Kita tentu merasa shock dan marah dengan beredarnya vaksin palsu. Kita pun mulai berpikir… jangan-jangan selama ini vaksin yang dipakai anak kita palsu.
Lebih menyebalkan, ternyata vaksin palsu yang ditemukan oleh Bareskrim ternyata bermacam mereknya.
Masalah lainnya, kita adalah pihak yang pasif, yaitu pihak yang hanya menerima. Sedangkan yang tahu persis tentang bentuk asli kemasan vaksin seharusnya adalah petugas medis. Itupun, kalau mereka jeli.
Terlebih lagi, vaksin adalah bahan kimia yang tidak bisa dilihat secara kasat mata keasliannya. Dengan kata lain, harus dilakukan tes laboratorium terlebih dahulu untuk mengetahui palsu atau tidaknya suatu vaksin.
Walaupun demikian, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko mendapatkan vaksin palsu. Apa saja itu?
Tips Menghindari Vaksin Palsu
1. Sebisa mungkin lakukan vaksin di rumah sakit besar, RS pemerintah, atau dokter yang sudah terpercaya
Rumah sakit besar dan pemerintah (termasuk puskesmas) akan memberlakukan prosedur pengadaan obat dan vaksin yang tidak mudah.
Menkes memastikan bahwa di puskermas dan RS pemerintah tidak ada vaksin palsu.
Artinya kelangkapan dokumen, pemasok yang kredibel, jumlah pasokan yang banyak hanya bisa dilakukan oleh pabrik dengan skala besar dan dari produsen atau distributor resmi.
2. Konfirmasikan kepada dokter tentang keaslian
Mungkin ini tindakan yang akan membuat kita sok pinter di hadapan para pekerja medis seperti dokter, bidan dan perawat.
Tetapi niat kita adalah baik, hal ini penting sebagai pengingat kepada mereka jika ada sesuatu yang janggal dengan kemasan, aroma, warna vaksin yang akan diberikan kepada bayi kita.
Menurut Biofarma, kemasan vaksin yang palsu nampak kasar, dan ribet stopper (tutup vial) warnanya berbeda.
4. Tanyakan masa kadaluarsa vaksin
Petugas medis yang baik akan menunjukkan tanggal kadaluarsa dan vaksin apa yang akan mereka berikan. Tetapi jika mereka melewatkan hal itu, kita bisa menanyakan hal tersebut.
Biofarma adalah satu produsen vaksin yang produknya dipalsukan. Menurut Biofarma, pada kemasan vaksin palsu nomor batch tidak tertera dengan jelas.
5. Hancurkan kemasan vaksin
Selama ini para pemalsu vaksin menggunakan botol/ampul bekas. Menghancurkan kemasan begitu memberikan vaksin memperkecil kemungkinan terjadinya produksi vaksin palsu, karena membuat kemasan vaksin ternyata memakan biaya yang tidak murah serta hanya diproduksi oleh pabrik besar.
Tips dari BPOM, cukup tanyakan 1 kalimat saat mau divaksin…
Kepala BPOM Tengku Bahdar Johan Hamid, Kamis (23/6/2016) mengatakan kepada detik.com, “Semua konsumen yang curiga bisa hubung BPOM. Tadi dikasih tahu yang biofarma tutupnya abu-abu, kalau nggak abu-abu berarti palsu.
Kalo yang Sanopi kemasannya lebih berkilat, kalau kemasan kacau jangan dibeli. Sanopi juga menjual produknya lewat aplikasi tidak lewat freelance atau eceran. Kalo Biofarma dari jalur-jalur resmi. Yang diamankan ini banyaknya dari jalur-jalur freelance.”
“Hati-hati dan tanyakan pada RS cukup satu kata, ini belinya di mana? Kalau dari freelance nggak jadi saja,” tutup dia.
Parents, semoga bermanfaat… dan yuk lebih waspada dengan vaksin yang akan diberikan kepada anak kita..
Baca juga artikel menarik lainnya:
Waspada, Vaksin Palsu Beredar di Sekitar Kita
Apa Kata Dokter Tentang Bekas Vaksin BCG yang Bernanah?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.