Pernah mendengar tren makan plasenta, seorang ibu yang mengonsumsi atau makan plasenta bayinya setelah melahirkan?
Setelah proses melahirkan, banyak orang percaya bahwa dalam plasenta bayi terdapat beragam zat organik bergizi yang dapat membantu meminimalkan rasa sakit yang dirasakan sang ibu. Juga, mengurangi perdarahan, meningkatkan pasokan ASI, meningkatkan ikatan ibu dan bayi, bahkan dipercaya membantu meringankan depresi pasca melahirkan.
Meskipun tren makan plasenta dan manfaatnya masih diperdebatkan, tetap saja tak sedikit kaum ibu yang mencobanya. Bahkan ada yang mengolahnya sebagai bahan dasar camilan cokelat.
Beberapa waktu lalu, seorang ibu bahkan mengolah plasenta menjadi minuman smoothies. Tak hanya untuk dirinya, smoothies ini bahkan diberikan untuk seluruh anggota keluarganya!
Adalah Jay Woodall, wanita asal Inggris ini mengaku antusias mengikuti tren makan plasenta ini. Dengan alasan untuk kesehatan, ia pun memberikan olahan plasenta untuk suami dan anak-anaknya.
Jay mengatakan sebenarnya keinginan dirinya untuk mengonsumsi plasenta anaknya sudah ingin dilakukan sejak anak pertamanya lahir. Sayangnya keinginan tersebut terlewatkan. Ia pun baru bisa melakukannya saat anak ketiganya lahir.
Ia pun mencari cara, bagaimana mengolah plasenta untuk bisa dinikmati dengan baik. Akhirnya ia pun mengolahnya menjadi smoothies.
Namun untuk bisa menikmati plasenta dengan olahan yang layak, ia harus mengeluarkan dana sebesar 30 Euro atau sekitar Rp500 ribu. Selain itu, ia pun mengolahnya menjadi suplemen, di mana ia menggunakan sisa plasentanya yang dalam bentuk kering. Pembuatan plasenta menjadi suplemen ini menghabiskan biaya sekitar 150 Euro atau sekitar Rp 2,5 Juta.
Ia mengatakan, “Ini adalah campuran (buah dan plasenta), semuanya tidak murni plasenta. Beberapa orang berpikir itu agak kotor dan tidak terlalu menggugah selera. Di lain sisi ada juga yang tertarik dan bertanya tentang hal itu.”
Meskipun banyak orang yang tak habis pikir dengan tren makan plasenta, termasuk dengan keputusannya ini, ia mengaku tak peduli. Menurutnya, hal terpenting adalah kesehatan dirinya dan keluarga yang ia sayangi.
“Saya siap untuk mencoba hal-hal jika itu akan bermanfaat bagi kesehatan,” tukasnya.
Setelah mencicipi olahan plasenta, ia mengaku bahwa rasanya tidak berbeda jauh saat ia menikmati smoothies lainnya.
“Rasanya seperti smoothies berry, campuran air kelapa dan buah beri membuat rasanya sangat enak,” terangnya.
Menurutnya mengonsumsi plasenta tidak terlalu berbeda dari mengonsumsi daging hewan yang selama ini dikonsumsi banyak orang. Ia juga mengatakan bahwa banyak hewan, terutama mamalia yang melakukannya.
Joy menandaskan setelah mengonsumsinya, ia mendapatkan energi lebih banyak. Ia pun merasa bahwa kualitas tidurnya semakin baik.
Dan yang paling penting buatnya, produksi ASI buat anaknya dirasakan sangat meningkat serta menjauhkannya dari baby blues atau postpartum depression, karena berpengaruh pada suasana hati yang bagus.
Ia merasa dengan mengonsumsi smoothies dari plasenta bayinya bisa membantu mencegah dirinya alami depresi setelah melahirkan.
Bagaimana, di antara Parents ingin mencoba tren makan plasenta sperti Jay?
Baca juga :
Benarkah plasenta bayi aman dimakan? Berbahaya atau ada manfaatnya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.