Amber Scorah tak punya pilihan lain selain menitipkan bayi 3 bulan laki-lakinya, Karl, di day care (tempat penitipan anak) ketika masa cuti melahirkannya telah habis.
Di hari pertamanya masuk kerja, Amber menitipkan Karl di Soho Child Care di Manhattan. Lalu ia berangkat ke tempat kerja.
Siang hari Amber mendatangi child care dengan maksud hendak menyusui Karl. Betapa terkejutnya ia karena di sana ia melihat buah hatinya sedang tak sadarkan diri. Pemilik day care melakukan CPR (pernafasan buatan) pada Karl, namun dengan cara yang kurang tepat.
Malang, nyawa Karl tak terselamatkan. Sampai saat ini penyebab tewasnya bayi 3 bulan itu masih misterius, bahkan laporan otopsi tidak mampu mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.
Dilema ibu bekerja
Dalam sebuah blog parenting di New York Times, Amber menulis tentang duka cita akibat kehilangan bayi 3 bulan yang lucu dan menggemaskan. Ia tidak hendak menyalahkan day care yang gegabah menangani putranya, melainkan menyoroti sedikitnya masa cuti melahirkan yang didapatnya. “Seorang ibu (bekerja) tak memiliki pilihan lain selain meninggalkan bayinya bersama orang asing, meski keputusan itu terasa sulit untuknya. Saya seharusnya tinggal di rumah bersama Karl lebih lama, tapi tak ada jalan lain selain bekerja kembali,” tulisnya.
Lee, ayah Karl, adalah seorang pekerja freelance dengan gaji yang cukup untuk membayar uang sewa rumah dan makan selama beberapa bulan. Sedangkan asuransi kesehatan yang didapat Amber dari tempatnya bekerja diandalkan untuk menutup biaya pengobatan Karl jika ia sakit. Amber juga menuturkan harapannya tentang perpanjangan masa cuti melahirkan bagi ibu bekerja. Amber merasa, masa cuti melahirkan selama 3 bulan tidaklah cukup, meski ia tetap mendapatkan gaji.
Sebelum masa cutinya berakhir, Amber telah menemui bagian HRD tempatnya bekerja dan mengajukan masa cuti tambahan tanpa gaji. Mereka menolak dan mengatakan bahwa kebijakan seperti itu tidak ada dalam peraturan perusahaan.
Amber mengakui, kebijakan perusahaan yang memberinya cuti berbayar selama 3 bulan adalah kebijakan yang ‘murah hati’. Ia juga menyadari bahwa meminta perusahaan memberinya cuti tambahan akan membuatnya kehilangan pekerjaan dan asuransi kesehatan.
Apa yang Amber sesalkan adalah sistem yang diterapkan di mana ia tinggal dan bekerja, yang sering membuat ibu bekerja berada dalam pilihan sulit.
Parents, bersyukurlah bahwa kita tinggal di Indonesia di mana biaya hidup masih terjangkau, meski beberapa dari kita agak kesulitan menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi saat ini. Di Indonesia kita masih bisa meminta tolong kerabat untuk menjaga anak sementara kita bekerja. Biaya menyewa ART (asisten rumah tangga) atau pengasuh anak pun juga lebih terjangkau.
Oleh karena itu, marilah kita mengelola waktu dengan baik agar memperoleh yang terbaik juga dalam hal pekerjaan maupun keluarga.
Referensi: The New York Times
Baca juga: