Segala upaya pencegahan Covid-19 seperti cuci tangan dan social distancing telah dilakukan. Namun, tindakan ini hanya untuk memperlambat penyebaran penyakit, bukan mengatasi. Oleh sebab itu vaksin corono sangat dibutuhkan. Kabar baiknya, saat ini peneliti sedang melakukan uji coba vaksin corona dengan harapan dapat segera digunakan.
Peneliti mempelajari virus Covid-19 dan berlomba membuat vaksinnya
Pada awal Januari, China telah mengurutkan bahan genetik Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19 dan membagikannya. Dengan demikian, memungkinkan kelompok penelitian di seluruh dunia untuk mempelajari bagaimana virus itu menyerang sel manusia dan membuat vaksin.
Semua vaksin bekerja sesuai dengan prinsip dasar yang sama. Mereka menyajikan sebagian atau semua patogen ke sistem kekebalan manusia, biasanya dalam bentuk injeksi dan dengan dosis rendah, untuk mendorong sistem untuk menghasilkan antibodi terhadap patogen.
Pertama kali uji coba vaksin corona pada sukarelawan di Amerika
Senin (16/3/2020), peneliti Amerika Serikat menyuntikkan Vaksin Virus Corona atau Coronavirus kepada seorang sukarelawan untuk yang sehat pertama kalinya. Para ilmuwan di Kaiser Permanente Washington Research Institute di Seattle, AS, memulai penelitian tahap pertama yang ditunggu-tunggu dengan cemas tentang potensi vaksin COVID-19 seperti dilansir Time.com,
“Kami tim corona virus sekarang,” kata pemimpin studi Kaiser Permanente, Dr. Lisa Jackson pada malam sebelum percobaan.
“Semua orang ingin melakukan apa yang mereka bisa dalam keadaan darurat ini,” sambung Lisa.
Artikel terkait: Mirip tapi tidak sama! Ini perbedaan gejala covid-19, flu, dan pilek
Seorang manajer operasi di perusahaan teknologi kecil menjadi peserta studi pertama yang menerima suntikan di dalam ruang pemeriksaan. Tes ini akan melibatkan sebanyak 45 sukarelawan, masing-masing akan menerima dua dosis suntikan dengan jarak satu bulan.
“Kita semua merasa sangat tidak berdaya. Ini adalah kesempatan luar biasa bagi saya untuk melakukan sesuatu,” kata Jennifer Haller (43 tahun), relawan dari Seattle. Dia adalah seorang ibu dari dua remaja. Kedua anaknya senang mengetahui ibunya mengambil bagian dalam penelitian ini.
Senin kemarin menjadi tonggak sejarah yang menandai awal dari serangkaian studi pada relawan yang diperlukan untuk membuktikan apakah suntikan itu aman dan bisa bekerja. Bahkan jika penelitian berjalan dengan baik, vaksin belum dapat digunakan secara luas hingga 12 hingga 18 bulan ke depan, kata Dr. Anthony Fauci dari Institut Kesehatan Nasional AS.
Selain di Amerika, ada banyak studi dan uji coba vaksin corona
Kandidat vaksin ini, yang diberi nama kode mRNA-1273, dikembangkan oleh NIH dan perusahaan bioteknologi yang berbasis di Massachusetts, Moderna Inc. Tidak ada kemungkinan peserta dapat terinfeksi dari suntikan karena mereka tidak mengandung coronavirus itu sendiri.
Ini bukan satu-satunya vaksin potensial. Banyak kelompok riset di seluruh dunia berlomba untuk membuat vaksin melawan COVID-19. Kandidat lain, yang dibuat oleh Inovio Pharmaceuticals, diperkirakan akan memulai studi keselamatan sendiri – di AS, Cina dan Korea Selatan – bulan depan (4/2020).
Artikel terkait: Penelitian terbaru: Virus Covid-19 bertahan 5 minggu dalam tubuh setelah terinfeksi
Masih dibutuhkan lebih banyak penelitian
“Kami tidak tahu apakah vaksin ini akan memicu respons kekebalan, atau apakah itu aman. Itu sebabnya kami melakukan percobaan,” dokter Lisa menekankan. “Kita belum pada tahap di mana akan mungkin atau bijaksana untuk memberikannya kepada populasi umum.”
Sebagian besar penelitian vaksin yang sedang berlangsung secara global menargetkan protein yang dinamai “spike” yang mengikat permukaan corona virus baru dan memungkinkannya menyerang sel manusia. Memblokir protein itu dan tidak akan menginfeksi manusia.
Para peneliti di NIH menyalin bagian dari kode genetik virus yang berisi instruksi bagi sel untuk membuat protein spike. Kemudian “messenger RNA” itu dibungkus ke dalam vaksin.
Idenya, tubuh akan menjadi pabrik mini, menghasilkan beberapa protein spike yang tidak berbahaya. Ketika sistem kekebalan bertemu protein asing, itu akan membuat antibodi untuk menyerang – dan siap untuk bereaksi dengan cepat jika orang tersebut kemudian menemukan virus yang sebenarnya.
Cara ini jauh lebih cepat untuk menghasilkan vaksin dibanding pendekatan tradisional yang menumbuhkan virus di lab dan menyiapkan suntikan dari versi yang terbunuh atau yang dilemahkan.
Akan tetapi, perlu waktu untuk mengujinya dalam jumlah yang cukup besar untuk menemukan apakah ada efek samping yang tidak biasa dari vaksin tersebut, kata Dr. Nelson Michael dari Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed, yang sedang mengembangkan kandidat vaksin yang berbeda.
Vaksin corona akan diproduksi secara massal
Sebelum vaksin corona dipasarkan dan digunakan seluruh masyarakat, tentu saja memerlukan proses yang tidak sebentar. Namun, setelah Amerika melakukan uji coba, kini ada kabar baiknya dari China.
Tak hanya melakukan percobaan klinis penggunaan vaksin COVID-19, di China akan segera memasarkan secara massal.
New York Post melaporkan, Administrasi Produk Medis Nasional telah menyetujui tes untuk vaksin COVID-19 pertama di negara itu pada Selasa (17/3/2020).
Vaksin tersebut dikembangkan oleh para peneliti di Akademi Ilmu Kedokteran Militer di Wuhan.
Para peneliti ini telah melakukan penelitian menemukan vaksin COVID-19 sejak tiba di Wuhan pada 26 Januari dan kini telah siap untuk memproduksi vaksin dalam skala besar.
Chen Wei, pakar biowarfare militer terkemuka yang memimpin tim mengatakan, “Kami adalah komunitas masa depan bersama bagi umat manusia, dan vaksin adalah salah satu senjata ilmiah dan teknologi paling kuat untuk mengakhiri epidemi virus corona baru.”
Sumber: Time.com, The Guardian, CNBC Indonesia
Baca juga:
Sering tak terdeteksi, ini gejala Corona hari ke-1 sampai ke-17, wajib tahu!