11 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia, Unik dan Penuh Kebersamaan
Ada tradisi apa saja, ya? Yuk, cek selengkapnya di sini!
Hadirnya bulan Ramadan selalu dihiasi dengan penuh sukacita oleh seluruh umat Islam, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan sejumlah daerah di Indonesia memiliki tradisi khusus sambut Ramadan, lho.
Meskipun setiap daerah menghadirkan tradisi yang berbeda-beda, tetapi semuanya bertujuan yang sama. Apa itu? Tentunya untuk mempersembahkan rasa syukur dan penuh kegembiraan akan datangnya bulan suci ini.
Parents, penasaran apa saja tradisi unik dalam menyambut Ramadan di negeri kita tercinta ini? Yuk, simak penjelasannya!
Artikel Terkait: Ternyata Begini 6 Cara Rasulullah Menyambut Ramadhan, Yuk Diamalkan!
Tradisi Sambut Ramadan dari Berbagai Daerah di Indonesia
Berikut ini theAsianparent rangkum beragam tradisi unik sambut bulan Ramadan di Indonesia.
1. Meugang atau Makmeugang (Aceh)
Dalam menyambut Ramadan, masyarakat Aceh melakukan tradisi unik yang disebut meugang atau makmeugang. Tradisi ini berisi kegiatan menyembelih hewan ternak yang biasa dikurbankan, seperti sapi atau kambing, lalu dimasak dagingnya.
Penyembelihan biasanya akan dilaksanakan dua hari sebelum Ramadan tiba. Namun, ada juga yang melakukannya sehari menjelang Ramadan. Setelah disembelih, sebagian daging akan dibagikan kepada para tetangga. Sementara itu, sebagian lagi untuk disantap bersama keluarga.
Tidak hanya itu, daging meugang juga biasanya dibagikan kepada para anak yatim piatu. Ada juga yang mengantarkannya ke masjid untuk dinikmati para jemaah lainnya.
Tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Aceh. Bahkan, jika Parents berkunjung ke Aceh menjelang bulan Ramadan, Parents bisa mengikuti tradisi meugang ini. Semangat gotong royong dan kekeluargaan akan sangat terasa.
Masyarakat muslim Aceh masih tetap melestarikan tradisi yang satu ini. Bagi mereka, meugang bukan sekadar tradisi, tetapi juga merupakan salah satu bentuk syukur atas rezeki yang telah diperoleh sebelas bulan lamanya.
2. Tradisi Pacu Jalur (Riau)
Masyarakat muslim yang ada di Riau juga punya tradisi unik dalam menyambut Ramadan. Menjelang bulan puasa, masyarakat Riau akan bersiap-siap untuk menggelar acara Pacu Jalur.
Berbeda dari daerah lain di Indonesia dalam menyambut Ramadan, tradisi Pacu Jalur ini lebih mirip seperti pesta rakyat, Parents.
Tradisi ini dimeriahkan dengan penuh sukacita. Masyarakat akan beramai-ramai menuju tepi sungai untuk melihat secara langsung acara Pacu Jalur, yaitu perlombaan dayung.
Perlombaan ini nantinya akan diakhiri dengan tradisi lainnya yang disebut Balimau Kasai. Balimau Kasai sendiri memiliki arti bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam tiba.
3. Tradisi Malamang (Sumatera Barat)
Setiap menjelang Ramadan, masyarakat Minangkabau akan beramai-ramai membuat lemang atau yang disebut lamang dalam bahasa Minang. Tradisi ini pun dinamakan malamang.
Lamang atau lemang adalah makanan tradisional yang terbuat dari bahan-bahan seperti beras ketan, santan, dan kemudian dibungkus daun pisang. Setelah itu, dimasak menggunakan bambu sebagai tempat adonan.
Tradisi malamang ini rutin dilakukan oleh masyarakat Minang setiap tahunnya dan melibatkan banyak orang. Masyarakat muslim akan bekerja sama mencari bambu, kayu bakar untuk memanggang lamang, dan mempersiapkan berbagai macam bahan baku pembuatan lamang.
Masyarakat Minang akan menyajikan lamang dengan tapai sipuluik yang berbahan dasar beras ketan hitam atau beras ketan merah. Namun, lamang juga bisa dihidangkan bersama durian jika pada saat yang bersamaan musim durian sedang berlangsung.
4. Tradisi Balimau (Sumatera Barat)
Selain tradisi malamang, ada juga tradisi Balimau yang dilakukan oleh masyarakat Minang saat menyambut Ramadan. Apa itu tradisi Balimau?
Diambil dari kata limau yang berarti jeruk dalam bahasa Minang. Balimau merupakan tradisi mandi dengan menggunakan salah satu jenis jeruk, yaitu jeruk nipis.
Tradisi Balimau biasanya dilakukan di lokasi yang dekat dengan sungai atau tempat pemandian. Jadi, air yang digunakan adalah air mengalir. Tradisi yang satu ini sudah diwariskan secara turun-temurun sejak berabad-abad lalu dan memiliki filosofi yang cukup dalam.
Dengan mandi Balimau ini diharapkan diri menjadi bersih secara lahir maupun batin sebelum masuknya bulan Ramadan. Tradisi ini mengacu pada ajaran Islam untuk mensucikan diri dan salah satu caranya adalah dengan mandi yang bersih.
5. Tradisi Munggahan (Jawa Barat)
Masyarakat Sunda juga punya cara tersendiri dalam menyambut Ramadan. Mereka biasanya melakukan tradisi munggahan sehari sebelum dan pada hari pertama puasa. Meskipun terdapat perbedaan pelaksanaan tradisi munggahan di setiap kota di Jawa Barat, tetapi tetap memiliki makna yang sama.
Tradisi munggahan sudah ada sejak dahulu. Dalam tradisi ini, berisi kegiatan berkumpulnya anggota keluarga untuk bersilaturahmi, berdoa bersama, serta makan sahur bersama.
Tujuan diadakannya tradisi munggahan sebelum Ramadan tiba adalah untuk mempersiapkan diri berpuasa. Hampir semua masyarakat Sunda masih melakukan tradisi ini meskipun beberapa sudah melakukan modifikasi.
6. Tradisi Nyorog (Betawi)
Di Jakarta, masyarakat Betawi juga memiliki tradisi dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan, yaitu tradisi Nyorog. Tradisi ini dilakukan untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga.
Pada tradisi ini, biasanya setiap orang akan membagikan bingkisan kepada keluarga. Isi bingkisannya pun bisa berupa masakan khas Betawi, seperti sayur gabus pucung yang dibawa dengan menggunakan rantang.
Sayur gabus pucung adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar ikan gabus goreng. Kemudian, dimasak menggunakan berbagai aneka bumbu, seperti cabai merah, jahe, dan kunyit.
Selain bersilaturahmi dan membagikan bingkisan, masyarakat muslim Betawi juga saling meminta doa restu dalam tradisi ini. Tujuannya adalah agar ibadah puasa yang akan dilaksanakan berjalan dengan lancar.
Artikel Terkait: Ramadan Sebentar Lagi, Ini Hukum Melaksanakan Ibadah Puasa untuk Anak dan Lansia
7. Tradisi Nyadran (Jawa Tengah)
Tradisi Nyadran merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat muslim di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pada tradisi ini masyarakat akan berziarah ke makam leluhur dan kerabatnya. Mereka juga akan membersihkan makam dan berdoa.
Kegiatan lain yang dilakukan pada upacara nyadran adalah menabur bunga di atas makam. Bunga yang ditaburkan biasanya bunga mawar merah dan putih. Setelah itu, diakhiri dengan kenduri selamatan di atas makam.
8. Tradisi Perlon Unggahan (Banyumas)
Di Banyumas, juga terdapat tradisi ziarah kubur yang dilakukan menjelang bulan puasa. Tradisi ini dinamakan Perlon Unggahan. Makam yang dikunjungi dalam kegiatan ini adalah makam Bonokeling. Peziarah diharuskan bertelanjang kaki sambil membawa nasi ambeng.
Nasi ambeng adalah merupakan sajian khas Jawa yang diletakkan di atas nampan serta dikelilingi lauk-pauk. Para Kasepuhan yang berjumlah enam orang akan berdoa dengan khusyu di makan Bonokeling. Setelah itu, pada akhir acara akan dilaksanakan makan bersama dengan warga sekitar.
9. Tradisi Gebyar Ki Aji Tunggal (Jepara)
Gebyar Ki Aji Tunggal adalah tradisi menyambut bulan suci Ramadan yang dilakukan oleh masyarakat Jepara. Tradisi ini tepatnya berada di Desa Karangaji, Kecamatan Kedung. Gebyar Ki Aji Tunggal bertujuan sebagai sarana syiar agama Islam sekaligus mengingatkan masyarakat sekitar jika Ramadan akan segera tiba.
Bukan hanya itu, tujuan diadakannya tradisi Gebyar Ki Aji Tunggal adalah untuk mengungkapkan rasa syukur pada pendahulu yang sudah berperan dalam memberi nilai-nilai kehidupan. Melalui acara ini pula masyarakat diharapkan mampu menjaga diri dari perbuatan maksiat dan lebih memperbanyak amal kebaikan, terutama ibadah.
10. Tradisi Apeman (Yogyakarta)
Masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan tradisi apeman secara turun-temurun. Tradisi ini dimulai dengan berziarah terlebih dahulu untuk mendoakan keluarga dan kerabat yang telah meninggal.
Setelah berziarah, warga akan mulai memasak kue tradisional, yaitu apem. Kue yang terbuat dari tepung beras ini dianggap sebagai simbol permohonan maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan. Nantinya, kue apem tersebut akan dibagikan kepada keluarga dan tetangga.
11. Tradisi Megibung (Karangasem, Bali)
Di Bali juga terdapat satu tradisi menyambut datangnya bulan Ramadan, Parents. Tradisi ini disebut megibung. Dalam megibung, masyarakat akan melakukan kegiatan makan bersama dengan sajian nasi gibungan (nasi untuk tradisi Megibung).
Seporsi nasi gibungan untuk satu kelompok orang disebut satu sela. Satu sela biasanya dimakan antara empat hingga tujuh orang. Nuansa kebersamaan pun menjadi sangat terasa.
Artikel Terkait: Keistimewaan 10 Hari Pertama Ramadan, Parents Jangan Sampai Melewatkannya!
Nah, itulah sejumlah tradisi unik sambut Ramadan yang dilakukan umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia. Bagaimana dengan keluarga Parents, apakah memiliki tradisi tertentu dalam menyambut bulan suci Ramadan? Semoga ibadah puasa kita di tahun ini berjalan lancar, ya, Parents!
Baca Juga:
Jelang Puasa, 20 Kumpulan Ucapan Hari Ramadan Ini Bisa Dikirimkan Via WhatsApp
Membaca Niat Puasa Ramadan Setelah Subuh, Bagaimana Hukumnya?
8 Menu Buka Puasa Kesukaan Rasulullah SAW, Nikmat dan Menyehatkan