Ketika orang dewasa merasa lelah, pasti kita langsung memutuskan untuk beristirahat atau tidur. Namun tidak dengan para balita. Dibalik keaktifannya, bisa jadi ia kurang tidur. Oleh karena itu, orangtua harus jeli mengamati tanda-tanda yang ditunjukkan balita jika ia tidak cukup tidur.
Saat memasuki fase balita, anak akan lebih aktif dibandingkan saat ia masih bayi. Secara umum, balita butuh tidur selama 11 hingga 14 jam setiap harinya. Namun terkadang, balita suka menolak untuk tidur dan lebih memilih bermain.
Balita sulit untuk diajak tidur bisa jadi disebabkan oleh berbagai macam faktor. Seperti misalnya sedang dalam fase teething atau tumbuh gigi dan periode growth spurt bisa menyebabkan anak sulit tidur.
Ketika merasa lelah, balita akan melampiaskannya dengan menangis, menjerit, atau lain-lainnya. Orangtua seringkali menyangka perilaku bayi ini adalah tanda bahwa mereka menyalurkan kelebihan energi, tapi sebenarnya bukan.
Artikel terkait: 5 Tips Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Tidur Cukup Pada Anak
5 Tanda Balita Tidak Mendapatkan Tidur Yang Cukup
Tidak mudah untuk melihat apakah balita sudah mendapatkan tidur yang cukup atau belum. Balita juga mungkin belum bisa memberitahu Parents kalau dia kelelahan atau mengantuk. Balita yang terlalu lelah malah akan terlihat lebih aktif bukannya mengantuk, sehingga Parents mungkin berpikir ia tidak butuh tidur lagi.
Berikut adalah tanda yang mungkin ditunjukkan balita Parents yang kurang tidur dan kelelahan.
1. Sulit untuk bangun di pagi hari
Kebanyakan balita relatif bangun di pagi hari, bahkan di waktu subuh. Jika balita Parents malah cenderung sulit untuk bangun di pagi hari, ada kemungkinan ia kurang tidur.
2. Menjadi mudah marah dan rewel
Karena belum bisa berbicara lancar untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan, balita seringkali rewel dan menangis. Namun, apabila ia terus menerus rewel sepanjang hari dan tidak bisa ditenangkan dengan mudah bisa menjadi tanda bahwa ia tidak mendapatkan tidur yang cukup
3. Tampak hiperaktif
Kurang tidur bisa mengakibatkan anak mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, sehingga ia akan mudah terdistraksi. Hal ini dapat menyebabkan anak terlihat hiperaktif dan tidak bisa diam kesana kemari.
4. Kesulitan untuk tidur
Tidak mendapatkan cukup tidur juga dapat membuat balita Parents kesulitan untuk tidur di malam hari. Malah ia bisa tertidur larut malam atau bahkan di waktu dini hari. Tentunya hal ini bisa menguras energi Parents karena orangtua juga tidak akan bisa tidur nyenyak jika anak belum tidur.
5. Tertidur bukan di jam biasa tidurnya
Biasanya, balita memiliki jam tidurnya sendiri yang teratur. Bila Parents menemukan anak tertidur bukan pada jam tidurnya dalam waktu yang tidak teratur, bisa jadi ia kekurangan tidur dan sudah kehabisan tenaga.
Artikel terkait: Manfaat Tidur Tepat Waktu Untuk Anak
Apa Dampak dari Kurang Tidur Bagi Balita?
Tidur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap perkembangan otak anak. Dalam masa pertumbuhan dan eksplorasinya ini, balita akan mengenal dan mengalami banyak hal. Di waktu tidur, otak anak akan memproses semua informasi baru yang didapatkannya.
Darah akan mengalir ke otot-otot untuk mengembalikan energi yang sudah terbuang seharian dan sel-sel yang rusak akan diperbaiki.
Badannya juga akan memproduksi hormon yang membantu menstimulasi tumbuh kembang dan nafsu makan. Kekurangan tidur dapat memengaruhi keseimbangan hormon tersebut dan proses-proses yang dialami tubuh saat sedang tidur.
Dampak jangka panjang kekurangan tidur pada anak bisa mengakibatkan obesitas atau berat badan yang berlebihan. Anak juga akan berisiko mengalami tekanan darah tinggi.
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Paediatrics tahun 2019, penelitian di Ottawa menunjukkan bahwa anak yang tidak mendapatkan cukup tidur (dan terlalu sering terpapar gadget) lebih menunjukkan perilaku yang impulsif dan kurang mampu mengambil keputusan.
Anak yang mengidap Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) juga akan sering mengalami kesulitan untuk tidur atau tidur dengan nyenyak.
Beberapa penelitian memunculkan teori bahwa ADHD termasuk gangguan ritme sirkadian, yang ditandai dengan kurangnya tidur di malam hari dan perilaku yang agresif di siang hari. Akan tetapi, perlu diingat bahwa tidak dapat cukup tidur bukan berarti anak menderita ADHD.
Sumber: What to Expect, Baby Centre, Today’s Parent
Baca juga:
Panduan untuk orangtua baru: Cari tahu berapa lama bayi tidur agar Parents tak perlu begadang