Membesarkan dan mendidik generasi alpha tentu saja memiliki tantangan tersendiri. Termasuk mempersiapkan masa depannya yang penuh kompetisi. Sudahkah Mam dan Pap membekali dan mengenali karakteristik si Kecil dengan tepat?
Pernah tidak Mam dan Pap membayangkan bagaimana persaingan di dunia kerja saat si kecil sudah besar nanti? Lima belas atau mungkin dua puluh tahun mendatang, saat si Kecil sudah dewasa tentu kondisi kian berubah.
Seiring perubahan waktu, mau tidak mau dunia makin berkembang dan berubah, banyak hal berbeda telah kita rasakan dan alami. Sebagai orang tua, Mam dan Pap tentu saja memiliki peran penting menyiapkan si kecil menyongsong masa depan yang berubah pesat dan kompetitif ini.
Didukung oleh asupan nutrisi yang tepat untuk dukung belajarnya, si Kecil pun membutuhkan stimulasi tepat untuk mengembangkan kemampuan kognitif sesuai dengan kebutuhan dan tahapan perkembangannya masing-masing. Hal ini pula yang ditegaskan Adisty Ambarpratiwi, M.Psi dalam sesi Instagram ‘Cara Asah Potensi Si Kecil untuk Masa Depan Hebat #dariBelajarJadiHebat Institute bersama Rayner, Founder Scienclopedia dan Mam.
Di awal sisi Instagram Live, Adisty menegaskan kalau membesarkan anak masa kini, anak generasi alpha memang memiliki tantangan tersendiri. “Anak-anak, generasi yang lahir setelah tahun 2010 punya karakteristik yang beda. Mereka ini memang cenderung lebih terdidik, dekat dengan teknologi sejak lahir. Agar sukses di masa depan memang butuh keterampilan ektra dibandingkan anak-anak generasi sebelumnya,” tegasnya.
Tuntutan dan Tantangan Masa Depan Generasi Alpha
Untuk bisa bersaing, dikatakan Adisty bahwa anak-anak generasi alpha dituntut untuk memiliki kemampuan problem solving yang baik, bisa berpikir kritis, kemampuan berpikir yang fleksibel untuk suntuk berpikir, dan bersikap.
“Semua ini dibutuhkan anak-anak generasi alpha agar mereka bisa beradaptasi dengan tuntutan di masa depan. Tuntunan ini memang jauh berbeda dengan kita, di masa sekarang ini,” urainya.
Agar anak memiliki kemampuan dan keterampilan tersebut, maka dibutuhkan metode belajar yang baru dan tepat. Proses pembelajaran tradisional yang dulu diperoleh generasi Mam dan Pap, tentu saja sudah tidak relevan lagi.
“Nah, di sinilah ada suatu metode yang relevan yaitu progressive learning atau proses belajar progresif. Proses ini menekankan pada kemampuan anak untuk bisa berpikir kritis yang bisa mendukung kesuksesan anak di masa mendatang.”
Alasan Mengapa Belajar Progresif Dibutuhkan Generasi Alpha
Metode progressive leaning ini memang berbeda dengan metode tradisional. Apa saja yang membedakannya?
- Child-centered Learning
Dijelaskan Adisty, pada saat metode pembelajaran tradisional ini diterapkan dulu, anak-anak cenderung dianggap sebagai pembelajar yang pasif. Di mana proses belajar banyak yang berjalan satu arah, sehingga membuat ruang gerak untuk bereksplorasi cenderung terbatas.
“Sementara progressive learning menganggap seorang anak sebagai seorang pembelajar yang aktif. “Jadi memang berpusat pada anak atau child center. Metode ini, anak diberi kebebasan untuk mengeluarkan idenya, untuk mengasah potensi yang mereka miliki dan tentu saja bisa praktik secara langsung,” tukas Adisty.
- Experiential Learning
Dalam proses belajar anak membutuhkan pengalaman dan contoh yang konkret. Jadi dengan experiential learning, anak dapat menghubungkan antara konsep/informasi yang ia punya dengan aplikasi konsep tersebut dalam kehidupan nyata.
- Personalized Learning
Cara belajar dan media belajar juga sudah disesuaikan dengan karakteristik anak. Di sini, Mam dan Pap memang diharapkan bisa mengenal anak dengan baik, memahami tahapan tumbuh kembang anak sesuai usianya.
- Collaborative learning
“Pilar selanjutnya adalah kolaborasi. Seorang anak, meskipun diberikan ruang bermain atau belajar, mereka tetap membutuhkan peran orang tua untuk mendampinginya.
Di sini Mam dan Pap berperan sebagai kolaborator, jadi anak-anak tidak hanya belajar mengatasi masalahnya, meningkatkan kemampuan kognitifnya tapi juga bisa meningkatkan sosial emosional dengan kolaborasi. Anak bisa belajar bertanggung jawab, bisa belajar berempati. Lewat proses kolaborasi ini, anak juga akan kaya pengalaman.
Belajar progresif anak diajak untuk belajar berkolaborasi dan bekerja sama dengan lingkungan sekitarnya melalui berbagai kegiatan. Dengan melakukan kolaborasi, Si Kecil nantinya akan belajar untuk saling menghargai dan berbagi tanggung jawab. Metode kolaborasi ini juga dapat membantu menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Aktivitas Tepat Belajar Progressive
Untuk mendukung proses belajar anak jadi hebat, saat Wyeth Nutrition bahkan telah menghadirkan Progressive learning Kit: Little Science. Sebuah learning tools hasil kolaborasi dengan para expert dan Bright Box Tim yang bisa Mam dan Pap gunakan bersama si Kecil.
Mencoba 7 macam jenis eksperimen seru. Disediakan secara lengkap menggunakan berbagai peralatan, kartu petunjuk, serta video animasi yang bisa dilihat si Kecil sebagai panduan melakukan eksperimen.
Dengan tools ini, Mam dan Pap jadi tidak perlu bingung lagi mencari aktivitas apa yang bisa mendukung si Kecil dalam menerapkan metode belajar progresif karena learning tools ini sudah menerapkan 4 pilar, di mana si Kecil bisa langsung belajar dan eksplorasi mencoba berbagai percobaan yang ditawarkan. Dengan begitu, si Kecil punya bekal untuk menghadapi tantangan masa depan.
“Tools ini sudah bisa menawarkan progressive leaning, anak diberi kesempatan untuk belajar, bebas memilih mau melakukan eksperimen yang mana lebih dulu. Anak diberi kesempatan untuk eksplorasi dan eksperimen, misalnya, seperti melakukan pencampuran warna. Sehingga mereka bisa belajar langsung bisa mendapatkan pengalaman dan menstimulasi berpikir kreatif dan kritis,” ujar Adisty lagi.
Rayner Setiawan pun mengaku sangat antusias untuk mencoba berbagai eksperimen yang ditawarkan. Saat unboxing di sesi Instagram Live, sambil mengeluarkan semua peralatan, Rayner bersama Mam Tania, mengaku tidak sabar untuk mencoba semua eksperimen yang disediakan.
“Saya mau mencoba membuat pelangi di dalam tabung lebih dulu,” ujar Rayner pada Mam Tania.
“Sebelum mencoba, kita bisa melihat videonya lebih dulu untuk memudahkan kita melakukan eksperimen. Kit ini sudah memenuhi 4 pilar progressive learning yang dibutuhkan anak” ujar Mam Tania.
***
Jadi, sudah siap mendampingi si Kecil menghadapi tantangan masa depan dengan cara belajar progressive?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.