilang beneran atau dalam urusan bisnis. Aku mikirnya cuma ‘Ya nggak apa, mungkin kami kurang sedekah.’
Sampai sekarang masih belajar jadi istri dan ibu yang baik buat keluarga. Aku minta bahagia terus ya nggak mungkin, tinggal gimana kita minta dikuatkan sama Allah.
Buatku menikah itu seni. Ya, susah dan senang itu seninya” cerita sang Bunda.
Artikel terkait : Hati-hati, inilah usia pernikahan yang rawan konflik dan perpisahan!
4. Tidak cocok dengan mertua
Hubungan dengan mertua pun menjadi ujian yang dirasakan oleh Bunda R saat tahun awal pernikahannya. Ia pun mengungkapkan cara agar dirinya bisa berhasil melewati masalahnya tersebut.
“Ternyata tahun pertama menikah berat sekali nggak seperti yang dibayangkan, terutama kalo ekonomi kurang. Pusing bangun rumah, sementara di rumah mertua nggak nyaman, nggak cocok dengan mertua dan stres karena mertua masih belum rela anaknya menikah.
Ditambah ibu yang menuntut dan nggak pengertian menambah stres. Terasa diasingkan keluarga sendiri tapi juga merasa nggak diterima di keluarga suami, sendirian gak ada teman dan gak ada kerjaan jadi sempat depresi.
Cara lewatinnya: dijalanin aja, coba nggak mikir jelek kemana-mana, banyak berdoa nminta didoakan, mencoba mengalah, sabar dan ikhlas, menurunkan tuntutan ke suami.” ungkapnya.
5. Kehilangan buah hati
Pedihnya merasakan kehilangan buah hati harus dirasakan Bunda K yang mengalami terlahir prematur. Sang Bunda pun mencoba untuk memetik hikmah atas kejadian yang menimpanya.
“Tahun pertama diuji dengan meninggalnya putri kembar kami karena terlahir prematur di usia kandungan 27 minggu. Hidup di dunia hanya 7 dan 2 hari. Setiap pernikahan itu ada ujiannya masing masing. Mengajarkan untuk sabar, ikhlas dan bersyukur.” ungkapnya.
Tentu, setiap pasangan memiliki kisah, lika-liku, suka, maupun duka yang dialami. Namun, apa pun masalah yang terjadi, tentu akan ada hikmah yang bisa saling mendewasakan pasangan.
Yuk, saling memberikan saran dan menyemangati di komunitas theAsianparent.
Sumber : Artikel TheAsianparent
Baca Juga :
Konflik Rumah Tangga Tidak Selalu Buruk, Ini Penjelasan Psikolog