Kita adalah ibu yang tidak sebaik para ibu kreatif di internet.
Di internet, kita bisa melihat seorang ibu yang selalu memberi anaknya bekal makanan sehat dan dihias sedemikian rupa. Kita juga bisa melihat para ibu kreatif yang bisa membuat berbagai kerajinan tangan untuk anaknya.
Di Facebook dan Instagram, seorang ibu bisa tampak sempurna. Ia bisa membuatkan anaknya mainan yang dibuatnya sendiri dan membagi tutorialnya lewat video. Di saat kita menjadi ibu yang bahkan tak sempat berbenah diri saking sibuknya dengan anak-anak.
Seringkali, kita bukanlah seorang ibu yang keterampilannya bisa dikagumi oleh orang-orang lewat sosial media.
Tulisan ini adalah refleksi seorang ibu bernama Shannon di blognya yang relevan untuk kita semua, para ibu biasa-biasa saja yang tak dapat dikagumi oleh internet.
Aku adalah tipe ibu yang dibenci oleh internet.
Aku adalah tipe ibu seperti itu
Aku adalah seorang ibu yang terlalu mengantuk untuk bangun pada pagi hari dari tempat tidur, ibu yang setiap harinya perlu memencet tombol “tunda” saat alarm menyala.
Hasilnya, aku adalah ibu yang selalu terburu-buru untuk menyiapkan keperluan anakku setiap hari. Karena mereka sudah terlanjur terlambat dan tak sempat melakukan apapun.
Aku adalah ibu yang punya level kesabaran nol dalam hal apa pun dan kepada siapa pun sebelum jam 9:00 pagi. Terutama pada para manusia kecil.
Aku adalah seorang ibu yang memberi bekal sekolah anaknya dengan wafel instan dan jus kotak saat sarapan karena keterlambatannya sendiri telah membuat anaknya terlambat pada sesi sarapan sekolah.
Aku adalah ibu yang akan berteriak setiap kali kesabarannya hilang.
Aku adalah ibu yang bekerja terlalu banyak dan kadang-kadang tidak mengecek anak-anaknya sama sekali di hari kerja.
Aku adalah ibu yang menghabiskan terlalu banyak waktu dengan gadget.
Aku adalah ibu yang lebih suka untuk menonton anak-anaknya bermain daripada bermain dengan mereka.
Aku adalah ibu yang selalu lupa untuk menggosok gigi anaknya yang berusia 2 tahun.
Aku adalah ibu yang percaya untuk menegaskan aturan pada anak-anaknya daripada “memfokuskan kembali” mereka.
Aku adalah ibu yang bahkan tidak tahu bagaimana mengeja kata DIY (Do It Your Self/buat sendiri), dan tidak pernah sempat mencoba berbagai kreasi kerajinan tangan anak dari Pinterest.
Aku adalah ibu yang menghabiskan waktunya untuk membereskan rumah yang berantakan, bukannya ibu yang melatih anaknya untuk melakukannya sendiri.
Ngomong-ngomong, aku juga seorang ibu yang rumahnya selalu bersih dan terorganisir sepanjang waktu.
Aku adalah ibu yang mencuci baju dan kemudian melipatnya di hari yang sama. Aku juga seorang ibu yang bisa dengan cepat melipat sepasang kain dalam satu waktu.
Aku adalah ibu yang sudah lama sekali tidak memasak sendiri makanannya dan sudah lupa caranya memasak.
Aku adalah ibu yang suka dengan ide tentang pentingnya diet organik. Tetapi membelikan anak-anaknya makanan dari McDonald dan KFC untuk makan malam saat ayahnya tidak di rumah.
Aku adalah ibu yang membeli keju Goldfish, bukan Cheddar Bunnies.
Aku adalah ibu yang membiarkan anak-anaknya menonton TV sepanjang hari jika mereka menginginkannya.
Aku adalah ibu yang mengalihkan perhatian anak-anaknya dengan video di YouTube saat menyuapkan makanan di mulut mereka. Karena itu satu-satunya cara supaya mereka mau makan.
Aku adalah ibu yang selalu lupa untuk membalas pesan teks orang lain.
Aku adalah ibu yang perhatiannya mudah teralihkan.
Aku adalah ibu yang gampang merasa kesal menyangkut segala sesuatu.
Aku adalah ibu yang dibenci internet karena selalu ingin berteriak dan pergi begitu saja dari kehidupan ini ketika ada hal-hal sangat sulit untuk dijalani.
Aku adalah ibu yang kadang-kadang tidak bisa sepakat soal suatu hal. Ibu yang selalu ingin berteriak dan pergi begitu saja dari kehidupan ini ketika ada hal-hal sangat sulit untuk dijalani.
Aku adalah orang yang akan sering kewalahan tentang banyak hal. Orang yang sering menangis. Aku adalah orang yang lingkaran matanya jadi lebih gelap dari hari ke hari.
Orang yang kesabarannya sering habis meskipun suaminya telah mengerjakan semua tugas-tugas yang berat di rumah. Aku adalah ibu yang tidak bangga tentang emosi tersebut.
Tapi, aku juga ibu yang tahu bahwa dia tidak sempurna – ibu yang tahu bahwa bagaimanapun ia adalah seorang manusia. Aku adalah ibu yang dapat menenangkan diri sebelum amarahnya semakin memburuk.
Aku adalah ibu yang menjelaskan banyak hal kepada anak-anaknya dan mengajarkan mereka pelajaran berharga; seseorang yang tampak buruk karena ia terus berada di level dasar dan tak bergerak kemana pun – sedangkan orang yang tidak pernah menyerah tahu bahwa ia akan semakin baik di masa depan.
Aku adalah ibu yang memberi contoh pada anak-anak perempuannya bahwa kita kadang-kadang harus memnta maaf lebih dulu, terutama kepada diri sendiri.
Aku adalah ibu yang akan mengajarkan anak-anaknya apa artinya memaafkan, karena aku sering meminta maaf pada mereka. Aku adalah ibu yang mencintai anak-anaknya secara mendalam, bahkan pada hari-hari yang buruk sekalipun.
Aku adalah orang yang lupa tentang banyak hal setiap saat. Tetapi akan terbangun di malam hari untuk sekedar mengecek bahwa setiap anggota keluarga akan mendapatkan keperluan yang mereka butuhkan.
Aku adalah ibu yang sering tertawa, memeluk, dan memberikan banyak kecupan setiap harinya sambil berkata aku mencintaimu. Saking seringnya melakukan itu, jumlahnya sampai tak terhitung.
Aku adalah ibu yang menyanyikan “You Are My Sunshine” berulang kali setiap jelang tidur di malam hari.
Aku adalah ibu yang duduk dan menatap anak-anaknya dengan pandangan penuh cinta, dengan segenap perasaan. Menikmati betapa berharganya saat-saat manis tersebut sebagai seorang ibu, meskipun diriku sendiri harus menghadapi banyak tantangan dan memiliki banyak ketidaksempurnaan diri.
Aku adalah ibu yang banyak bersyukur dengan berbagai kesulitan dan keindahan yang terjadi di dalam hidup ini.
Tulisan ini ditulis oleh Shannon, seorang ibu pekerja full time dengan dua anak gadis, dan seorang istri dari sahabatnya, Todd. Kehidupannya adalah seputar kantor ke perannya sebagai ibu. Anda bisa mengikuti perjalanannya lewat blog, Facebook, dan Instagram.
Setelah membaca refleksi yang dituliskan oleh Shannon, Bunda yang merasa telah jadi ibu yang buruk bisa bercermin bahwa kita tidak sendirian di dunia ini. Kita punya banyak kekurangan sebagai seorang ibu, namun itulah yang membuat kita menjadi manusia seutuhnya.
Baca juga:
Surat Seorang Suami kepada Istrinya yang Menjadi Ibu Rumah Tangga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.