Simbol Kejantanan Pemuda Flores, Ini Sejarah dan Makna Tari Caci

Berkonsepkan tarian perang, Tari Caci dilakonkan oleh sepasang pemuda yang bertarung menggunakan pecut dan perisai. Begini fakta lain mengenai tari khas Flores ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Siapa yang tak tahu keindahan alam Pulau Flores? Wilayah kepulauan yang terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memiliki wisata populer seperti Labuan Bajo dan Pulau Komodo. Tak hanya itu, keberagaman suku, adat, hingga kesenian Flores juga membuat pulau ini menarik banyak wisatawan untuk datang. Salah satu yang menarik untuk ditelusuri adalah tari Caci khas Flores.

Terdapat sebuah kesenian tradisional yang sangat terkenal dan banyak dimainkan oleh warga Flores, khususnya Suku Manggarai, yang dikenal sebagai Tari Caci. Dahulu, tarian ini digunakan untuk mencari pembuktian siapa yang benar dan siapa yang salah. 

Berkonsepkan tarian perang, Tari Caci dilakonkan oleh sepasang pemuda yang bertarung menggunakan pecut dan perisai. Kini, ia menjadi bagian dari proses sakral menuju proses kedewasaan para pemuda Flores. 

Artikel terkait: Mengenal Tari Gambyong, Seni yang Dijadikan Gambar Uang Rupiah 5000

Tari Caci: Sejarah, Makna Tarian, dan Gerakan 

Foto: Labuan Bajo Tour

Sejarah Tari Caci

Pada dasarnya, Tari Caci adalah suatu kesenian tradisional yang sakral dengan konsep tarian perang. Jika ditarik ke belakang, tarian ini terinspirasi dari adu kekuatan para pemuda antar-wilayah yang dilakukan secara turun temurun.

Hingga akhirnya, Tari Caci menjadi salah satu kesenian tradisional yang banyak dimainkan oleh masyarakat Manggarai bahkan masyarakat Flores secara keseluruhan. Contohnya seperti dalam pesta rakyat pergantian tahun atau ketika para petani ingin membuka lahan garapan.

Tari Caci juga telah berkembang menjadi suguhan spesial bagi para tamu undangan pemerintahan, maupun para turis yang melakukan kunjungan ke desa-desa adat Flores.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menilik fungsinya, Tari Caci merupakan media atau cara bagi para pemuda Suku Manggarai untuk membuktikan kejantanan mereka. Bagi mereka, mendapatkan luka bekas cambuk pada kulit menjadi kebanggaan dan kepuasan tersendiri.

Semakin banyak luka cambuk yang didapat, maka derajat lelaki di sana semakin dipandang. Di mata masyarakat Manggarai, laki-laki yang sudah pernah melakukan Tari Caci konon akan dilihat sebagai laki-laki dewasa dan akan mendapatkan penghormatan, baik dari tetua adat maupun kaum perempuan Flores.

Walau memiliki unsur kekerasan, kesenian ini mengandung filosofi yang damai yakni semangat sportivitas, saling menghormati, dan yang paling utama, tak meninggalkan rasa dendam di antara para petarung.

Artikel terkait: Tanamkan Kecintaan pada Tari Tradisional, Event Indonesia Menari Diselenggarakan Secara Virtual

Makna Tarian Caci 

Foto: Bajo Crew Tour

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menilik namanya secara etimologis, Caci merupakan gabungan kata “Ca” yang berarti satu, dan “Ci” dari “Ciyang” yang berarti lawan atau uji. Jadi, Tari Caci adalah sebuah proses untuk menentukan tingkat kematangan pemuda Flores melalui uji ketangkasan dalam sebuah pertarungan satu lawan satu.

Secara harfiah, Tari Caci juga dapat diartikan sebagai tarian yang dipentaskan satu lawan satu. Beberapa sumber mengatakan “caci” berasal dari nyanyian para penari yang meneriakkan bunyi “ca ci ca ci ca ci” saat pementasan.

Tarian ini memiliki tiga makna, yakni Naring, Hiang, dan Mengkes. Naring artinya memuji, Hiang artinya menghormati, dan Mengkes artinya bergembira. Dengan kata lain, tarian ini adalah sebuah tarian yang dilakukan dengan perasaan gembira untuk menghormati lawan sekaligus menyampaikan rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Gerakan dan Tata Cara Tari Caci

Foto: All in Indonesia Tour 

Untuk menarikan Tari Caci terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi yakni, seorang laki-laki, pandai menangkis dan memukul lawan, mampu menari dan bernyanyi lagu-lagu daerah, dan yang terpenting harus berbadan atletis. Tak salah jika penari caci adalah orang-orang pilihan.

Tari caci biasanya dimainkan oleh dua orang yang berasal dari dua kubu. Setiap kubu memiliki pemain 3-5 orang. Tarian ini dilakukan dengan cara menyabetkan pecut berbahan kulit dan perisai yang terbuat dari kulit kerbau kepada lawannya.

Sambil menahan pecutan, biasanya penari caci juga bernyanyi. Konon, suara nyanyian tersebut merupakan bentuk provokasi terhadap lawan. Pecut atau cambuk yang digunakan penari caci berasal dari batang janur kuning, bagian ujung disambung dengan tali yang terbuat dari sabut kelapa. Panjang pecut penari caci bisa mencapai 2 meter. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebelum para petarung bertanding dalam arena pertunjukan, acara terlebih dahulu akan diawali dengan Tari Tandak atau Tari Danding khas Manggarai. Tarian ini lazim dilakukan para lelaki dan perempuan sebagai pembuka dalam sebuah acara adat.

Saat kedua petarung memasuki arena, mereka terlebih dahulu melakukan pemanasan dengan menari keliling arena sambil menyuarakan tantangan yang diringi lagu-lagu adat. Saat keduanya berlaga, musik tak henti bertabuh diiringi sorakan penonton. Bagi yang melakukan serangan dengan lecutan cambuk disebut Paki, sementara bagi petarung yang menangkis dengan perisai dijuluki Pa'ang.

Artikel terkait: Tari Pendet: Sejarah, Makna, dan Perkembangannya

Karena berpotensi mencederai fisik, atraksi para petarung pun dibentengi dengan berbagai aturan. Mereka hanya boleh melecutkan cambukan pada bagian tubuh atas lawannya, seperti lengan, punggung, atau dada.

Aturan lainnya adalah soal respek, atau menghormati lawan. Seperti ketika perisai lawan terlepas dari genggaman, petarung satunya harus memberikan kesempatan kepada lawan itu untuk mendapatkan kembali perisai tersebut.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artinya, petarung tak boleh menyerang ketika kawan lemah, atau tak memiliki perlengkapan tarung yang memadai. Satu pemain akan dinyatakan kalah jika terkena cambuk pada bagian wajah atau kepala, meski pada bagian kepala terdapat aksesori tambahan berupa kanopi untuk melindungi mata dan dahi dari ujung cambuk.

Usai bertarung, keduanya dan kelompok pendukungnya dikumpulkan untuk berjabat tangan, sebagai simbol tak ada dendam di antara mereka. Mereka pun lazim menutup tarian dengan menenggak Sopi, tuak khas Flores.

Itulah ulasan mengenai Tari Caci. Jika Anda berencana berlibur ke Pulau Flores, mampirlah sebentar ke Manggarai dan nikmati pertunjukan Tarian Caci yang indah dan akan nilai budaya ini.

****

Baca juga: