Cinta seorang ibu memang tak ada batasnya. Ia mencintai anaknya lebih dari apapun di dunia ini. Tak terkecuali pada anak angkat yang telah diadopsinya.
Seorang guru sufi bernama Ibn ‘Arabi pernah berkata bahwa ibu yang melahirkan kita ada dua. Ibu pertama adalah mereka yang melahirkan kita dari rahim, ibu kedua adalah mereka yang melahirkan kita dari hatinya yang paling murni.
Para ibu yang mengadopsi anak adalah tipe ibu kedua. Mereka memang tak melahirkan anak dari rahimnya sendiri, namun mereka melahirkan anak-anak dari hati yang tulus.
Hal ini seperti yang dirasakan Jamin Finn pada anak angkatnya yang sedang menjalani proses hukum untuk diadopsi secara legal. Ia menulis di blog khusus keluarga angkat tentang cintanya pada anak adopsinya.
Untuk gadisku yang manis, Hari ini adalah peringatan dua tahun sejak kau memasuki rumah dan keluarga kami. Dalam beberapa minggu, kami akan merayakan ulang tahunmu. Dalam beberapa bulan ini, kami akan menyelesaikan dokumen adopsimu. Bagaimanapun, hari ini akan jadi hari yang paling berharga dalam hidupku. Ibu berbicara tentang saat-saat di mana orang tua melihat bayi pertama mereka. Ada ikatan khusus dengan anak yang membuat mereka menjadi seorang “ibu”. Nah, itulah yang akan aku bagi denganmu sebagai anak angkat pertamaku. Aku mencintaimu apa adanya, namun aku juga mencintaimu dengan segala yang kau berikan padaku. Kau telah membuatku menjadi seorang ibu angkat. Kau pun begitu mudah untuk dicintai. Mencintaimu telah membuatku merasa jadi seseorang yang bermakna lagi. Ketika kau datang, tak satu pun dari kita tahu apa yang akan terjadi. Kita adalah “tempat” pertama bagi satu sama lain. Kau tak pernah memiliki seorang ibu, dan aku pun tak pernah merawat seorang anak yang tidak aku kandung sendiri. Aku tidak pernah tahu bayi bisa menjadi begitu takut pada orang lain. Aku tak pernah melihat anak yang memberontak dalam usia yang begitu muda. Hal itu adalah hari sebelum aku tahu bahwa ternyata kau bisa tersenyum, berlinang air mata, dan menutup mulut dengan setengah senyum yang masih dapat aku kenang hingga kini.
Hari itu terjadi sebelum aku tahu bahwa ternyata kau bisa merangkak. Kau terlihat duduk terpaku di satu tempat, penasaran dengan semua yang ada di sekitarmu dan masih tidak tahu apa-apa selain tempat bermainmu sendiri di mana kau biasa menghabiskan waktumu. Kemudian aku akan menyadari ada beberapa hal yang seharusnya bisa kau lakukan namun belum bisa kau lakukan. Kita akan bekerja sama untuk mencapai hal tersebut. Pada tahun pertamamu di rumah, kau telah berhasil melakukan banyak hal. Selama dua tahun, setiap bulannya, aku selalu mengagumi perkembanganmu. Memperhatikan betapa kau makin bertambah dewasa. Aku telah melihatmu melalui rasa takut dan keminderanmu, aku melihatmu menghadapi semua itu, bukan justru menjauhinya. Melihatmu sebagai sosok yang berproses dan tumbuh. Aku selalu berpikir bahwa kehadiranmu ke duniaku hanya untuk melihat pesatnya perkembanganmu. Dan kau tak pernah berhenti membuatku takjub. Beberapa bulan yang lalu, hakim telah mengambil hak ibu biologismu dan itulah saat terakhirmu untuk bertemu dengannya. Kau harus mengucapkan selamat tinggal padanya. Aku menangis untukmu dan untuk ibumu, menangisi ketidakberuntungan yang ada di antara kita. Namun, aku berusaha menghapus air mataku dan berasumsi bahwa hidup harus terus berjalan. Kenyataan tak seperti itu. Setelah memperhatikan perkembanganmu dari bulan ke tahun, aku melihatmu telah menjadi seorang anak yang berbeda dalam waktu seminggu. Dalam waktu singkat, keterabaianmu sebelumnya, yang aku kira akan melekat selamanya padamu, hilang sama sekali. Dalam waktu singkat, aku telah menyadari ketegaran, keberanian, dan ketangguhanmu. Dalam waktu yang singkat kau telah menjadi seseorang yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku telah merayakan segalanya, merayakan dirimu. Kemudian, seminggu yang lalu, hal ini terjadi. Kau naik ke pangkuanku. Lalu tiba-tiba saja kau mengecupku dan mengatakan bahwa kau mencintaiku. Kau tak pernah melakukan ini sebelumnya. Kau tidak pernah nyaman melakukannya. Namun, akhirnya kau benar-benar melakukannya. Aku mengecupmu balik dan menyampaikan kata-kata yang sama seperti yang biasa aku lakukan sebelumnya. Namun, kali ini aku melakukannya sambil menangis karena bahagia. Jadi, di hari peringatan ini, dan setiap harinya, aku ingin kamu tahu beberapa hal. Aku selalu memiliki ruang untukmu. Aku akan selalu menghujanimu dengan kecupan, dan aku akan selalu mencintamu. Dengan penuh cinta, Ibu
Jamie Finn adalah ibu dari 4 orang anak. Dua orang anaknya adalah anak kandung, dan dua lainnya adalah anak angkat. Ia tak pernah membedakan mereka dalam hal kasih sayang.
Setelah proses legal adopsi selesai, ia yakin bahwa anak angkat ini akan jadi anaknya selamanya. Ia akan membuktikan bahwa ia bisa mencintai anak-anak adopsinya sebesar cintanya pada anak-anak kandungnya.
Referensi: Kidspot.
Baca juga:
Curahan Hati Seorang Ibu, “Aku adalah Tipe Ibu yang dibenci oleh Internet”