Setelah menikah belum bisa hidup mandiri karena harus tinggal di rumah mertua atau rumah orang tua lebih dulu?
Tidak bisa dipungkiri, hal ini memang rawan terjadinya konflik. Namun, ingat saja lebih dahulu bahwa ketika memutuskan menikah, Anda tentu saja tidak hanya menikahi pasangan, namun juga harus ‘menikah’ alias menerima keluarga besar pasangan.
Dalam proses pengenalan, tentu saja akan ada banyak konflik yang bisa ditemukan karena tidak satu suara, hinga berisiko terjadinya perselisihan. Wajar saja.
Namun, di sini tentu saja diperlukan pemahaman satu sama lain, termasuk saling mendukung dan tidak saling menyalahkan. Biar bagaimana pun, tidak ada orang yang sempurna bukan? Baik diri kita sebagai istri, ataupun pasangan yang bertindak sebagai kepala keluarga.
Beberapa waktu lalu, Farizal Radzali menuliskan di laman Facebook miliknya terkait dengan konflik yang sering ditemui saat tinggal satu rumah dengan mertua.
Berikut kutipan lengkapnya mengenai kisah pasangan suami istri yang masih tinggal di rumah mertua:
Hari itu ada klien dengan kasus perceraian. Menantu perempuan yang tengah berselisih dengan ibu mertuanya, di mana sang suami tidak bisa menolak dan menceraikan istrinya. Namun ia juga tidak bisa ‘menceraikan’ orang tua sendiri. Selain itu, tentu tidak ada satu anak pun yang ingin menjadi anak durhaka. Maka jika diminta memilih, mungkin ada yang akan memilih merelakan istrinya pergi. Pasangan ini telah menikah selama 12 tahun, dan telah dikaruniai 3 anak. Sejak menikah mereka tinggal bersama orangtua laki-laki karena lelaki ini merupakan anak tunggal. Suatu saat sang suami berkata, “Mengapa seorang pria bisa bertahan hidup bersama keluarga mertua tetapi seorang perempuan lebih sulit? Karena perempuan itu cerewet! Semuanya ingin menang,” katanya sambil berjalan meninggalkan kantor dengan marah. Ya, mungkin pertanyaan ini banyak terbersit oleh orang lain. Memang benar apa yang dia katakan. Bahwa selama ini jarang mendengar bahwa menantu laki-laki bertengkar dengan ayah mertuanya bila tinggal di rumah orangtua istri. Tetapi kita selalu mendengar bahwa menantu perempuan lebih banyak berselisih dengan ibu mertuanya atau iparnya jika dia tinggal bersama. Hmmmm … Di mana kesalahannya? Salah menantunya? Atau mertua? Apakah salah istrinya atau justru suaminya? Tetapi jika berpikir lebih dalam, hal apa yang membuat menantu laki-laki berselisih dengan ayah mertuanya? Apakah karena salah cara memotong bawang putih? Memasak nasi terlalu lembek? Atau karena masakan yang dibuat terlalu asin? Membuat kopi yang tawar? Tidak pintar memasak? Tidak bisa menyeterika baju? Tidak bisa menjaga anak istri? Tidak bisa mengurus rumah? Atau, tidak pandai mengurus ini dan itu? Sepertinya, memang tidak ada menantu laki-laki yang terlibat merasakan konflik seperti ini. Selama ini, suami memang lebih fokus bekerja mencari nafkah untuk keluarga. ***
Perlu dipahami dan diingat, bahwa baik istri dan suami tentu saja dibesarkan dengan pola asuh berbeda.
Bukankah lebih baik menerima satu sama lain, alih-alih menyalahgunakan emosi istrinya dengan memaksanya mengikuti keinginan suami?
Berikut adalah 3 hal utama yang perlu diingat jika masih tinggal di rumah mertua atau orangtua.
# 1 Beda rumah, beda juga kebiasannya dan budayanya
Jika saat menikah masih harus tinggal di rumah mertua ataupun rumah orangtua, hal mendasar yang perlu diingat adalah memahami bahwa setiap rumah tentu memiliki kebiasaan berbeda. Untuk itulah diperlukan penyesuaian yang baik.
Toh, tidak ada salahnya untuk mengikuti aturan di rumah. Hal ini pun akan berlaku jika mertua atau orangtua Anda sendiri yang akan mengunjungi rumah Anda. Mereka pun harus mengikuti dan beradaptasi dengan kebiasaan dan peraturan yang berlaku.
Tapi ingat, di sini tentu saja masing-masing individu perlu saling menghormati dan bisa toleransi satu sama lain. Inilah kunci utama yang tidak boleh dilupakan.
# 2 Sadar untuk menjalani peran masing-masing
Hal ini tentu saja mutlak untuk dilakukan. Namun, jika kondisinya setelah menikah harus tinggal di rumah mertua atau rumah suami, suami tentu saja perlu menjalankan perannya dengan baik.
Suami harus bisa berperan sebagai mediator dalam hubungan istri dan keluarga. Suami perlu menjaga perasaan istri dan orang tua. Jika memang ada masalah, tentu saja perlu bersikap netral dan membantu mencari jalan keluar dari masalah yang ada.
# 3 Jangan mengungkit kesalahan
Apapun yang terjadi usahakan tidak perlu mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan. Apalagi sampai menjelek-jelekan orang lain.
Untuk para istri, meskipun ada konflik yang harus dihadapi tetap ingat bahwa mertua adalah orangtua suami yang perlu dihormati seperti Anda menghormati orang tua sendiri.
Disadur dari artikel Beto Rahman, theAsianparent Malaysia
Baca juga:
Ibu mertua sering cemburu pada Anda? Begini 4 cara meluluhkan hatinya