Indonesia memiliki beragam suku yang memiliki tradisi menarik. Salah satunya adalah Suku Dani yang hidup di Lembah Baliem, Papua. Suku Dani memiliki tradisi yang cukup menarik sekaligus bisa dikatakan ekstrem, yakni tradisi potong jari atau yang disebut sebagai Iki Palek.
Artikel terkait: 5 Ritual atau Tradisi Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia
Dilansir dari Merdeka.com, meskipun bagi banyak orang hal ini menakutkan, tradisi potong jari memiliki makna yang cukup dalam bagi Suku Dani. Kali ini, kami akan membahas mengenai tradisi unik ini.
Asal-usul dan makna tradisi potong jari
Pada dasarnya, keberadaan suku Dani di Papua awalnya diungkap pada rentang waktu tahun 1900 hingga 1940-an. Kemudian, pada tahun 1983, seorang zoologist dan filantropi Amerika, Richard Archbold, memimpin sebuah ekspedisi untuk mengenal lebih dekat masyarakat suku Dani.
Penduduk suku Dani mayoritas bekerja sebagai petani dan memiliki beberapa teknologi untuk mengolah tanah, seperti kapak batu, pisau yang terbuat dari tulang belulang, bambu, dan tombak. Sisanya ada yang berburu dan beternak.
Diketahui, suku Dani pun ternyata memiliki berbagai tradisi yang sangat menarik. Salah satunya adalah tradisi iki palek. Secara umum, tradisi ini dilakukan sebagai wujud kesedihan atas kehilangan anggota keluarganya. Jumlah jari yang dipotong menandakan jumlah keluarga yang meninggal.
Kebanyakan, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Dani yang berjenis kelamin perempuan. Untuk menunjukkan kesedihan yang begitu mendalam, para laki-laki di dalam suku ini melakukan pemotongan kulit telinga mereka.
Tradisi potong jari dilakukan karena jari bagi suku ini merupakan simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. Selain itu, jari juga merupakan lambang kesatuan dalam keluarga, suku, marga, dan sejarah. Bentuk dan panjang jari seseorang merupakan wujud dari kerja sama dan gotong-royong.
Artikel terkait: Sekura, Tradisi Idul Fitri Asal Lampung yang Pererat Persaudaraan
Ketika jari lengkap, berarti seseorang bisa bekerja sama dan dapat berfungsi secara penuh. Namun, ketika jari sudah dipotong, kekuatan dan kerja sama yang dijalin pun akan berkurang.
Anggota keluarga yang lengkap diibaratkan sebagai sebuah jari yang bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Sementara itu, kematian keluarga diibaratkan jari yang berkurang sehingga tidak bisa memiliki fungsi yang semestinya.
Dilansir dari Kompas.com, tradisi ini wajib dilakukan jika ada anggota keluarga terdekat yang meninggal, seperti ayah, ibu, adik, atau kakak. Masyarakat suku Dani percaya, tradisi ini dilakukan sebagai upaya menolak bala dan malapetaka. Jika tidak, mereka berkeyakinan bahwa sebuah bencana akan datang.
Di samping itu, dengan memotong jari, diharapkan seseorang yang sedang berduka akan segera lupa dengan kesedihannya karena merasakan sakit yang teramat sangat saat prosesi potong jari dilakukan.
Artikel terkait: Bebaskan dari Marabahaya dan Kesialan, Begini Asal Usul Tradisi Ruwatan
Cara suku Dani melakukannya
Dalam melakukan tradisi ini, prosesnya bisa dikatakan cukup mengerikan. Para perempuan yang akan melakukan tradisi ini biasanya akan menggigit jarinya hingga putus. Namun, tak jarang pula dilakukan dengan bantuan kapak atau pisau.
Untuk mengatasi pendarahan, sebelum dipotong biasanya jari akan dililit dengan benang hingga darah berhenti mengalir dan merasa mati rasa. Setelah itu, jari akan dipotong hingga putus.
Pemotongan dilakukan terhadap semua jari, kecuali ibu jari. Adapun bagian yang dipotong pun tidak satu jari utuh, tetapi panjangnya dua ruas jari jika yang meninggal orang tua dan satu ruas jari jika yang meninggal sanak saudaranya. Tradisi iki paleg ini pun dilakukan secara turun-temurun sejak nenek moyang mereka.
Sementara itu, kaum laki-laki menjalani tradisi yang berbeda untuk mengungkapkan kesedihannya. Tradisi tersebut dilakukan dengan memotong kulit telinga mereka atau disebut sebagai nasu paleg.
Artikel terkait: Sejarah, Makna, dan Prosesi Upacara Sedekah Bumi, Bentuk Rasa Syukur atas Hasil Bumi
Prosesinya pun cukup menyakitkan. Daun telinga seseorang dijepit dengan menggunakan dua bilah bambu tajam hingga terpotong dan mengeluarkan darah. Biasanya kaum laki-laki melakukannya sendiri atau dibantu oleh orang lain.
Kemudian, untuk melengkapi proses berduka, menurut Phinemo, seseorang akan melakukan prosesi lainnya, yakni mandi lumpur. Prosesi ini pun memiliki makna yang cukup mendalam, yakni bahwa semua yang hidup pada dasarnya akan kembali ke tanah.
Demikian salah satu tradisi unik dan mengerikan yang ada di Indonesia. Secara umum, tradisi ini tidak bisa dilepaskan dari sistem kekerabatan di Indonesia yang begitu kental. Sampai saat ini, tradisi ini masih dilakukan dan orang-orang dengan jari terpotong masih banyak ditemui di Papua.
Baca juga:
7 Ritual Buang Sial dan Undang Rezeki dalam Tradisi Imlek Orang Tionghoa
Mengenal Tradisi Ararem, Mengantar Mas Kawin Unik untuk Mempelai Perempuan di Papua