Apabila seorang suami melakukan perselingkuhan, hampir pasti bahwa yang mendapat tudingan adalah selingkuhannya. Si wanita kedua yang kemudian mendapat berbagai julukan. Perusak rumah tangga orang, wanita tidak bermoral, hingga perebut laki orang. Surat seorang selingkuhan ini, mengungkap sisi dari orang ketiga tersebut.
Bisa jadi, kita tidak pernah berhenti sejenak untuk berpikir bahwa dia yang menjadi orang ketiga adalah korban juga. Korban dari kebohongan kekasihnya yang sudah menikah. Atau, mungkin saja wanita itu tidak pernah tahu, bahwa pria yang mendekatinya ternyata telah berkeluarga.
Artikel terkait: Saat suami selingkuh, bijakkah hanya menyalahkan si pelakor?
Surat Seorang Selingkuh yang Menyesal
Surat seorang selingkuhan ini adalah salah satu contoh bahwa dalam kasus perselingkuhan suami, tidak hanya anak dan istri yang menjadi korban, namun juga si wanita simpanan. Wanita kedua yang tidak pernah tahu kebenaran bahwa pria yang dicintainya telah terikat dalam sebuah pernikahan.
Aku tidak akan membuatmu tersinggung dengan meminta maaf. Sebab aku tahu, apa yang kulakukan tidak dapat dimaafkan.
Aku hanya ingin kau tahu, apa yang kulakukan bukanlah kesengajaan. Aku tidak mengharapkan empati ataupun pengertian darimu. Kau sangat berhak untuk membenciku.
Aku hanya ingin meluapkan isi hatiku.
Sepanjang hidupku, tidak pernah sekalipun aku berpikir untuk menjadi seorang selingkuhan. Orangtuaku tidak membesarkanku untuk menjadi seperti ini. Atau setidaknya aku pikir begitu.
Aku berasal dari keluarga yang berantakan. Orangtuaku berpisah, karena ayahku tidak mampu untuk setia. Saat itu aku berusia 9 tahun.
Peristiwa itu sangat menyakitkan. Itulah mengapa aku tidak pernah ingin menjadi perusak rumah tangga orang. Namun ternyata, aku melakukannya tanpa pernah sekalipun sadar apa yang terjadi.
Aku harap kau mendapatkan ketenangan, dengan mengetahui bahwa kau tidak salah apapun. Suamimu berpaling bukan karena kau tidak sempurna, atau karena ada yang salah dalam dirimu.
Itu adalah pilihannya, dia memilih untuk berbohong padamu dan menjadikanku simpanan. Dia menyembunyikan fakta dariku, bahwa dirinya telah menikah. Sehingga aku tidak pernah tahu tentangmu.
Aku sangka aku sedang jatuh cinta, mungkin memang iya. Aku tidak akan menceritakan rinciannya. Menulis surat untukmu seperti ini terasa salah.
Kemungkinan besar, aku adalah orang terakhir di dunia ini yang ingin kau temui atau dengar kabarnya.
Tapi aku ingin kau tahu, bahwa menyakitimu atau menghancurkan keluargamu sama sekali bukan niatku.
Aku tidak tahu apakah kau akan membaca surat ini, namun asal kau tahu. Aku langsung memutuskan hubunganku dengannya begitu tahu dia telah beristri.
Kejahatan yang ia lakukan tidak ada bandingannya. Dia melanggar kesucian perkawinan kalian. Namun, apa yang dia lakukan juga menyakitiku. Itu adalah penghianatan. Dia menghianati kita berdua.
Apa yang ingin kukatakan adalah, aku tidak pernah mengharapkan kau bisa memaafkanku. Aku hanya berharap kau menemukan kedamaian dan ketenangan.
Aku harap, kau bisa membesarkan anak-anakmu sebaik mungkin. Meski kau menjadi orangtua tunggal, atau ketika kau menemukan cinta lagi. Semoga saja.
Aku berdoa semoga kau bertemu dengan pria yang pantas menerima cintamu. Aku harap kau tidak akan pernah lagi mengalami kehancuran hati seperti ini.
Meskipun kisah kita tidak sama, namun kita mencintai pria yang sama. Tidak ada cinta yang sia-sia, walaupun cinta itu sendiri telah di sia-siakan.
Surat seorang selingkuhan ini selayaknya menjadi bahan perenungan. Ternyata dia yang menjadi orang ketiga, juga tersakiti hatinya. Apalagi saat dia tak pernah tahu bahwa pria yang dicintainya telah menikah.
Ketika sebuah perselingkuhan terjadi, orang ketiga memang salah. Namun yang paling salah adalah suami yang berselingkuh. Karena dia melanggar kesucian pernikahan, dan menghianati kepercayaan keluarga, juga wanita kedua yang dikencaninya.
Semoga artikel ini bisa disikapi dengan bijak.
*Disadur dari theAsianparent Philipina
Baca juga:
Ketegaran seorang istri di balik surat terbuka ‘Halo selingkuhan suami saya’