Saat ini, istilah wanita pelakor (perebut laki orang) banyak dipopulerkan oleh media sosial. Gelar ini disematkan kepada perempuan yang dituduh sebagai penyebab saat suami selingkuh.
Masyarakat kita sering menggunakan perumpamaan benda mati maupun binatang untuk sesamanya. Misalnya, mengibaratkan lelaki itu adalah kucing sedangkan perempuan ikannya. Atau mengibaratkan perempuan adalah permen lolipop yang mudah ‘diserbu’ lalat jika dalam keadaan terbuka.
Padahal, wanita adalah seorang manusia yang bisa berpikir dan memberi keputusan untuk dirinya sendiri, bukan seperti ikan yang pasrah dan ‘menggiurkan’ bagi kucing maupun lolipop yang hanya bisa diam ketika ‘digoda’ lalat. Begitu pun lelaki, ia punya kehendak dan pengendalian diri yang tak serta merta ‘menerkam’ segala sesuatu yang di depannya.
Artikel terkait: Surat terbuka dari seorang perempuan tentang perempuan yang kejam pada sesama perempuan lainnya.
Namun, ketika suami selingkuh, orang-orang dengan mudah menyalahkan wanita selingkuhan suaminya sebagai penyebabnya. Di banyak film dan dunia nyata pun, tipe wanita penggoda suami orang memang ada.
Kita sering melihat bahwa di berbagai kasus, sosok istri ditampilkan sebagai orang yang sudah mulai menua dan ‘kalah saing’ dengan wanita muda yang hanya mengincar harta suaminya. Wanita selingkuhan suami juga digambarkan kerap meneror istri sah dari suami.
Penggambaran pelakor yang jahat mirip dengan gambaran ibu tiri dalam kisah seperti Cinderella. Padahal, bukankah banyak juga ibu tiri yang baik?
Kenyataan sering tak ideal
Namun, keadaan tak selamanya seperti itu. Ada beberapa situasi di mana wanita yang bersama dengan lelaki beristri justru jadi korban karena ia tak tahu status asli si lelaki yang sebenarnya.
Pada beberapa kasus, wanita yang jadi selingkuhan suami merasa bahwa ia mencintai orang yang salah. Atau bisa jadi, si lelaki bohong soal status pernikahannya.
Idealnya, saat sudah tahu bahwa dirinya didekati oleh lelaki beristri, maka seharusnya sang perempuan menolak. Berlaku juga untuk lelaki.
Seharusnya, saat ia menyadari statusnya yang sudah berkeluarga, maka artinya ia tak punya kesempatan lagi untuk mendekati perempuan lain selain istrinya.
Lelaki yang baik akan melatih dirinya untuk menahan diri. Mengingat janjinya saat pernikahan untuk menjaga istri dan anak dan membimbing rumah tangganya agar dapat jadi rumah tangga yang harmonis.
Jika lelaki adalah kucing yang akan memakan semua ikan yang tersedia, maka istrinya sendiri dinamakan apa? Apakah sebagai wanita, Bunda rela disamakan dengan hewan yang hanya bisa pasrah sebagai mangsa?
Oleh sebab itu, pengandaian lelaki adalah kucing dan wanita adalah ikan adalah tidak tepat. Jika lelaki kucing, ia tidak akan pernah menikah dengan ikan yang akan habis dimangsanya.
Saat Suami Selingkuh, Lelakilah yang Menjadi Pelaku dan Harus Disalahkan karena Tak Menjaga Komitmen
Bunda berhak mendapat analogi yang lebih mulia daripada sebatas mangsa dari kucing-kucing di jalanan. Sebagai perempuan, semua orang berhak dimuliakan, bukan diibaratkan sebagai lolipop yang dikerubuti oleh semut.
Nyatanya, lelaki punya kehendak bebas untuk menentukan apakah ia akan jadi seorang yang setia ataukah jadi seorang pengkhianat rumah tangga. Bagaimana pun seorang perempuan menggodanya, jika ia adalah lelaki sejati, maka ia akan memegang teguh komitmennya.
Jika Bunda menemukan bahwa suami selingkuh, bicaralah baik-baik dengan wanita selingkuhan suami Anda. Bila Bunda ingin menghukum wanita yang jadi selingkuhan suami, maka suami juga harus dihukum.
Tapi hati-hati, jangan sampai urusannya panjang. Saat suami selingkuh, Bunda adalah korban KDRT psikologis dari suami. Jika Bunda tidak dapat menahan diri untuk menyakiti suami maupun selingkuhannya, bisa-bisa status korban Anda berubah menjadi tersangka kasus pidana.
Menyalahkan perempuan saja memang mudah, karena Bunda tak habis pikir mengapa sesama perempuan tega menyakiti yang lain. Namun, hanya menyalahkan perempuan dan menutup mata bahwa suami juga punya andil besar dalam perselingkuhan itu juga bukanlah tindakan yang bijak.
Kami tidak merekomendasikan perceraian maupun bertahan. Rumah tangga Anda adalah keputusan Anda.
Hanya saja, jika suami selingkuh, maka Bunda tahu bahwa loyalitasnya tak lagi pada keluarganya, melainkan untuk kesenangannya sendiri.
Kalau begini ceritanya, sikap apa yang akan Bunda ambil? Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin berbagi kisah pada kami lewat email penulis maupun inbox Facebook theAsianparent Indonesia.
Baca juga:
Terungkap Fakta Alasan Selingkuh, Tak Selalu karena Selingkuhan Lebih Cantik
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.